Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Bila Pikiran Tak Kritis

Korban hipnotis dan gendam terus berjatuhan. Seharusnya aksi tipu-tipu penjahat jalanan itu bisa dimentahkan.

20 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

COBALAH setia pada akal sehat dan kenyataan. Mereka datang dan beraksi manakala kita tampak bengong, berpikiran kosong, atau tengah terbuai dengan angan-angan. Dalam kondisi seperti itulah kemampuan berpikir kritis menumpul dan, akibatnya, tamu tak diundang yang bersenjatakan gendam dan kebolehan hipnotis pun mengambil alih pikiran kita.

”Kalau faktor kritis terbuka, muncullah semua angan-angan dan harapan orang tersebut. Inilah yang dimanfaatkan oleh si penjahat,” kata Baby Jim Aditya, master hipnotis yang juga Ketua Umum Indonesian Association of Cli­nical Hypnotherapist. Apa boleh buat, meluncurlah adegan bak kerbau dicocok hidungnya: duit atau harta orang itu berpindah tangan. Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip hipnotis, tamu jahanam ini berjanji memenuhi harapan sang korban dengan syarat tertentu. Padahal semua itu hanya tipu daya.

Stephanus Nurdin, hipnoterapis dari Indonesian Board of Hypnotherapy, mengingatkan bahwa hipnotis merupakan proses yang melibatkan dua orang: terapis dan pasiennya. Jadi ada kesepakatan di antara keduanya dan korban ”mengizinkan” itu terjadi. Dan inilah yang membedakannya dengan gendam.

Memang, secara teknis, gendam menggunakan satu atau gabungan teknik dalam hipnotis yang membuat seseorang kaget atau mau mendengarkan omongan si pelaku. ”Itu sebabnya fenomena gendam tampak serupa dengan hipnotis,” kata murid Julie Griffin, instruktur hipnotis internasional asal Amerika Serikat, ini. Hanya, berbeda dengan hipnotis, gendam bekerja tanpa kesepakatan dua pihak di atas.

Baby Jim Aditya menganjurkan kita tak mudah kaget atau latah. Sebab, kebiasaan ini membuka bawah sadar, sehingga orang tersebut gampang mengikuti perintah orang lain. Pelaku gendam tak sukar mengenali orang yang mudah latah ini.

Kemudian, ”Waspadalah terhadap orang yang menepuk Anda dan hindari­ percakapan yang mungkin terjadi,” kata Stephanus. Sebab, ketika perhatian Anda mulai terfokus pada ucapan orang tersebut, pada saat itulah sugesti sedang dilontarkan. ”Segeralah pindah dari tempat itu dan alihkan perhatian Anda ke tempat lain,” kata psikiater ini.

”Jangan pula menatap matanya. Sebab, dia bisa menyalurkan energi dan keyakinannya kepada kita,” ujar Baby. Bila sudah terpengaruh, faktor kritis bisa terbuka. Berkaitan dengan sikap hati-hati agar tidak berbicara, apalagi menatap mata orang yang baru dikenal, Baby mengutip pepatah Barat: ”Don’t talk to strangers more than three seconds.”

Lalu bagaimana jika tiba-tiba kita merasa mulai memasuki suatu kesadaran yang berbeda? ”Segera perintahkan diri Anda agar sadar dan normal kembali dengan meniatkan, ’Saya sadar dan normal sepenuhnya!’,” kata Stephanus. ”Dan Anda pun akan sadar dan normal kembali.”

Baby menyarankan pikiran kita tetap bertahan di dalam gelombang beta (otak dalam kondisi aktif). ”Supaya tetap kritis,” ujar Baby, yang juga psikolog. ”Jangan turun ke alpha atau theta (kondisi tenang) karena sikap kritis bisa terbuka.” Dengan cara ini, tawaran atau iming-iming mobil bernilai ratusan juta rupiah ataupun bisnis dengan keuntungan miliaran rupiah dengan modal seadanya yang tidak ber­kiblat pada kenyataan akan mental.

Namun pelaku kriminal ini biasanya tak mudah berhenti. Kalau tidak berhasil, mereka pun akan mencari orang lain. ”Mereka bermuka tebal. Gagal sepuluh, sukses satu, tetap merasa untung,” kata Baby.

Dwi Wiyana


Tip Menghindar dari Korban Hipnotis

  1. Jangan mudah kaget atau latah, kebiasaan ini membuka bawah sadar, sehingga gampang mengikuti perintah orang lain. Pelaku gendam tak sukar mengenali orang yang mudah latah ini.
  2. Waspadalah terhadap orang yang menepuk Anda dan hindari percakapan yang mungkin terjadi.
  3. Jangan menatap matanya. Sebab, penghipnotis bisa menyalurkan energi dan keyakinannya kepada kita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus