KETENANGAN keluarga grup bisnis Matahari terguncang. Sabtu dua pekan lalu, Bill Darmawan, adik bos Grup Matahari, Harry Darmawan, dikabarkan diculik. Penculiknya, yang menghubungi anak Bill, Jerry, melalui telepon, menuntut uang tebusan tak tanggung-tanggung, yakni Rp 7 miliar. Untunglah, jajaran Polres Metro Jakarta Utara, pada Hari Sabtu dini hari pekan lalu, berhasil menemukan korban di Apartemen Red Top, Pecenongan, Jakarta Pusat. "Bill ditemukan dalam keadaan teler," kata Kaditserse Polda Metro Jaya Kombes Polisi Adang Rochjana.
Bill, 59 tahun, adalah salah satu komisaris Grup Matahari, jaringan bisnis retail menengah terbesar di Indonesia. Laki-laki itu berciri tubuh setinggi 168 sentimeter, berat 75 kilogram, berambut ikal hitam disisir ke kanan, dan bergigi palsu bagian kiri atas.
Menurut keterangan polisi, berdasarkan laporan Jerry, Sabtu dua pekan lalu, telepon genggam milik Bill berdering. Si penelpon ingin bertemu dengan Bill di Mal Kelapa-gading, Jakarta Utara. Bill lantas pergi bersama Jerry ke mal tersebut dengan mengendarai mobil pribadi.
Entah bagaimana kisah pertemuan Bill dengan sang penelepon, pada pukul 19.30, seusai berbelanja, Bill menyuruh Jerry pulang lebih dulu dengan membawa mobil tadi. Bill juga meminta Jerry tak usah menjemputnya. Kata Bill, ia akan pulang mengendarai taksi.
Ternyata, hingga malam, Bill tak kunjung kembali ke rumahnya di kawasan Kelapa-gading, Jakarta Utara. Ke mana Bill pergi, tak jelas. Kabarnya baru diketahui ketika seorang lelaki menelepon Jerry. Lelaki itu mengaku telah menculik Bill dan meminta uang tebusan Rp 7 miliar.
Sejak saat itu hingga Selasa pekan lalu, penculik sering menghubungi keluarga korban. Pembicaraannya seputar tempat dan waktu pembayaran tebusan.
Setelah menerima laporan penculikan itu dari Jerry, Kepolisian Resor Jakarta Utara langsung bergerak. Sebuah tim pemburu dibentuk. "Kami berhasil mengontak penculik," kata Kepala Dinas Penerangan Kepolisan Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Anton Bachrul Alam.
Dari kontak itu, tuntutan tebusan dari penculik bisa ditawar. Akhirnya, biaya tebusan disepakati sebesar Rp 3,5 miliar. Transaksi akan dilakukan pada Kamis pekan lalu. Ternyata, penculik membatalkan rencana itu. Polisi menuding pers sebagai pihak yang membuyarkan penangkapan penculik. "Sebelum transaksi berlangsung, koran-koran sudah menulis rencana tersebut," kata Anton.
Meski Bill sudah ditemukan, polisi belum bisa meringkus penculik, memang. Namun, polisi mengaku sudah bisa menduga ciri-ciri pelaku. Perkiraan sementara, penculik adalah orang dekat korban. Anton menaksir penculik itu adalah teman-teman dekat Bill yang bekerja sama dengan sekelompok penjahat. Bahkan, Kepala Kepolisian Sektor Kelapagading, Komisaris Polisi Heri Ardianto, menduga penculik masih keluarga korban.
Boleh jadi dugaan polisi tentang kedekatan pelaku dan korban itu lantaran adanya be-berapa indikasi. Salah satu petunjuknya, penculik mengetahui nomor telepon genggam Bill. Korban juga ternyata mau menemui penculik. Selain itu, penculik mengetahui teman dan keluarga korban, termasuk nomor telepon mereka.
Ciri lain dari penculik adalah operasinya yang amatir. Hal itu terbukti, menurut Anton, lantaran pelaku menghubungi keluarga korban lewat telepon genggam. Padahal, dengan cara itu, nomor penelepon bisa diketahui di layar telepon genggam.
Sayangnya, sampai akhir pekan lalu, pelbagai dugaan itu belum terbukti. Sang penculik belum tertangkap. Sebanyak enam orang saksi, dari keluarga korban, teman korban, sampai sekretaris korban, yang telah diperiksa polisi juga belum bisa mengungkap identitas penculik. Adapun Harry Darmawan, bos Grup Matahari, belum diperiksa polisi.
Persoalannya sekarang, kalau memang penculik terhitung teman dekat korban, apalagi masih keluarga korban, lantas apa motif penculikan itu—ini pun jika benar terjadi penculikan. Lagi-lagi dugaan. Anton menduga penculikan ini berkaitan dengan masalah utang korban. Sedangkan Heri memperkirakan tak mustahil penculikan itu berlatar belakang soal keluarga.
Sekali lagi dugaan itu menimbulkan kesan ganjil. Jangan-jangan penculikan itu pun rekayasa belaka. Tentu, "Segala kemungkinan harus diperhitungkan," ujar Anton.
Sayang pula, berbagai kejanggalan itu belum bisa dikonfirmasikan ke keluarga Bill. Rumahnya di kawasan Kelapagading kini lengang dan kosong. Sedangkan Bill, menurut polisi yang menemukannya, hingga kini masih teler berat. Apa sebenarnya yang menimpamu, Bill?
KMN, Setiyardi, Dwi Arjanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini