Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Di Sana Ada Tamu Dan Amat Setan

Rakyat di daerah perbatasan Asahan, Deli Serdang, Simalungan, diancam gerombolan perampok bersenjata. Polisi belum berhasil membekuk pemimpinnya. Kodak II di Medan mengirim pasukan reserse mobil. (krim)

8 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAERAH perbatasan tiga kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Asahan, Deli Serdang dan Simalungun, ternyata gawat. Sampai Komando Daerah Kepolisian (KODAK) II, yang berkedudukan di Medan, perlu menurunkan sepasukan reserse-mobilnya ke sana. Sebab, sejak dua-tiga bulan lalu, rakyat di kawasan perbatasan tiga kabupaten di atas, diancam teror oleh segerombolan perampok bersenjata. Mulainya dari Kampung Tanjung Muda, Asahan, ketika rumah pedagang kopra Syarif menjadi sasaran. Sebuah mesin listerik, pesawat televisi, sepeda motor, 13 mayam emas dan sejumlah uang kontan dijarah perampok. Syarif dirugikan sekitarRp 1 juta. Berikutnya masih bulan April lalu juga, rumah Sulaiman di Kecamatan Bosar Maligas, Simalungun, juga digedor. Yang punya rumah, meskipun menyerah bulat-bulat, tetap saja dianiaya sebelum sepeda motor, 5 mayam emas dan uang tunai Rp 50 ribu disikat. Sebenarnya, hiruk-pikuk seperti kejadian di rumah Sulaiman, bukannya tak terdengar oleh tetangga -- walaupun terjadi lewat tengah malam. Tapi mereka keburu ciut hati ketika diancam oleh salah seorang perampok yang berjaga di halaman rumah Sulaiman: "Siapa dekat saya tembak!" Marto Gudel Perampokan memang selalu dilakukan oleh segerombolan 7 atau 8 orang bersenjata api maupun golok dan parang. Rumah Giyo digedor, 1 Mei, sekitar jam 3 pagi. Tak hanya menjarah uang kontan Rp 84 ribu, juga jam tangan, perhiasan maupun beberapa mayam emas milik keluarga Giyo. Bahkan, anak-isteri Giyo turut dianiaya dan rumah mereka dirusak habis-habisan. Sampai segala rokok dan sabun di kedai Giyo juga tak disisakan oleh gerombolan yang sedang merajalela itu. Menurut Giyo, ke 8 perampok yang mengganyangnya itu, berlalu dengan tenang dari Kampung Lalang, Simalungun, dengan sebuah kendaraan mirip Landrover. Begitu juga yang mengganas di rumah Yunan, di Kampung Pala, 3 km dari rumah Giyo. Di sana mereka merampas harta benda Yunan, pemilik kedai kecil, berupa sepeda motor, emas dan sejumlah uang kontan. Kerugian tauke kampung itu tak kurang dari Rp 700 ribu. Pernah orang-orang kampung berkumpul, sekitar jam 3 pagi, ketika rumah Marto Gudel disebutkan akan mendapat giliran teror gcrombolan. Untung bagi si calon korban. Rupanya para perampsk salah alamat. Mereka menggedor rumah petani Parno, yang kemudian dipaksa untuk menjadi penunjuk jalan menuju rumah Marto Gudel, setelah mereka kesasar sampai ke hutan kelapa sawit. Tapi mertua Parno, yang melihat gelagat jelek, segera turun tangan. Ia memukul kentongan tanda bahaya. Seisi kampung berkerumun di halaman rumah Parno. Sayang, mereka tak berani berbuat apa-apa. Dengan tenang para perampok pun berlalu dari sana. Malam itu nasib baik bagi Marto Gudel karena lolos dari tangan para perampok. Polisi, yang mendapat bantuan dari reserse-mobil KODAK II, bekerja keras. Patroli ke sana ke mari. Hasilnya lumayan. Akhir Mei lalu polisi dari sektor Lima Puluh berhasil meringkus Misdi dan Keling. Dari kedua orang ini polisi dapat memperoleh sebuah mesin listerik, sepeda motor dan taperecorder. Diduga barang-barang tersebut hasil jarahan dari rumah Sani di Kampung Hessa Air Teluk. Lalu, awal bulan Juni lalu polisi Serbelawan juga menangkap Pangat dan Rusli. Mereka adalah dua di antara enam orang yang telah tertangkap sebelumnya. Ada juga beberapa anggota perampok yang baru bisa ditangkap setelah harus main tembak dulu dengan polisi. Sipit Alan, 18 Mei lalu, habis riwayatnya di rumah sakit oleh sebuah tembakan Sersan Matondang. Buronan Jato bernasib agak baik. Pelor polisi tak sampai merenggut jiwanya. Setengah bulan sebelum Sipit Alan tertembak, Peltu Dadang, Komandan Sektor Bosar Maligas sendiri, menghantam bandit Sitorus. Sebelumnya terjadi kejar-mengejar di perkebunan Dolok Estate antara Hudiri dengan Sitorus. Apa boleh buat. Sebutir pelor Dansek menghajar tenggorokan Sitorus. Tewas seketika. Ada Simpanan Namun, walaupun polisi telah bekerja keras dan melepaskan pelor berdarah di sana sini, agaknya tak membuat gerombolan liar itu jera. Mungkin disebabkan pemimpin mereka, seperti Temu (26 tahun), Amat Setan (27), Gimin (30) dan Ucok (25), masih berkeliaran. Baik Temu maupun Mat Setan memang 'lulusan' penjara Labuhan Ruku. Dulunya mereka hanya penjahat kelas teri. Mereka dihukum 2« tahun juga untuk kejahatan mereka yang tak seberapa: membongkar rumah atau cuma menyambar jemuran tetangga. Sudah beberapa kali polisi yang terus membuntuti Temu, hendak meringkusnya. Tapi sulit. Mendekatinya saja polisi agak ngeri. Sebab di tangan Temu biasanya ada sepucuk pistol. Begitu juga di tangan Amat Setan. Pernah akhir Mei lalu, anggota polisi Supangat dan Sembiring bersama-sama mengepung Temu yang tengah berkunjung ke rumah isterinya di Kampung Merbau. Terjadilah dor-doran yang menghebohkan penduduk di tengah malah itu. Tapi Temu lolos juga. Tanggal 3 Juni lalu, polisi dari Serbelawan juga mengepung Temu, ketika ia tengah bertamu di rumah salah seorang penduduk. Pun, kali ini Kopral Simanjuntak dan Siahaan, walaupun telah menghantam Temu dengan tembakan beberapa kali terpaksa tak dapat mencegah bandit muda itu lolos dengan sepeda motornya. "Walaupun ia kita kejar-kejar," kata Letnan Supangat, "bandit itu tetap saja berani berkeliaran." Percaya tak percaya, melalui kegagalannya beberapa kali menangkap Temu, beberapa anggota polisi mulai dihinggapi kekaguman terhadap buronannya: "Temu memang ada simpanannya!" Dan si Temu memang bukan main. Kepada Letnan Amarullah, yang menangkap isteri perampok itu, Temu mengirimkan surat ancaman: "Kenapa saudara tangkap isteri saya. Dia 'kan tidak bersalah? Suatu waktu nanti kita akan adakan perhitungan!" Nah, itulah Temu yang belum juga bertemu perangkap polisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus