Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Cukup Jadi Pengangkut Air

1 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BODINYA masih mulus, tak terlihat cacat atau lecet sedikit pun. Kendati demikian, nasibnya sungguh sial, telantar di halaman belakang gedung Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru. Sangat berbeda dengan 16 rekannya. Mereka dilindungi di tempat yang aman, berjajar rapi, di lantai dasar gedung.

Si mulus bermerek Isuzu itu salah satu mobil pemadam kebakaran yang dibeli Pemerintah Provinsi Riau dari PT Istana Sarana Raya. Tak seperti penampilannya yang meyakinkan, mobil ini ternyata letoi dalam menjalankan tugas. Mesinnya, kata seorang petugas pemadam kepada Tempo, sering ngadat. ”Bila dipakai, suka mogok,” ujar sang petugas.

Mobil yang mangkrak itu merupakan satu dari 22 mobil pemadam kebakaran yang dibeli Pemerintah Provinsi Riau pada 2003. Harga per unitnya sekitar Rp 12 miliar. Kota Pekanbaru mendapat jatah dua unit. Setelah dipakai, mobil ini ternyata tak setangguh mobil pemadam milik Dinas Pemadam Kebakaran Pekanbaru sebelumnya. ”Masih kalah jauh dari mobil pemadam keluaran 1995,” ujar petugas itu.

Salah satu kelemahannya terletak pada sistem pompanya, yang kerap ngadat. Ini, ujar sang petugas, tidak terjadi pada mobil pemadam kebakaran jenis PTO (power take-off), yang juga mereka miliki. ”Pada mobil jenis PTO, mesin pompanya menyatu dengan mesin mobil,” ujarnya. ”Jika mobilnya menyala, otomatis pompa siap digunakan.” Menurut sang petugas, selain mobil dari PT Istana itu kerap mogok, selangnya sering jebol. Ini diperkirakan lantaran rotor mesin penyemprot airnya tak stabil. ”Sehingga power-nya bisa mendadak besar,” kata petugas itu lagi.

Nasib yang sama terjadi pada mobil pemadam sejenis yang diberikan kepada Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Pekanbaru. Menurut Usman, salah seorang polisi pamong praja, setahun setelah diberikan pemerintah Riau, mobil pemadam itu langsung masuk kandang, mogok total. ”Kini bisa dibilang tidak pernah digunakan lagi,” kata Usman tentang mobil yang dibeli pada masa Saleh Djasit menjadi Gubernur Riau itu.

Keluhan tentang mobil pemadam dari PT Istana itu muncul dari hampir semua dinas pemadam kebakaran yang mengoperasikan mobil tersebut. Di Cimahi, misalnya, setelah melihat ”cara kerja” mobil pemadam itu, Unit Pelayanan Pemadam Kebakaran Dinas Tata Kota Cimahi langsung tak memprioritaskannya sebagai alat pemadam. ”Paling-paling untuk mengangkut air,” ujar Rudi Priadi, Kepala Unit Pelayanan Pemadam Kebakaran Dinas Tata Kota Cimahi.

Menurut Rudi, Kota Cimahi memiliki lima unit mobil pemadam jenis V80 ASM. Tiga di antaranya merupakan bantuan dari pemerintah Jawa Barat, yang pengadaannya belakangan bermasalah. Mesin kendaraan buatan Jepang berkapasitas 4.000 liter tersebut, ujar Rudi, kerap mati jika terlalu panas. Selain itu, kata dia, suku cadangnya juga sulit didapat.

Dari Medan, lain lagi keluhannya. Di sana, dinas pemadam kebakaran setempat kerepotan jika memakai mobil ini ”melibas” kebakaran di permukiman padat. Soalnya, daya sembur air mobil Mitsubishi Morita ML F4 30 yang mereka dapat dari perusahaan milik Hengky itu loyo. ”Daya semprotnya lemah,” kata Rizal, petugas pemadam di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Medan.

Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Denpasar A.A. Gde Astawa, terpisahnya mesin mobil dan mesin pompa merupakan penyebab mobil itu tak bisa bekerja maksimal. Mesin-mesin itu, kata Astawa, tak bisa dioperasikan serentak. ”Pemisahan komponen semacam itu membuat pengoperasiannya membutuhkan personel lebih banyak,” ujarnya.

Nah, lantaran mesin pompa tak ”satu paket” dengan mesin mobil itulah kerap terjadi kekacauan di lapangan. Mobil bisa melaju dengan mulus, tapi begitu sampai ke tempat kebakaran, mesin pompanya ngadat. Kejadian gawat semacam ini pernah dialami pasukan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Denpasar. ”Akibatnya, warga ya marah,” kata Astawa.

Dinas Pemadam Kebakaran Kota Denpasar memiliki enam mobil pemadam yang dibeli dari PT Istana. Lantaran memiliki kekurangan seperti itu, termasuk daya semprot airnya yang tidak bisa menjangkau gedung tinggi, mobil-mobil tersebut kini hanya menjadi ”pemain cadangan”. Lebih banyak di dalam kandang ketimbang bertugas memadamkan api. ”Paling-paling digunakan sebagai penyuplai air untuk mobil pemadam utama,” kata Astawa.

Ramidi, Jupernalis S. (Riau), Erick P. Hardi (Bandung), Rofiqi Hasan (Denpasar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus