Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pencuri membongkar bangunan shelter milik BMKG untuk monitoring gempa dan peringatan dini tsunami di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pencurian ini membuat enam unit aki untuk menghidupkan sensor seismograf dan panel surya pada Stasiun SPSI (Sidrap-Indonesia) tersebut raib.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan pencurian peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami di Stasiun SPSI sudah yang ke empat kalinya. Dia menyayangkan insiden ini karena peralatan itu sangat berguna untuk memastikan keamanan masyarakat ketika terjadi bencana gempa dan tsunami.
Pencurian itu membuat BMKG mengambil keputusan mencabut seluruh peralatan yang tersisa supaya tidak raib digasak pencuri. Menurut Daryono, penarikan peralatan ini demi menghindari kerugian jika para pencuri kembali berulah.
“BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan yang tersisa, termasuk sensor, digitizer, peralatan komunikasi. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar,” kata Daryono melalui keterangan tertulisnya, Sabtu, 15 Februari 2025.
Daryono menjelaskan, wilayah Sulawesi Selatan sangat rawan terjadi gempa karena berada di jalur patahan aktif Sesar Walanae. Selain gempa daerah ini juga berpotensi mengalami dampak susulan berupa longsor, likuifaksi, dan runtuhan batu.
Makanya Daryono sangat miris dengan aktivitas pencurian itu yang merugikan banyak masyarakat setempat. “Sebagai catatan, wilayah ini pernah diguncang gempa dahsyat pada 29 September 1997. 16 orang meninggal, 35 luka, 50 rumah rusak berat, dan 200 lebih rumah rusak ringan,” ujar Daryono.
Menurut Daryono, tanpa sensor gempa, BMKG bakal kesulitan melaporkan informasi peringatan dini untuk mitigasi bencana kepada masyarakat. Dia meminta perusakan dan pencurian alat BMKG ini tidak terjadi lagi karena merugikan banyak pihak.
“Jika belum bisa aktif terlibat dalam mitigasi bencana, setidaknya jangan merusak alat yang bertujuan melindungi keselamatan banyak orang di Sulawesi Selatan,” ucap Daryono.