Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JEMARI Feng You Yun tidak bisa diam. Di depan beberapa penyelidik kepolisian, ia terus saja mengerik-ngerik cat hitam yang menghiasi kuku jari tangan dan kakinya. Ia baru mendongakkan kepala jika menjawab pertanyaan yang diajukan kepada dirinya. Untuk menginterogasi perempuan 39 tahun yang berambut sebahu dan dicat merah itu, polisi mendatangkan penerjemah.
Kendati mengaku sudah hampir lima tahun wira-wiri dari tempat tinggalnya di Guangzhou, Cina, ke Jakarta, Feng You Yun tak bisa berbahasa Indonesia. Tertekan betul rasanya, katanya dalam bahasa Cina dialek Kantonlewat sang penerjemahsaat Tempo menemuinya di kantor Kepolisian Sektor Gambir, Jakarta Pusat. Ia hanya menggeleng ketika ditanya apakah benar ia melakukan berbagai kejahatan di sejumlah tempat dengan cara menghipnotis korbannya.
Feng memiliki seorang anak berumur sembilan tahun yang ia tinggal di Guangzhou dan diasuh saudara-saudaranya. Ia bercerai dengan suaminya dua tahun silam dan kini seorang diri menghidupi keluarganya. Di Jakarta, bersama sejumlah temannya, perempuan yang berpendidikan setingkat SMP ini lebih kerap tinggal di apartemen di kawasan Jakarta Pusat atau Jakarta Utara. Rencananya saya mau berdagang di sini, katanya.
Ditangkap polisi pada pertengahan Mei lalu di Apartemen Mediterania di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, awalnya ia menyangkal melakukan kejahatan penipuan yang kini dipakai polisi untuk menjeratnya. Diperiksa berkali-kali, Feng kukuh melakukan aksi tutup mulut. Benar-benar liat, tidak mau mengaku, ujar seorang penyidik.
Menurut sang penyidik, Feng baru menyerah setelah polisi menyodorkan barang bukti hasil kejahatannya ke depan hidungnya. Itu terjadi pada pemeriksaan keempat. Jadi, sepanjang tidak ada barang bukti, mereka ini tidak akan mengaku, kata sang penyidik ini lagi.
Dalam aksinya, Feng kerap mengaku turis dari Cina atau Vietnam. Kepada calon korbannya, ia menyatakan tengah mencari sinse atau tabib untuk menyembuhkan penyakit bapaknya. Agar korbannya semakin percaya, Feng kadang sembari menangis manakala menceritakan kondisi bapaknya yang disebutnya sakit parah dan segera meninggal jika tak segera diobati. Begitu sang korban meladeni pertanyaan, hap, ia pun masuk perangkap Feng. Lalu korban pun bak kerbau yang dicocok hidungnya.
Ini pula yang ia lakukan, antara lain, kepada Inggrid Wongso Wong, salah satu korbannya yang ia tangkap di Pasar Petojo, Jakarta Pusat. Inggrid langsung jatuh iba tatkala Feng sesenggukan di depannya. Dari Inggrid, komplotan Feng berhasil menyikat uang dan perhiasan pengusaha garmen itu senilai Rp 5 miliar. Saya benar-benar seperti orang linglung, kata Inggrid.
Dia otak kejahatan ini, kata Kepala Kepolisian Sektor Gambir Komisaris Hengki Haryadi. Dari laporan dan pengaduan yang masuk, Hengki menduga Feng dan komplotannya ini melakukan aksinya tidak hanya di Jakarta, tapi juga di sejumlah kota lain, seperti Surabaya, Makassar, dan Medan. Kami terus kedatangan orang yang mengaku menjadi korban hipnotis perempuan yang mengaku dari Cina, kata Hengki.
Walau barang bukti sudah di depan mata dan korban sudah berdatangan serta menyatakan bahwa Feng telah memperdaya mereka, wanita ini tetap membantah melakukan kejahatan hipnotis, termasuk kepada Inggrid. Saya tidak pernah menghipnotis. Aneh saja kalau dia percaya dengan apa yang saya bicarakan, kata Feng kepada Tempo. Lalu wajahnya merengut.
Sandy Indra Pratama
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo