DENGAN modal cuma ratusan ribu rupiah Pra-Han, orang Surabaya,
berani merencanakan menggaet keuntungan sampai Rp 375 juta hanya
dalam tempo 1-3 bulan. Mudah diperkirakan ini berbau penipuan.
Untung usaha ini dapat dipotong sebelum berbuah -- seperti
dinyatakan dengan bangga oleh IK Suprakto, Direktur Utama
Asuransi Bumi Putra 1912, 12 Pebruari lalu, dalam upacara HUT ke
67 perusahaan tersebut di Surabaya.
Dan usaha menipu begitu, menurut Suprakto, dilakukan Pra-Han
dalam rangka kegiatan suatu sindikat yang memang berusaha menipu
perusahaan-perusahaan asuransi.
Suatu hari Pra-Han datang sendiri ke Bumi Putera 1912 Cabang
Surabaya untuk menutup kontrak asuransi bagi Ishak dan Mulyadi
masing-masing (memang dihitung dengan uang dolar) US$20 ribu.
Untuk itu Pra-Han harus membayar premi bulanan bagi Ishak Rp 25
ribu dan Mulyadi Rp 27 ribu, selama 120 bulan.
Di samping untuk Ishak dan Mulyadi masih ada asuransi untuk dua
orang lain dengan nilai kontrak 60 ribu dolar.
Juga oleh Pra-Han di Bumi Putera itu pula. Perusahaan
pertanggungan ini mula-mula tak menaruh curiga sedikitpun.
Bahkan tentunya gembira dapat memperoleh kontrak 100 ribu dolar
tanpa mengerahkan penjaja asuransi seperti biasanya. Apalagi
semua kontrak tampak ditandatangani sendiri oleh masing-masing
tertanggung. Termasuk oleh Ishak dan Mulyadi.
Baru sekitar dua bulan setelah menutup kontrak, Pra-Han sudah
menuntut klim bagi kematian Iskak dan Mulyadi. Sebagai dokumen
klim Pra-Han mengajukan bukti surat keterangan kematian. Mulyadi
dinyatakan mati 29 Juli 1978 dan Iskak dua hari berikutnya.
Surat keterangan tersebut dibuat oleh Nyonya Sutinah Suwono
sebagai Kepala Desa Cakar Ayam di Kabupaten Mojokerto (Jawa
Timur). Tapi syarat belum cukup. Bumi Putra menghendaki agar
Pra-Han menunjukkan surat keterangan dokter (visum) atau dari
rumahsakit. Pra-Han tak mudah memenuhi ketentuan begitu.
Ketidak-cekatan Pra-Han melengkapi syarat yang diminta segera
memancing Bumi Putra untuk membuat penyelidikan. Inspektur Bumi
lutra Surabaya, Moh. Said, dikirim sebagai 'detekrif' asuransi
ke Mojokerto. Kamsiah dan Romlah, isteri-isteri Iskak dan
Mulyadi di desa Cakar Ayam membenarkan kematian suami mereka.
Tapi kedua janda ini tak tahu menahu apa hubungan antara
kematian suami mereka dengan klim asuransi puluhan juta rupiah.
Kenal Pra-Han pun mereka tidak.
Lurah Cakar Ayam juga dihubungi. Di sini Said memperoleh bahan
yang meyakinkan. Lurah Sutinah memang mengaku pernah berurusan
dengan Pra-Han. Ujung-pangkalnya tak begitu jelas. Datang-datang
Pra-Han minta daftar kematian rakyat Cakar Ayam katanya untuk
mengusahakan dana kematian dari sebuah yayasan.
Berfikir demi kepentingan warganya, Lurah Cakar Ayam memenuhi
permintaan Pra-Han. Dia menyodorkan nama Iskak dan Mulyadi
lengkap dengan surat keterangan kematian. Disebutkan tanggal
kematian Mulyadi dan Iskak masing-masing 29 dan 31 Juli 1978.
Sedangkan dari batu nisan kedua orang tersebut, setelah Moh.
Said menyelidikinya di kuburan Mulyadi dan Iskak meninggal 23
dan 28 Juni. "Ah, itu kesalahan administrasi saja," kata Sutinah
seperti diceritakan Said.
Orang Bayaran
Dari bahan yang dikumpulkan Said Bumi Putra dapat memojokkan
PraHan untuk mengakui pembatalan kontrak asuransi. Pra-Han tidak
berkurik. Untung baginya, hingga saat ini Bumi Putra belum
melaporkan kegiatannya kepada polisi. "Yang berwenang melaporkan
kepada polisi hanya kantor pusat," kata Widadi, Kepala Cabang
sumi Putra Surabaya.
Di samping menyelamatkan dananya dari kontrak dan klim palsu,
sumi Putra Juga menyelamatkan perusahaan asuransi lain. Sebab di
samping hendak menipu Bumi Putra, Pra-Han diketahui juga telah
memasukkan beberapa nama untuk kontrak asuransi dengan
perusahaan asuransi Buana Putra, Panin Putra dan Bumi Asih Jaya.
Tentu saja nama-nama orang yang sudah mati di sana-sini. Untuk
meneken kontrak, seperti halnya yang mengaku sebagai Mulyadi
atau Iskak, tentu saja Pra-Han tak sulit mencari orang bayaran.
Pra-Han tak dapat ditemui di alamat -- seperti yang
dicantumkannya dalam kontrak -- Jalan Pasar Besar 82 Surabaya.
"Dia memang jarang sekali di rumah," kata dua orang pelayan toko
di sana yang menjual peralatan mobil. Tapi andai kata dia belum
berhasil menggaet sepeserpun dari salah sebuah perusahaan
asuransi manapun Pra-Han sendiri telah mengalami kerugian. Sebab
pada perusahaan-perusahaan asuransi dia telah membayar premi 1-3
bulan untuk 8 nama di 4 perusahaan asuransi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini