Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Jika nenek benci

Kematian bayi agus, 9 hari, di talun, blitar, dicurigai diracun neneknya, marni. pasalnya marni tak setuju punya mantu kepada jarno yang bukan orang kaya. sasaran marni bukan agus tapi jarno.

22 Agustus 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MERACUN cucu buat Mbok Marni bukan mustahil. Ketika Agus di tangannya, tangis jabang bayi itu disambut Marni dengan memberikan cairan potas alias racun ikan. Maka, keluarlah busa dari hidung dan mulut bayi yang berusia 9 hari itu. Sewaktu Sriani menyusuinya, setelah ia mencuci kain di sungai, Agus tak tertolong lagi. Anak itu meninggal dalam pelukan ibunya. Kematian Agus dicurigai Darmani dan Sutarman, adik Sriani. Menurut Sutarman keponakannya itu mati tak wajar. Ini setelah ditemukan bekas racun yang terbuang. Lalu ia melapor pada sekretaris desa, dan diteruskan ke Polsek setempat. Marni, makelar pegadaian yang buta huruf itu, dijemput. Sore 1 Agustus, Desa Kaweron, Kecamatan Talun, Blitar, Ja-Tim, ramai. Kubur Agus digali kembali. Jenazah 3 kg itu dibawa ke RSU Wlingi. Divisum. "Dari mulut dan hidung mayat bayi itu masih keluar busa," kata Supriyanto, Kepala Desa Kaweron. Menurut Marni pada polisi, sasarannya sebenarnya Jarno. Karena menantunya itu jarang di rumah, Aguslah yang diracun. Bencinya Marni pada si menantu karena perkawinan Sri dengan Jarno tak disetujuinya. Jarno pernah menuduh Marni mencuri uangnya Rp 50 ribu, ketika ia menginap di rumah mertuanya itu. Yang dituduh tentu mencak-mencak dan memaki. Apalagi setelah Jarno merebut tas yang sedang dipegang Marni. Lalu isinya dihamburkan. Tapi uangnya tak ada. Karena malu, kemudian Sri diajaknya kembali ke rumah kakeknya di Blitar. Kendati orang sekampung menggelari Sriani dengan "perawan kasep", Marni memang ogah bila anaknya menikah dengan Jarno. Lelaki berusia 25 tahun itu buruh tani. Marni berharap Sriani, 30 tahun, kawin dengan orang yang ekonominya kuat dan mampu mengangkat martabatnya. Sejak hamil lima bulan, Sriani dititipkan pada Marni. Setelah itu, Jarno sekali menjenguk istrinya, sewaktu Agus lahir. Dan ia meninggalkan uang Rp 5 ribu. Tapi Jarno tak tahu kalau kematian putranya itu diracun. Setelah muncul pada saat penguburan, kemudian ia ke Sumatera. Kasan Rejo, suami Marni yang tukang batu itu, mencela perbuatan istrinya. Sutarman juga. Tapi, di bilik tahanan 2 x 3 meter itu, Marni mengeluh. "Kok tega, anak kandung memasukkan ibunya ke penjara," ujar Marni pada Herry Mohammad dari TEMPO. Kenapa tidak?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus