Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Jonni With The Long Knife

Jonni dari kisaran, pekerjaannya memungut uang dari pedagang makanan di terminal bis & menusuk setiap orang yang mengusiknya. Pihak berwajib tak dapat berbuat sesuai untuk meringkusnya.

7 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Kisaran, ibukota kabupaten Asahan, pernah diputar film James Bond berjudul The Man With The Golden Gun. Kini mereka digelisahkan oleh perbuatan seorang pemuda yang mereka juluki The Man With The Long Knife. Ia masih muda, baru berumur 21 tahun, bernama Jonni, anak kandung seorang pembantu Letnan. Pemuda ini berandalan dan ditakuti penduduk. Ia biasa 'mangkal' di sekitar terminal bis. Kerjanya mengganggu para penjual makanan dan buah: mengutip 'uang keamanan'. Tercatat telah beberapa kali melakukan penganiayaan dengan penusukan, dengan menggunakan pisau panjang, dan tetap lolos dari tangan yang berwajib. Penduduk setelah menyaksikan Jonni beberapa kali bebas melakukan kejahatan, lebih menyangsikan kemampuan polisi dari pada kelihaian si berandal. Hingga kini polisi belum mampu membekuk Jonni yang jagoan ini. Dan terjadilah ini: Selesai mendengarkan pidato kampanye Golkar, oleh Amir Murtono dari DPP Golkar di lapangan Mutiara, Chairuddin (20 tahun) berlenggang pulang. Sampai di muka Wisma PT Uni Royal, pemuda berkaos gambar pohon beringin ini berjumpa dengan si jagoan Jonni. Menurut Chairuddin, mungkin Jonni sedang mabuk: mulutnya berbusa dan berbau tuak. Si Jonni, melihat Chairuddin, timbul isengnya: "Hei, kalau sudah pakai kaos Golkar begitu, apa sudah tidak mempan pisau?", ejek Jonni. Yang diejek cuma tertawa: "Kau mabok?" Cuma begitu saja jawabnya. Tapi itu sudah cukup membuat jagoan itu naik pitam. Tanpa banyak bicara, ia segera menghunus pisau panjangnya - yang selalu terselip di pinggang -- dan menghunjamkan ke dada kiri Chairuddin. Dua kali hujaman, masih sempat membuat korbannya punya waktu untuk menyelamatkan diri. Tapi baru 20 langkah, pemuda yang tak berdosa itu terkapar di jalan. Jonni masih memburu. Tapi orang-orang dapat menyelamatkan korban dan membawanya ke rumah sakit. Jonni sendiri, seperti peristiwa yang sudah-sudah, dibiarkan berlalu begitu saja dengan aman. Golkar Mendesak Chairuddin hingga kini masih diopname. Keluarga melaporkan penganiayaan itu ke polisi. Pihak Golkar, DPD Golkar setempat, juga ikut mendesak polisi agar bertindak. Tapi, begitu kenyataannya, polisi tak bertindak apa-apa. Siapapun masih dapat melihat Jonni, secara bebas berkeliaran di sekitar terminal: mengganggu para penjual makanan dan buah, seperti biasanya. Pimpinan organisasi Pemuda Pancasila, di tempat Chairuddin menjadi anggotanya, kesal: "Wah, nampaknya Jonni itu sudah punya surat izin bebas menikam orang", kata Marwan Efendy, pimpinan Pemuda Pancasila. Surat izin menikam tentu tak dipunyai si Jonni ini. Tapi, menurut petugas rumahsakit di Kisaran, "sudah ada 6 korban penusukan oleh Jonni yang dirawat di sini". Belum yang tak dirawat di sana. Dan Jonni sendiri tak pernah berurusan dengan pengadilan, selama memerankan 'pemuda berpisau panjang' itu. Pernah sekali masuk dalam sel tahanan polisi. Tapi, begitu kata seorang anggota polisi sendiri, ia segera bebas setelah diurus oleh bapaknya yang ABRI. Dua hari setelah penusukan atas Chairuddin -- suatu bukti polisi belum bertindak - Joni masih kelihatan di terminal bis. Ia masih main judi. Seperti biasanya juga, dalam permainan judi kali inipun ia kalah. Darwin (18 tahun) penjual roti, kebetulan sore itu beruntung: sampai perjudian selesai ia keluar sebagai pemenang. Jonni marah-marah. Ia menuntut agar Darwin memulangkan segala uang kekalahannya. Darwin menolak. Sudah dapat diduga: Jonni segera menghunus pisau panjangnya dan langsung menusukkannya tepat di lambung Darwin. Darwin kontan tersungkur, dengan pusarnya tertembus pisau sedalam 5 sentimeter. Kali ini juga tak ada orang yang berusaha meringkus jagoan kejam itu. Hanya korban diusahakan untuk diselamatkan. Tapi belum sampai di rumah sakit, Darwin telah menghembuskan nafas terakhir. Dikroyok Penduduk, kali ini, mulai marah. Tapi ke mana Jonni? Ia tetap tenang. Malam harinya ia tetap berkunjung ke rumah pacarnya di kampung Sidorejo. Penduduk di sana, yang betul-betul sudah muak dengan sikap jagoan ini, segera melapor ke polisi. Polisi harus bertindak. Maka Peltu Swarto membawa 5 orang anak-buahnya mengepung rumah pacar Jonni. Swarto menyerukan, agar Jonni menyerah. Tapi buronan ini malah mengancam: "Siapa dekat, kutikam!" Ancamannya berpengaruh juga: tak seorang pun dari petugas yang mendekat. Lewat pintu belakang, begitu kata polisi, buronan ini kabur. Dan polisi gigit jari - setelah tembakan peringatan 4 kali tanpa membawa hasil. Penggerebegan yang gagal itu, memang tidak cocok dengan reputasi polisi setempat - yang pernah dapat hadiah sepeda motor dari Bupati dan surat penghargaan dari Kadapol Sumatera Utara, berkat kesigapan mereka meringkus perampok Kaput cs dua tahun lalu. Dua hari berikutnya, setelah pengepungan oleh polisi atas dirinya, Jonni masih berani muncul di terminal bis. Tapi kali ini penduduk sudah marah benar. Sekelompok penjual roti, dibantu kenek bis, berusaha menyergap 'musuh' penduduk ini. Tapi, lagi-lagi, Jonni licin bagai belut: lolos lagi! Pimpinan Pemuda Pancasila telah mengerahkan anggotanya untuk memburu Jonni. Juga Komandan Kodim, kabarnya, telah mengerahkan anak-buahnya. Akhirnya Kepala Polisi setempat, Kapten Katiran, seperti putus harapan: "Habis mau apalagi? Saya sudah mengerahkan anggota untuk mencarinya?"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus