Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=1 color=#FF9900>GERINDRA DAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA-GUS DUR</font><br />Kabar Langit untuk Calon Presiden

Gus Dur meminta pendukungnya memilih Partai Gerindra dalam pemilu kelak. Betulkah bekas Ketua Nahdlatul Ulama itu dimanfaatkan?

23 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WANGSIT itu datang dari langit. Bentuknya sepasang bintang mengapit bulan. Nuril Arifin, 50 tahun, pengasuh Pesantren Sokotunggal, Sendangguwo, Semarang, yang tengah wiridan di tepi pantai, menganggap pemandangan itu tak biasa. ”Ini kejadian langka,” katanya. Ia lalu bertakwil. Katanya, peristiwa itu mengisyaratkan Presiden Indonesia mendatang harus seorang baby-face. ”Di antara calon presiden yang wajahnya seperti bayi, ya, Pak Prabowo.” Yang ia maksud adalah Prabowo Subianto, calon presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya.

Maka di Pesantren Sokotunggal, Ahad pekan lalu, diumumkanlah dukungan kepada bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu. Hari itu, pesantren yang dipimpin Nuril tersebut disesaki sekitar 1.000 orang. ”Prabowo harus jadi presiden,” kata Nuril.

Dalam pertemuan itu hadir sejumlah sesepuh Nahdlatul Ulama. Di antaranya KH Riban (Rengasdengklok), KH Ali Maksum (Sidoarjo), KH Sangaji (Banten), KH Muhammad Suharto (Lampung), KH Rozim Abdul Majid (Pangkah, Gresik), dan KH Zaenal Mahmud (Jombang). Juga massa dari Gerakan Kebangkitan Rakyat (Gatara) DKI Jakarta dan Jawa Tengah serta Garuda Melayang Jawa Tengah. Yang terakhir adalah wadah pendukung Prabowo yang berasal dari kelompok lintas agama. Tak ketinggalan hadir: Prabowo Subianto dan bekas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid.

Menurut Nuril, sudah banyak calon presiden yang datang menemui Gus Dur, tapi pilihan Abdurrahman jatuh pada Prabowo. ”Dia orangnya santun: datang sebagai junior yang membutuhkan senior. Bukan sebagai tokoh yang banyak pendukung.”

Prabowo bungah. Dalam sambutannya, ia berseru, ”Jika dua kekuatan besar bertemu, perbaikan bangsa bisa dipercepat.” Di pengujung seremoni, Prabowo menghampiri Abdurrahman Wahid, lalu sungkem. Adapun Gus Dur berpidato pendek: ”Pilihlah Gerindra karena Partai Kebangkitan Bangsa dicuri Muhaimin.” Yang dimaksud Gus Dur adalah Muhaimin Iskandar yang kini memimpin Partai Kebangkitan Bangsa. Konflik internal partai itu menyingkirkan kubu Gus Dur. Pemerintah kini hanya mengizinkan PKB Muhaimin yang ikut pemilihan umum.

Putri Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh, meminta massa Partai Kebangkitan Bangsa memberikan suara ke Gerindra. ”Gerindra kendaraan baru warga PKB setelah partai kita dicuri,” kata Yenny, panggilan akrab Zannuba, di hadapan massa. Dia terang-terangan mengajak pendukungnya menggembosi partai Muhaimin Iskandar. ”Siapkah Anda menggembosi PKB Muhaimin dan beralih ke Gerindra?” tanya Yenny.

l l l

KEBERSAMAAN Abdurrahman dan Prabowo dilakukan sejak pagi. Pukul tujuh, beberapa jam sebelum deklarasi mendukung Prabowo itu dipekikkan, kedua tokoh keluar dari sebuah jet pribadi di Bandar Udara Achmad Yani, Semarang.

Gus Dur bersama istrinya, Sinta Nuriyah, dan Yenny lalu bergegas ke Rembang, Jawa Tengah. Di sana mereka menghadiri pernikahan putri KH Mustofa Bisri, pemimpin Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin.

Adapun Prabowo, ditemani politikus Partai Persatuan Pembangunan, Habil Marati, naik helikopter menuju kediaman pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, KH Maemun Zubair. Prabowo kembali bertemu dengan Gus Dur di hajatan Mustofa Bisri untuk kemudian bergegas ke kediaman Nuril Arifin di Semarang. Di sana Prabowo meresmikan rumah bersalin dan stasiun radio Sokotungal FM milik Nuril. Belakangan Abdurrahman menyusul.

Sebelumnya, November 2008, Gus Dur dan Prabowo pernah pula bertemu di pesantren Nuril. Pada bulan yang sama, Prabowo menemui Gus Dur di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, dan menengok bekas presiden itu cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Rabu pekan lalu, keduanya kembali bertemu di Gedung Olahraga Kertajaya, Surabaya. Bangunan berkapasitas 5.000 orang itu disesaki pendukung Gus Dur. Bendera Partai Kebangkitan Bangsa dan Gerindra berkibar. Spanduk bertulisan ”Jawa Timur Berdzikir” tampak di mana-mana. Hadir juga Sinta Nuriyah dan Yenny.

Nuril memang memainkan peran penting dalam mempertemukan kedua tokoh. Dengan keduanya, Nuril memang sudah akrab. Ketika Gus Dur dulu jatuh dari kursi presiden, Nuril membentuk pasukan berani mati. Dengan Prabowo, Nuril juga dekat. ”Sejumlah kawan Prabowo nyantri di pesantren saya,” katanya.

Tahun lalu, Nuril pernah meminta Prabowo menemui Abdurrahman. Kepada Prabowo, ia berpesan tidak berbicara politik kecuali Gus Dur yang memulai. ”Dalam urusan politik, Gus Dur tidak bisa disetir,” katanya.

Soal kedekatan Gus Dur dan Prabowo, Nuril menjelaskan, ”Ketika ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, wafat, Gus Dur yang membantu kepulangan Prabowo dari Yordania.” Setelah tak lagi menjadi tentara, Prabowo memang merintis karier sebagai pengusaha dan pernah bermukim di Yordania.

Menurut Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, hubungan keluarga Gus Dur dan Prabowo sudah terjalin lama. Dulu Gus Dur pernah tinggal di Taman Amir Hamzah, Matraman, Jakarta, sedangkan Prabowo tinggal bersama kakeknya, Margono Djojohadikusumo, juga di kawasan itu. Keluarga besar Gus Dur dan Djojohadikusumo akrab meski beda pandangan politik. ”Gus Dur dari keluarga nahdliyin, Djojohadikusumo dari Partai Sosialis Indonesia,” kata Muzani.

l l l

ADAKAH ”gizi” yang diterima Nuril dari proyek mempertautkan Gus Dur dan Prabowo? Pria gondrong itu mengaku tak mendapat apa-apa. ”Saya hanya minta Prabowo meresmikan rumah bersalin dan stasiun radio,” katanya.

Rumah bersalin sekitar 200 meter persegi itu tengah berbenah. Di sebelahnya dipersiapkan bangunan Akademi Kebidanan. ”Akademi ini kelak juga akan diresmikan Prabowo,” kata Nuril. Sedangkan studio radio berada di salah satu ruang yang disekat dekat aula rumah sakit dan menempel dengan rumah tinggal. Dikelola para santri, siaran memancar di sekitar pondok.

Fuad Amin Imron, Ketua Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa versi Gus Dur, menjelaskan dukungan Abdurrahman sebetulnya hanya untuk membangun koalisi menghadapi pemilihan legislatif di Jawa Timur. Ketua Dewan Syura PKB Surabaya pro-Gus Dur, Abdud Tawaf, mengiyakan. ”Koalisi tetap dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,” katanya. Januari lalu, di Surabaya, PKB Gus Dur dan partai Banteng memang telah berjabat tangan. Ketika itu, PKB diwakili Yenny Wahid dan PDI Perjuangan diwakili Sekretaris Jenderal Pramono Anung.

Menurut Bambang Susanto, Wakil Sekretaris Jenderal PKB Gus Dur, rapat partainya di Kalibata, Jakarta, Rabu malam pekan lalu, memutuskan koalisi dengan semua partai politik, termasuk Prabowo, hanya bersifat lokal. Untuk menjajaki koalisi nasional, partai membentuk tim tujuh, yang di antaranya beranggotakan Muhyidin Arubusman, Maman Imanulhaq, Yenny, Aris Junaedi, dan Anisa Mahmud. ”Tim bertugas menghitung kekuatan hasil pemilu legislatif untuk koalisi nasional,” katanya.

Sumber Tempo di Kalibata mengatakan, ”Gus Dur welcome kepada semua orang. Soal Prabowo, Yenny yang berkehendak. Ini pragmatismenya Yenny.” Sumber tadi menjamin Gus Dur bersih. ”Tidak ada barang baru di rumahnya. Semuanya sama seperti dulu-dulu. Biaya perawatan kesehatan Gus Dur diambil dari tabungannya sendiri.”

Ahmad Muzani bersumpah partainya tak mengeluarkan mahar sepeser pun. Tapi ia membenarkan peran Yenny dalam mempertemukan Gus Dur dan Prabowo. ”Yenny tumpuan terakhir membuka pintu Gus Dur,” katanya.

Helmy Faisal Zaini, Wakil Sekretaris Jenderal PKB Muhaimin, melihat dukungan Gus Dur kepada Prabowo lebih merupakan wujud kecintaan Gus Dur kepada putrinya. ”Gus Dur ayah yang baik. Beliau tahu masa lalu Prabowo sehingga tak mungkin mendukungnya,” katanya. Menjelang kejatuhan Soeharto pada 1998, Prabowo pernah terseret kasus penculikan aktivis. Karena perannya itu, ia diberhentikan dari dinas militer. Adapun Gus Dur dikenal sebagai penggiat demokrasi.

Yenny membantah semua tudingan. ”Yang menuduh akan saya perkarakan di pengadilan. Saya capek difitnah dan diperlakukan seperti ini,” katanya melalui pesan pendek.

Arif Zulkifli, Dwidjo U. Maksum (Jakarta), Sohirin (Semarang), Rohman Taufiq (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus