Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Percuma punya pistol, peng

Pelawak srimulat, gepeng, ditahan oleh polisi, memiliki senjata api gelap. (krim)

9 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI sungguh bukan lelucon. Gepeng alias Aris Freddy, pelawak kocak itu, diperiksa polisi. Ia mendapat tuduhan yang cukup gawat: menyimpan senjata api tanpa izin. Kecerobohan model begitu, berdasar Undang-Undang no 12/1951 tentang pemilikan senjata api bisa diancam hukuman mati. Tapi dasar Gepeng. Ia tenang-tenang saja menghadapi semuanya itu. Ia sama sekali tak merasa tersiksa tidur di Kantor Polisi Banjarsari, Surakarta, di atas dipan lipat kiriman istrinya. "Ia tetap saja ketawa-ketawa dan sering melucu di hadapan pak polisi," kata Ruspono, adik Gepeng. Setiap hari, sejak bintang Srimulat itu ditahan 22 Juni lalu, Rus membesuk abangnya. Bergantian dengan istri Gepeng, Supiyah. Sampai pekan lalu, pelawak yang meluncur ke atas lewat ungkapannya "Untung ada saya" itu, memang masih tetap ditahan. Upaya Teguh, boss Srimulat, agar anak wayangnya itu ditahan luar, tak dikabulkan. Padahal pelawak yang lagi ngetop itu sedang laris. Setelah ikut meramaikan acara "Srimulat Fair" di Surakarta 15 Juni sampai dengan 18 Juni lalu, misalnya, ia sudah teken kontrak untuk melawak di Cilacap. Ia juga sudah teken kontrak untuk film "Gepeng Mencari Jujuk" yang 3 Juli ini, mestinya, mulai digarap. Dan masih bersama Jujuk, primadona Srimulat, pelawak yang gemar menenggak bir itu masih punya "utang": menyelesaikan rekaman kaset gending Banyumasan dan irama keroncong. "Gepeng masih terus diperiksa secara intensif," kata Kol Pol Yudhomo, Komandan Polisi Surakarta, mengemukakan alasan penolakannya atas permintaan tahanan luar. Dan meskipun belum dijumpai tanda-tanda Gepeng orang jahat, "kan tidak lucu kalau seseorang yang dalam status tahanan, tampil di muka umum untuk mencari uang," kata Yudhomo lagi. Pekan ini juga kabarnya berkas perkara Gepeng, 33 tahun, akan dilimpahkan ke kejaksaan. Diperkirakan, setelah Lebaran nanti Gepeng akan berada di Gedung Pengadilan Negeri Surakarta, sebagai terdakwa. Jalan menuju pengadilan itu didapatinya secara tak sengaja. Ceritanya, 21 Juni lalu, pengemudinya yang bernama Dadang Sugiyatno, main bilyar di kompleks Srimulat Bale Kambang di kota itu. Sewaktu ia menyodok bola, dari pinggangnya menyembul sebuah benda dari besi. Benda tersebut tak lain sepucuk pistol, FN 46, buatan Pindad Bandung. Dua orang pemain bilyar lain, yang ternyata petugas polisi, segera menyergap Dadang. Polisi berpakaian preman tampaknya memang bersiaga di tempat itu. Soalnya, sejak beberapa hari sebelumnya, polisi mendapat laporan bahwa di kompleks Bale Kambang suka ada orang yang senang menimang-nimang si bongkok. Tak jelas, apakah ada orang lain lagi -- selain Dadang -- yang suka memamerkan pistol di tempat tersebut. Dan Dadang, beserta pistol yang ada di pinggangnya, segera digiring ke kantor polisi. Di sana dia mengaku bahwa pistol itu sebenarnya milik bintang Srimulat yang kini lagi beken itu. Gepeng sendiri, saat itu sedang sakit, dan beristirahat di kompleks Srimulat Bale Kambang, di tengah istri dan empat anaknya. "Ia sakit radang usus dan mau dioperasi," kata Supiyah, 28 tahun. Menurut rekan dekatnya, penyakit Gepeng itu dikarenakan kebanyakan minum alkohol. Sebelum dan setelah naik panggung, begitu biasanya, Gepeng menenggak bir sembari mengisap rokok kretek. Tapi mendengar Dadang ditangkap polisi, diantar pengurus Srimulat Solo, Gepeng menyusul. Dan sore itu juga, setelah ditanyai polisi, ia dan Dadang dibolehkan pulang. Namun esok harinya, ia dipanggil lagi, dan langsung ditahan. Menurut Kol Yudhomo kepada TEMPO pekan lalu, semula Gepeng mengaku bahwa pistol yang ada di tangannya milik seorang anggota Bakin. Suratnya pun lengkap. Namun kemudian ia mengaku membeli pistol tersebut dari Syahrial -- seorang mahasiswa akademi perhotelan di Jakarta. Orang lain lagi yang tersangkut dalam jual beli itu adalah Yos. Keduanya mengaku menjual pistol Rp 250 ribu pada Gepeng enam bulan lalu. Asal pistol itu sendiri belum jelas. Kabarnya, itu milik seorang pelaut, kenalan Syahrial. Liku-liku pistol Gepeng itulah yang ingin diungkap polisi Solo yang bekerja sama dengan polisi Jakarta. Siapa tahu, kasus Gepeng itu sekaligus bisa mengungkap perdagangan senjata api, yang kabarnya ramai juga. Teguh sendiri, setelah gagal memperjuangkan pembebasan 'anak emas'nya, pasrah saja. "Lebih bagus dia jujur, dan kalau memang salah harus bersedia dihukum," katanya kepada TEMPO. Dulu, ketika Gepeng memperlihatkan pistol yang baru dibelinya, Teguh sempat memperingatkan bahwa orang pegang pistol, harus punya surat-surat. "Oh, itu gampang. Nanti saya urus," begitu kurang lebih jawaban Gepeng. Bintang Srimulat yang lain, Tarsan dan Asmuni, juga pernah memperingatkan, apa perlunya seorang pelawak punya senjata api. Memang, kata Asmuni -- yang dikuatkan Teguh -- sejak Srimulat bertengger di Jakarta, para pemain banyak yang menjadi korban pemerasan. Paling tidak seminggu dua kali ada dua-tiga orang bertampang kriminal minta bagian rezeki. Besarnya Rp 5-Rp 10 ribu. Alasan yang dikemukakan si pemeras ada-ada saja. Mereka bilang anaknya sedang sakit, atau mau nengok keluarga di kampung," kata Asmuni. Bicaranya memang halus, "tapi sambil meletakkan pistol di atas meja." Lucunya, "saya kok ya nggak merasa kalau diperas," kata Asmuni bergelak. Dan meski Gepeng sudah punya pistol, kata Tarsan, si pemeras tetap saja datang. Dan Gepeng tetap saja memberikan uang yang diminta. "Jadi, percuma saja punya pistol, kan?" kata Tarsan. Meski dirundung duka, dan banyak penggemar yang menanyakan kapan Gepeng bisa naik panggung lagi, pertunjukan Srimulat di bilangan Senayan, Jakarta, tetap membludak. Teguh sendiri tetap optimistis grup yang dipimpinnya tak bakal guncang. Sebab, meski besar peranannya, Gepeng bukanlah segala-galanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus