Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Jawaban Kemenag Soal Alkohol yang Halal di Antiseptik

Kementerian Agama membenarkan produk antiseptik bermerek dagang Onemed Alkohol 70 persen dan 95 persen memiliki sertifikat halal.

7 Maret 2024 | 19.25 WIB

Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Muhammad Aqil Irham (tengah)/Tempo-Mitra Tarigan
Perbesar
Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Muhammad Aqil Irham (tengah)/Tempo-Mitra Tarigan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama angkat bicara soal produk antiseptik berbahan alkohol yang memiliki sertifikat halal. "Produk ini betul telah tersertifikasi halal dalam kategori produk barang gunaan berupa Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)," kata Kepala BPJPH Kemenag, Muhammad Aqil Irham di Jakarta, pada Kamis, 7 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Adapun produk yang dimaksud adalah Onemed Alkohol 70 persen dan 95 persen. Produk tersebut menjadi perhatian publik karena kemasannya menampilkan catatan "Alkohol yang halal".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berdasarkan data Sistem Informasi Halal (SIHALAL), antiseptik produksi PT Jayamas Medica Industri terdaftar bersertifikat halal dengan nomor sertifikat ID35410001313500222. Sertifikat halal produk tersebut diterbitkan BPJPH pada 15 Desember 2022.

Pemberian sertifikasi halal itu, kata Aqil, mengacu Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 748 Tahun 2021, tentang Jenis Produk yang Wajib Bersertifikat Halal. "Berdasarkan KMA tersebut, antiseptik adalah salah satu produk yang dikenai kewajiban bersertifikat halal. Kategorinya produk barang gunaan, jenis PKRT, kode klasifikasinya 4.5."

Tak hanya produk berupa antiseptik, kode klasifikasi 4.5 pun mencakup produk lainnya, seperti disinfektan, antiseptika dan lainnya. Aqil menegaskan lebih lanjut bahwa pemahaman terkait titik kritis kehalalan alkohol penting untuk dipahami oleh masyarakat dengan tepat.

Sebab bila keliru, kata dia, dapat menimbulkan kesalahpahaman. Menurutnya, masyarakat harus membedakan alkohol barang gunaan yang bersertifikat halal dengan alkohol yang ada di minuman keras atau khamr, yang jelas tidak boleh disertifikasi halal.

Dilihat dari proses pembuatannya, alkohol dapat dibedakan sebagai hasil samping industri khamr dan etanol hasil industri non khamr yang diperoleh dari sintesis kimiawi ataupun hasil industri fermentasi non khamr. Alkohol yang berasal dari khamr termasuk bahan yang tidak dapat disertifikasi halal.

Sementara alkohol hasil sintesis kimiawi atau fermentasi non-khamr, penggunaannya diperbolehkan sepanjang tidak membahayakan dan dapat disertifikasi halal. "Alkohol dalam antiseptik tersebut merupakan bahan yang diperoleh dari proses produk halal dan memperoleh sertifikat halal," ujar Aqil. "Produk antiseptik itu sendiri adalah barang gunaan yang peruntukannya sebagai antiseptik, dan jelas bukan untuk diminum."

Intan Setiawanty

Intan Setiawanty

Memulai karier jurnalistik di Tempo pada 2023. Alumni Program Studi Sastra Prancis Universitas Indonesia ini menulis berita hiburan, khususnya musik dan selebritas, pendidikan, dan hukum kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus