Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Iklan punya perkara

Nama wali kota bandung utju djunaidi dicatut. ia seolah-olah membuat rekomendasi untuk memasang iklan di majalah terbitan kobang diklat ad. pelakunya berinitial is dan sa berhasil ditangkap. (krim)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WALIKOTA Bandung Utju Djunaedi memerintahkan ajudannya: "Tangkap orang itu dan bawa ke sini". Sang ajudan, Ade Sukarya, siap melakasanakan perintah itu untuk menangkap seorang pemuda ganteng. Siasatnya untuk menjebak pemuda tadi, IS, tak terlalu sulit sebab ia sudah merencanakan datang kepada enam perusahaan di kota Bandung antara lain PT Astra cabang setempat. Ade, yang di kepolisian punya pangkat Pembantu Letnan Satu berembuk dengan' keenam persahaan tadi untuk memberitahukannya, bila IS datang. Sabtu 24 April yang lalu, tengah hari,IS dan kawannya SA betul datang ke Astra. Mereka disuruh mennggu sebentar karena Direktur Astra sedang dinas luar. Sebelumnya telah disepakati bahwa ongkos iklan akan dibayarkan langsung oleh sang direktur. Tak selang begitu lama "Direktur Astra", yang tak lain adalah Ade, datang. "Ini yang membawa rekomendasi walikota?" begitu tanya Ade. Cekatan sekali IS dan SA mengangguk. Tapi dengan cepat juga Ade merogoh pistol dari balak bajunya. IS melotot dan membuat gerakan seolah-olah akan mengambil sesuatu dari tas Echolac-nya. "Jangan teruskan. Bila tidak menurut, pistol ini akan meletus di perut saudara", begitu ancaman Ade sambil menekan pistol ke perut IS. Kejadian selama beberapa menit itu cukup membikin bengong para karyawan Astra lantaran ,mereka tidak diberitahu sebelumnya. "Ingat, bila tidak mengaku akan saya kirimkan ke Jalan Jawa", ujar sang walikota kepada IS dan SA yang dihadapkan kepadanya. Walikota terpaksa menggertak karena kedua pemuda masih mungkir walau alat pemalsu yang mereka miliki telah ada di tangan Ade. Di Jalan Jawa terdapat kantor Polisi Militer. "Bila diperiksa di sana akan lebih berat", begitu walikota membujuk kedua tersangka agar suka berterus terang. Rupanya gertakan tadi memang sekedar gertak. Sebab nyatanya mereka keesokan harinya diserahkan kepada Polisi Kota Besar Bandung setelah ditahan dan diperiksa bagian Ketertiban Umum Kotamadya. Si Kakak Dari pemeriksaan awal cepat diketahui bahwa order untuk mencari iklan didapat IS dari kakaknya sendiri, S pegawai sipil Kobangdiklat (Komando Pengembangan Pendidikan dan Latihan) Angkatan Darat. Nopember tahun lalu S mendapat tugas dari majalah Eka Wika Yudha Cakti keluaran instansi tadi. Tugas S adalah mencari iklan sebanyak-banyaknya untuk dimuat pada penerbitan majalah tadi. Surat tugas S ditunjukkan kepada adiknya, IS, yang menumpang pada S. Secara iseng saja sang' kakak menunjukkan surat itu. Tapi rupanya IS berminat benar. Maklum ia sedang menganggur. Dan rupanya ia tahu nikmatnya memperoleh komisi iklan. Sayangnya S tak lagi mengawasi adiknya. Akibatnya beberapa bupati di Jawa Barat terpikat. Penampilan IS sebagai pencari iklan alias kolpoltir, dengan modal tas mentereng dan pakaian selalu bersih-rapi, berhasil pula memikat beberapa perusahaan. Sejak Nopember tahun lalu sampai April yang baru saja berselang ia berhasil menggaet Rp 600 ribu lebih. Semuanya masuk kantong sendiri. Sebagian kecil saja yang konon dikirimkan kepada orangtuanya yang sedang sakit di kampung halaman Payakumbuh. Sebenarnya tugas S harus dijalankannya sendiri. Itupun terbatas pada tahap menghubungi pemasang iklan. Samasekali tidak boleh menarik ongkos iklan. Soal pembayaran akan diurus pimpinan majalah. Tapi IS, dengan melompati kakaknya, sambil menghubungi calon pemasang iklan juga sekaligus menyodorkan kwitansi. Cap Kobangdiklat oleh IS dipesan di pinggir jalan di Kota Kembang itu. Untuk operasi di kota, setelah sukses di luar kota, IS perlu menambah satu upaya lagi. Sasarannya adalah agar proses mencari iklan berjalan lancar. Loyalitas Sehabis difikir masak-masak diambil keputusan untuk membuat rekomendasi Walikota Bandung kepada 6 perusahaan dan 1 instansi pemerintah, yaitu Sub Direktorat Agraria Bandung. Di atas kertas diketik anjuran walikota agar "memberikan loyalitas untuk kepentingan Kobangdiklat". Caranya, pasanglah iklan misalnya ucapan se!amat. Tanda tangan walikota Utju Djunaedi dan stempel Kotamadya Bandung didapat IS dari selebaran ketika Bandung berulang tahun. Bagian penting dari kertas selebaran itu digunting lalu ditempelkan pada surat yang sudah diketik. Setelah rapi dibikin fotokopi rangkap 10 dan aslinya dibuang. Rekomendasi yang fotokopi itulah yang kemudian beredar pada calon korban kelicikan IS. Tapi IS ketemu batunya. Ia memasukkan Sub Direktorat Agraria sebagai salah satu mangsa. Inilah yang membikin para pejabat di kantor itu curiga. Timbul tanda tanya mengapa walikota sampai membuat rekomendasi untuk instansi di bawahnya. Artinya masih tubuh sendiri. Bertolak dari kecurigaan ini petugas yang menerima kedataqgan IS dan SA langsung menilpon walikota. Ternyata sang walikota terkejut. Ia tidak merasa membuat rekomendasi tadi. "Belum lama jadi walikota, sudah ada yang begini", komentar Utju secara spontan. Utju dilantik empat bulan yang lalu. Pantaslah ia segera memerintahkan menangkap orang yang mencatut namanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus