Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berkali kali Umar Syarif, 56 tahun, warga negara asing (WNA) asal Bangladesh mengatakan tidak mau pulang ke negara asalnya dan ingin menetap di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya sudah tidak mau pulang, kalau bisa tetap di Indonesia, bisa gak saya jadi Warga Negara Indonesia," ujarnya saat ditemui Tempo di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta di Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis 6 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Umar mengaku sudah 24 tahun tinggal di Rudenim Jakarta dan menjadi penghuni terlama di sana. "Karena sudah kelamaan saya sudah lupa tempat saya di Bangladesh, saya mau di Indonesia saja, menikah dan punya anak di sini," ujarnya dengan mimik bersungguh sungguh.
Dia mengaku betah tinggal di Rudenim yang sudah dianggap sebagai rumahnya sendiri. "Saya tinggal di sini seperti bukan tahanan, diperlakukan sangat baik, diberi makan sehari tiga kali, saya sangat suka menu nasi padang," ujarnya.
Selain itu, kata Umar, pegawai Rudenim sudah dianggap seperti keluarga. "Karena semua kebutuhan, keluhan kami dari makan, minum sampai yang lainnya tersedia, inilah yang membuat kami betah di sini, jadi lupa pulang ke negara asal kami," kata Umar.
Pria yang sudah berusia kepala lima ini menuturkan, ia menjadi deteni atau tahanan WNA di Rudenim itu setelah melakukan pelanggaran kemigriasian 24 tahun lalu. "Saya ditipu oleh teman saya, semua uang dan dokumen saya dibawa kabur," ucapnya.
Karena sudah terlalu lama menunggu deportasi ke negara asalnya tak kunjung tiba, Umar mengaku, kini dia sudah tak punya keinginan untuk pulang ke Bangladesh. "Kalau bisa tinggal, menikah dan punya anak di Indonesia saja, apalagi saat ini saya sudah menemukan pujaan hati orang pribumi di sini," katanya sambil tertawa.
Ada 73 tahanan WNA di Rudenim Jakarta
Umar Syarif adalah satu dari 73 deteni atau tahanan WNA yang menghuni Rudenim Jakarta saat ini. Mereka menunggu proses deportasi atau pemulangan ke negara asal yang tak kunjung tiba.
Menurut Kepala Rudenim Jakarta Dimas Pramudito, selain Umar ada banyak lagi WNA yang sudah lama tinggal dan hingga kini masih menunggu untuk di deportasi. "Ada 7 WNA Nigeria sudah 10 tahun disini, juga WNA Belanda," kata Dimas.
Dimas mengatakan, proses deportasi memang menunggu kesiapan negara WNA yang bersangkutan untuk memulangkan ke negara asalnya. "Karena ini menyangkut biaya dan kebijakan negara masing-masing," kata Dimas.
Rudenim Jakarta selama ini menjadi tempat atau kediaman tahanan WNA dari kantor Imigrasi di tujuh provinsi yaitu, yaitu, Jakarta, Palembang, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Banten dan Jawa Barat. Para deteni dari berbagai negara ini tinggal di blok A, B, C D dan E yang masing-masing berkapasitas 20-30 orang.
Menurut Dimas, total sebanyak 73 tahanan WNA dari berbagai negara seperti Bangladesh, Somalia, Belanda hingga Nigeria saat ini menunggu deportasi tinggal di blok blok tersebut.
Fasilitas Lengkap untuk WNA di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta
Rudenim, kata Dimas, melayani semua kebutuhan para tahanan WNA itu dari makan minum setiap harinya hingga kebutuhan layanan kesehatan sanpai mereka dipulangkan ke negara asalnya. Untuk makan, para deteni mendapat jatah tiga kali setiap hari dengan menu yang berbeda beda.
Para deteni, kata Dimas, juga mendapatkan layanan kesehatan. Untuk memaksimalkan layanan kesehatan WNA yang menghuni Rudenim telah dioperasikan secara penuh Klinik Pratama.
Layanan kesehatan Rudenim Jakarta itu dilengkapi dengan praktek dokter umum dan dokter gigi. Menurut Dimas, klinik pratama Rudenim Jakarta yang telah beroperasi secara penuh melakukan pelayanan medis sejak Agustus 2023 lalu ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai. "Ruang pelayanan yang luas, nyaman, peralatan medis hingga obat obatan," ujarnya.
Menurut Dimas, Klinik kesehatan gratis ini disiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penghuni Rudenim Jakarta.
Selain menyelanggarakan pelayanan medis di klinik setiap harinya, Klinik Pratama Rudenim Jakarta juga memberikan pelayanan kesehatan keliling untuk para deteni. Setiap awal bulan, petugas kesehatan klinik akan melakukan jemput bola dengan mendatangi blok tahanan WNA itu untuk memberikan layanan kesehatan.
"Setiap bulan kami melakukan pemeriksaan kesehatan keliling, ada keluhan apa saja yang para deteni rasakan," ujar Nurhasanah, dokter umum Klinik Pratama Rudenim Jakarta.
Petugas kesehatan akan memeriksa satu persatu para deteni dan mendengarkan keluhan mereka." Secara umum baik, ada yang hipertensi dan diabetes. keluhan paling banyak adalah sakit kepala, flu dan batuk," kata Nurhasanah.
Nurhasanah mengatakan, klinik kesehatan ini sangat bermanfaat bagi detenim maupun pegawai dan memang harus ada.
Klinik kesehatan adalah salah satu fasilitas penunjang yang disiapkan oleh Rudenim Jakarta untuk memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada detenim dan petugas yang bekerja di intansi itu.
Selain fasilitas penunjang pelayanan kesehatan, Rudenim Jakarta saat ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya seperti ruang khusus wanita. Ruang seluas 4x4 meter dilengkapi dengan ruang tidur dan kamar mandi.
Ada pula ruang disabilitas, yang dikhususkan untuk para deteni penyandang cacat atau difabel. Ruangan ini memiliki luas 4 X11 meter yang dilengkapi ruang tidur dan kamar mandi.
Imigrasi menyediakan pula layanan Contact Center untuk memudahkan mendapatkan Informasi dan pertanyaan tentang Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. Layanan ini beroperasi setiap hari kerja Senin-Jumat, pukul Pukul 08.00 WIB s.d. 16.00 WIB. Layanan kunjungan detenim ini bisa menggunakan hotline WA Rudenim Jakarta.
Ada.juga layanan kunjungan hotline yaitu kunjungan bagi tamu untuk mengunjungi deteni atau tahanan WNA di Rudenim Jakarta dengan berbagai keperluan seperti mengurus pemulangan atau pendepotasian ke negara asal. Tamu kunjungan dapat menghubungi Layanan Contact Center Rudenim Jakarta.