INI sungguh bukan lelucon. Gepeng alias Aris Freddy, pelawak
kocak itu, diperiksa polisi. Ia mendapat tuduhan yang cukup
gawat: menyimpan senjata api tanpa izin. Kecerobohan model
begitu, berdasar Undang-Undang no 12/1951 tentang pemilikan
senjata api bisa diancam hukuman mati.
Tapi dasar Gepeng. Ia tenang-tenang saja menghadapi semuanya
itu. Ia sama sekali tak merasa tersiksa tidur di Kantor Polisi
Banjarsari, Surakarta, di atas dipan lipat kiriman istrinya. "Ia
tetap saja ketawa-ketawa dan sering melucu di hadapan pak
polisi," kata Ruspono, adik Gepeng. Setiap hari, sejak bintang
Srimulat itu ditahan 22 Juni lalu, Rus membesuk abangnya.
Bergantian dengan istri Gepeng, Supiyah.
Sampai pekan lalu, pelawak yang meluncur ke atas lewat
ungkapannya "Untung ada saya" itu, memang masih tetap ditahan.
Upaya Teguh, boss Srimulat, agar anak wayangnya itu ditahan
luar, tak dikabulkan. Padahal pelawak yang lagi ngetop itu
sedang laris. Setelah ikut meramaikan acara "Srimulat Fair" di
Surakarta 15 Juni sampai dengan 18 Juni lalu, misalnya, ia sudah
teken kontrak untuk melawak di Cilacap.
Ia juga sudah teken kontrak untuk film "Gepeng Mencari Jujuk"
yang 3 Juli ini, mestinya, mulai digarap. Dan masih bersama
Jujuk, primadona Srimulat, pelawak yang gemar menenggak bir itu
masih punya "utang": menyelesaikan rekaman kaset gending
Banyumasan dan irama keroncong.
"Gepeng masih terus diperiksa secara intensif," kata Kol Pol
Yudhomo, Komandan Polisi Surakarta, mengemukakan alasan
penolakannya atas permintaan tahanan luar. Dan meskipun belum
dijumpai tanda-tanda Gepeng orang jahat, "kan tidak lucu kalau
seseorang yang dalam status tahanan, tampil di muka umum untuk
mencari uang," kata Yudhomo lagi.
Pekan ini juga kabarnya berkas perkara Gepeng, 33 tahun, akan
dilimpahkan ke kejaksaan. Diperkirakan, setelah Lebaran nanti
Gepeng akan berada di Gedung Pengadilan Negeri Surakarta,
sebagai terdakwa.
Jalan menuju pengadilan itu didapatinya secara tak sengaja.
Ceritanya, 21 Juni lalu, pengemudinya yang bernama Dadang
Sugiyatno, main bilyar di kompleks Srimulat Bale Kambang di kota
itu. Sewaktu ia menyodok bola, dari pinggangnya menyembul sebuah
benda dari besi. Benda tersebut tak lain sepucuk pistol, FN 46,
buatan Pindad Bandung. Dua orang pemain bilyar lain, yang
ternyata petugas polisi, segera menyergap Dadang.
Polisi berpakaian preman tampaknya memang bersiaga di tempat
itu. Soalnya, sejak beberapa hari sebelumnya, polisi mendapat
laporan bahwa di kompleks Bale Kambang suka ada orang yang
senang menimang-nimang si bongkok. Tak jelas, apakah ada orang
lain lagi -- selain Dadang -- yang suka memamerkan pistol di
tempat tersebut. Dan Dadang, beserta pistol yang ada di
pinggangnya, segera digiring ke kantor polisi. Di sana dia
mengaku bahwa pistol itu sebenarnya milik bintang Srimulat yang
kini lagi beken itu.
Gepeng sendiri, saat itu sedang sakit, dan beristirahat di
kompleks Srimulat Bale Kambang, di tengah istri dan empat
anaknya. "Ia sakit radang usus dan mau dioperasi," kata Supiyah,
28 tahun. Menurut rekan dekatnya, penyakit Gepeng itu
dikarenakan kebanyakan minum alkohol. Sebelum dan setelah naik
panggung, begitu biasanya, Gepeng menenggak bir sembari mengisap
rokok kretek.
Tapi mendengar Dadang ditangkap polisi, diantar pengurus
Srimulat Solo, Gepeng menyusul. Dan sore itu juga, setelah
ditanyai polisi, ia dan Dadang dibolehkan pulang. Namun esok
harinya, ia dipanggil lagi, dan langsung ditahan.
Menurut Kol Yudhomo kepada TEMPO pekan lalu, semula Gepeng
mengaku bahwa pistol yang ada di tangannya milik seorang anggota
Bakin. Suratnya pun lengkap. Namun kemudian ia mengaku membeli
pistol tersebut dari Syahrial -- seorang mahasiswa akademi
perhotelan di Jakarta. Orang lain lagi yang tersangkut dalam
jual beli itu adalah Yos. Keduanya mengaku menjual pistol Rp 250
ribu pada Gepeng enam bulan lalu. Asal pistol itu sendiri belum
jelas. Kabarnya, itu milik seorang pelaut, kenalan Syahrial.
Liku-liku pistol Gepeng itulah yang ingin diungkap polisi Solo
yang bekerja sama dengan polisi Jakarta. Siapa tahu, kasus
Gepeng itu sekaligus bisa mengungkap perdagangan senjata api,
yang kabarnya ramai juga.
Teguh sendiri, setelah gagal memperjuangkan pembebasan 'anak
emas'nya, pasrah saja. "Lebih bagus dia jujur, dan kalau memang
salah harus bersedia dihukum," katanya kepada TEMPO. Dulu,
ketika Gepeng memperlihatkan pistol yang baru dibelinya, Teguh
sempat memperingatkan bahwa orang pegang pistol, harus punya
surat-surat. "Oh, itu gampang. Nanti saya urus," begitu kurang
lebih jawaban Gepeng.
Bintang Srimulat yang lain, Tarsan dan Asmuni, juga pernah
memperingatkan, apa perlunya seorang pelawak punya senjata api.
Memang, kata Asmuni -- yang dikuatkan Teguh -- sejak Srimulat
bertengger di Jakarta, para pemain banyak yang menjadi korban
pemerasan. Paling tidak seminggu dua kali ada dua-tiga orang
bertampang kriminal minta bagian rezeki. Besarnya Rp 5-Rp 10
ribu. Alasan yang dikemukakan si pemeras ada-ada saja. Mereka
bilang anaknya sedang sakit, atau mau nengok keluarga di
kampung," kata Asmuni. Bicaranya memang halus, "tapi sambil
meletakkan pistol di atas meja." Lucunya, "saya kok ya nggak
merasa kalau diperas," kata Asmuni bergelak.
Dan meski Gepeng sudah punya pistol, kata Tarsan, si pemeras
tetap saja datang. Dan Gepeng tetap saja memberikan uang yang
diminta. "Jadi, percuma saja punya pistol, kan?" kata Tarsan.
Meski dirundung duka, dan banyak penggemar yang menanyakan kapan
Gepeng bisa naik panggung lagi, pertunjukan Srimulat di bilangan
Senayan, Jakarta, tetap membludak. Teguh sendiri tetap
optimistis grup yang dipimpinnya tak bakal guncang. Sebab, meski
besar peranannya, Gepeng bukanlah segala-galanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini