ALUNAN ayat suci Quran menggema di auditorium gedung pusat Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Sabtu petang pekan lalu. Polisi dan Menwa (Resimen Mahasiswa) berjaga-jaga di luar gedung. Suasana hening mencekam. Kemudian terdengar pembaa acara menyebutkan serah terima jabatan dekan Fakultas Teknik UII dimulai. Tepuk tangan langsung bergemuruh. Di situ, Rektor UII Prof. Ace Partadiredja sebagai Pjs. Dekan Fakultas Teknik menyerahkan jabatan ke pada Ir. M. Syamsuddin. Rektor memberi sambutan singkat, antara lain menyebutkan telah berhasil mengatasi gejolak yang terjadi di Kampus UII. Tepuk tangan kembali bergemuruh sampai upacara berakhir. tak terjadi insiden apa-apa. Sekitar seratus undangan yang hadir dipersilakan keluar ruangan, sementara Prof. Ace memberi pengarahan kepada stafnya. "Akhirnya selesai juga dan lancar," kata Rektor kemudian. Itulah ending dari kemelut panjang di universitas swasta tertua di Indonesia ini. Pangkal kemelut adalah pemilihan dekan Fakultas Teknik. Mahasiswa teknik bersikukuh untuk mendudukkan kembali dekan lama, Ir. Rasyid Widodo. Setidak-tidaknya, Rasyid diperbolehkan maju sebagai calon. Tapi Rektor UII yang didukung Badan Wakaf (semacam yayasan yang mengelola UII) menolak Rasyid ditampilkan. Masa jabatan Rasyid sebenarnya berakhir Mei nanti. Tapi Badan Wakaf dalam keputusannya 19 Maret lalu menyatakan, pemilihan dekan Fakultas Teknik segera dilangsungkan, dan Rasyid tidak diimkan menjadi calon. Malah ia dilarang memegang jabatan struktural lainnya. "Dosanya" disebutsebut banyak, antara lain ada skandal dengan dosen UGM (Soal ini Rasyid membantah, dan ia justru melangsungkan resepsi pernikahan dengan wanita yang dituduhkannya itu, Ahad lalu, di Hotel Garuda, Yogyakarta). Keputusan ini menyulut kemarahan mahasiswa teknik, yang jumlahnya 3.300 orang dari sekitar 10 ribu mahasiswa UII. Mahasiswa itu menilai Rasyid berprestasi baik. Selama masa kepemimpinannya, Fakultas Teknik - satu dari lima fakultas di UII berhasil meluluskan 230 insinyur. Sedangkan sebelumnya, fakultas yang statusnya "diakui" itu, dan berdiri tahun 1970, hanya meluluskan 20 sarjana. Gejolak ini meletus menjadi aksi unjuk rasa ketika pemilihan dekan Fakultas Teknik di kampus UII, Jalan Cik Di Tiro, dilangsungkan 2 April lalu. Ratusan mahasiswa membawa spanduk yang antara lain berbunyi: Mahasiswa Butuh Rasyid Widodo Tetap Dekan Teknik, Bersihkan UII Dari Oknum-Oknum Ekstrem. Pemilihan dekan hari itu gagal. Sepekan kemudian ganti mahasiswa nonteknik yang turun. Mereka melakukan aksi unjuk rasa balasan. Kelompok mahasiswa ini membawa spanduk bereuliskan Pecat Rasyid Widodo. Rektor Jangan Mundur. Kelompok ini menyebut-nyebut bahwa Rasyid terlibat skandal seks dengan seorang dosen dari UGM. Memang, isu sentral yang menghambat perjalanan karier Rasyid di Ull adalah "kasus cinta". Menurut H. Daliso Rudianto Mangunkusumo, S.H., Ketua Badan Wakaf UII, soal moral itu adalah salah satunya. "Citra UII ikut jatuh kalau kami paparkan masalah moral Rasyid." kata Daliso. Tentang Badan Wakaf yang kemasukan golongan ekstrem seperti bunyi spanduk mahasiswa teknik, Daliso berkata, "Kalau mereka dapat membuktikan adanya oknum Badan Wakaf yang anti-Pancasila, kami siap menerima tuntutan mereka." Ternyata, gebrakan mahasiswa teknik itu keluar dari kampus. Dengan poster dan spanduk lebih keras, mereka datang ke gedung DPRD Yogyakarta, di Jalan Malioboro. 9 April lalu Dalam suasana panas itu Rektor UII Prof. Ace mengulangi ancamannya, akan mengundurkan diri dari UII kalau pemilihan dekan tidak berjalan mulus. Ace lalu mengusulkan agar pemilihan dekan itu dilakukan di Mapolwil Yogyakarta. Tapi Kapolwil Kolonel Polisi A.A. Soegiyo yang menerima permohonan itu tidak setuju, "Pemilihan dekan sebaiknya tetap di kampus, bukan di kantor polisi" kata Soegiyo. Akhirnya, pemilihan dekan itu memang di kampus, 10 April. Tapi tidak di kampus UII melainkan di kampus UGM, Bulaksumur. Tepatnya di Fakultas Pasca-Sarjana UGM. Ace memang guru besar fakultas Ekonomi UGM Celakanya, mahasiswa teknik mencium tempat pemilihan itu. Lalu mereka menghalang-halangi sebagian undangan yang hendak masuk ruangan. Dari 160 undangan yang disebarkan yang berhasil masuk ruangan hanya 60 orang. Toh Ace menganggap jumlah itu sudah memenuhi syarat Tapi Rasyid Widodo, yang ikut hadir sebagai undangan - dan statusnya masih dekan - mengajukan protes. "Rapat pemilihan dekan ini tidak sah." kata Rasyid, dan meninggalkan ruangan. Rapat ini menghasilkan empat calon, yakni Ir. Syamsuddin, Ir. Hamzah Berahim, Ir. Widodo, M.Sc., dan Ir. Sudralat Suharjo. Kemudian Prof. Ace terus terang meminta agar tiga calon terakhir bersedia mengundurkar diri, karena suaranya lebih kecil, sehingga tidak diadakan pemilihan lanjutan. Ketiganya setuju. Dan sejak itu, jabatan dekan Fakultas Teknik dinyatakan demisioner, dan pelaksana dekan sehari-hari dipegang Rektor. Rasyid tetap tak bisa menerima. "Saya tidak.akan mematuhi keputusan itu. Saya tetap dekan. Untuk sementara, kantornya, ya, di rumah," katanya. Tapi Ketua Badan Wakaf H. Daliso, Selasa pekan lalu, lebih dulu mengeluarkan keputusan kontroversial: menolak pengangkatan Rasyid Widodo sebagai pegawai tetap di UII "Dia tidak dipecat, tapi kalau tetap ingin mengajar di UII bisa saja. Asal mengajukan lamaran kembali sebagai dosen tidak tetap," kata Daliso. Tentu saja Rasyid tambah berang. Kini ia menyiapkan berkas tuntutan menggugat Rektor dan Badan Wakaf UII. "Mereka mencemarkan nama baik saya," katanya. Digugatnya juga 26 dosen Fakultas Teknik UII, karena menandatangani pernyataan yang menyebut dirinya korupsi. Ia menunjuk Pengacara Abdul Malik, S.H. sebagai penasihat hukumnya. Uniknya, Abdul Malik ini adalah dosen Fakultas Hukum UII. Gejolak belum berakhir, agaknya. Agus Basri, I Made Suarjana (Yogya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini