TAK kurang dari 32 tersangka segera diajukan ke pengadilan. Mereka, bersama penduduk Kampung Cigulawing, Desa Margawati, Kabupaten Garut, dituduh membantai Sukar'i dan keluarganya. "Pertengahan Juli lalu berkas perkara pembunuhan ini diserahkan ke Kejaksaan," kata Mayor R.M.S. Diradja, Wakapolres Garut. Sukar'i, 70 tahun, baru berangkat tidur. Tiba-tiba pintu rumah ayah empat anak itu dilabrak puluhan penduduk yang baru selesai salat tarawih. Lalu leher kakek tiga cucu itu, bersama Ma'ah, istrinya (65 tahun), dan dua anaknya, Wasman (43 tahun) dan Nyonya Safaah (41 tahun), malam itu dijerat tali plastik. Seperti lomba tarik tambang, ujung-ujung tali itu kemudian mereka tarik berlawanan. "Kreeek . . .,". Mayat mereka lalu dikubur dalam satu lubang di tepi hutan. Tiga hari kemudian, Kepala Desa Margawati, Fakih, setelah melihat rumah korban yang berantakan, melapor ke polisi. Dan kasus itu baru terbongkar pada 19 Juni lalu -- setelah sebulan kejadian. "Semua penduduk, termasuk famili korban, bungkam. Padahal, sudah 30 anggota polisi dikerahkan," kata Diradja. Ketika kuburan itu digali, ada dua pemuda yang mondar-mandir menyaksikan. Mereka ditangkap, dan mengaku tahu pembunuhan itu. "Tapi kami cuma menyaksikan," kata Okis, 25 tahun, salah seorang dari pemuda itu. Lalu, ditangkaplah seorang karyawan Pemda Garut -- yang diduga otaknya berikut 30 tersangka. Sehari sebelum pembunuhan itu, Sukar'i dituduh menyantet Kurnia, 10 tahun, hingga mati. Pelajar kelas IV SD itu baru pulang dari sekolah, ketika di halaman rumahnya dihampiri Sukar'i. Kakek yang dijuluki "Samber Nyawa" itu meniup ubun-ubun anak itu. Malamnya, Kurnia muntah darah dan meninggal. Yakin adiknya mati disantet Sukar'i, Sudin, 29 tahun, karyawan Pemda itu, menghubungi tetangganya, Adir, 63 tahun. Ibu Adir, Nyonya Eyoh, katanya juga mati disantet Sukar'i beberapa tahun lalu. Karena hampir semua penduduk yang umumnya buruh tani itu percaya adanya santet, kedua orang ini mengajak menghabisi Sukar'i dan keluarganya. "Tak sulit," kata Sudin, di tahanan Polres. Menurut Adir, ayah empat anak dan lima cucu itu, korban ilmu santet Sukar'i, "tak terhitung. Kayaknya selalu minta wadal atau korban manusia."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini