PERANG terbuka mulai berlangsung antara suami-istri Nur Usman dan Athiah Kirana alias Thea. Sang suami, tentu saja, menolak keras dituduh terlibat dalam kematian Jeremia Irwan alias Roy, 22, anak tirinya. Sebaliknya, Thea mencoba menunjukkan bukti-bukti untuk memperkuat dugaannya, bahwa Nur Usman cukup punya peranan dalam kasus kematian anaknya itu. Pekan lalu, kepada beberapa wartawan, Nur Usman memberi keterangan pers di rumah makan Istana Naga, Jakarta, didampingi pengacaranya, Minang Warman. Nur Usman, 54, berkeras bahwa ia tidaktahu-menahu tentang pembunuhan terhadap anak tirinya, Roy, mahasiswa tingkat II Jurusan Administrasi Bisnis Universitas California Selatan, AS, yang sedang berlibur di Indonesia. Menurut Usman, pada saat kejadian itu, hari Jumat siang, 10 Agustus lalu, ia sedang berada d rumahnya, di Jalan Wahid Hasyim. Tiba-tiba ada yang menelepon, mengabarkan bahwa anak tirinya, Roy, terluka dan dirawat di Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat. "Saya ingin ke sana tapi dihalang-halangi oleh keponakan saya, karena khawatir akan terjadi apa-apa. Dan setengah jam kemudian, polisi datang mengambil saya," katanya dengan nada sangat hati-hati. Ia, ketika itu, dijemput polisi karena diduga terlibat dalam penganiayaan Roy, yang mengakibatkan kematiannya. Tapi karena tak cukup bukti, esok harinya Nur dibebaskan dan hanya diwajibkan lapor. Pada saat kejadian itu, Roy tengah berada di rumah sakit Dharma Sakti, Jakarta Pusat, yang dipimpin ayah kandungnya. Sedianya, ia dan ayah kandungnya, Bharya, hendak membeli buku. Mendadak, enam lelaki berkulit gelap menyerbu masuk. Yang seorang memukul seorang karyawan RS hingga roboh. Lainnya segera memiting dan mengamaya Roy. Dokter Bharya, yang sedang memberikan ujian kepada beberapa mahasiswa kedokteran, segera memburu keluar. Ia berusaha sekuat tenaga membebaskan anaknya dari genggaman para penyerbu. Sampai-sampai, ia bergantung d pmtu belakang jip yang secara paksa membawa Roy, dan kemudian dokter yang bisa kungfu itu terpelanting di jalanan karena mendapat tendangan bertubi-tubi. Di atas kendaraan yang melaju, para penculik Roy pun semakin bebas menghajarnya. Sekitar satu jam kemudian, mereka mengantar Roy ke Rumah Sakit Sumber Waras dalam keadaan kritis. Dan ternyata jiwa anak muda itu tak tertolong. Orangtua kandung korban menghubungkan peristiwa itu dengan Nur Usman. Soalnya, seminggu sebelumnya, Thea, 38, dan Roy d satu pihak sempat adu mulut yang cukup panas dengan Nur dan Jhoni di pihak lain, saat mereka bertemu di Bank of America. Setelah kejadian itu, Thea mengaku mendapat telepon ancaman dari Jhoni. Maka, pada 8 Agustus, Thea dan Roy, didampingi Dokter Bharya, mengadu ke kapolsek Gambir, Kapten Hadi Sucipto. Tapi mereka menganggap bahwa polisi tak cepat tanggap, sehingga Roy menjadi korban (Lihat: Laporan dan Uang Operasi). Dalam keterangannya kepada wartawan, Nur Usman menolak anggapan seolah ia sudah kenal lama dengan Jhoni, salah seorang yang diduga menyebabkan kematian Roy. Katanya, baru hari itu ia mengenal Jhoni, yang langsung berkata mempunyai bukti bahwa Thea suka menyeleweng. Menurut Nur Usman, Thea, yang dinikahinya awal 1982, sudah diceraikan pada akhir tahun itu juga. Hanya, menurut pengacaranya, Minang Warman, Nur masih berkehendak untuk rujuk kembali. Itu sebabnya Nur setiap bulan masih menanggung kebutuhan hidup Thea. Bahkan biaya sekolah Roy dan Susi adiknya, di AS, dan adiknya yang satu lagi, Ida, di Jakarta, ditanggung Nur. Karena itu, Nur merasa masih mempunyai hak untuk mengawasi Thea. "Jika informasi dari Jhoni benar, saya akan menghentikan bantuan keuangan," ujar Nur, yang kini mengaku menjadi penasihat beberapa perusahaan di dalam dan luar negeri. Dan karena itu pula, ketika bertemu di Bank of America, ia langsung menanyakan kebenaran informasi Jhoni itu, bahwa Thea suka main cinta dengan seorang dokter bernama Indro (bukan nama sebenarnya). Nur juga membantah seolah ia main gila dengan istri Dokter Indro, sebagai imbangannya. Dokter ini termasuk yang telah diperiksa polisi dalam kaitan hubungannya dengan Thea. Yang juga dibantahnya adalah jumlah kekayaannya. Dalam gugatan cerai yang disampaikan lewat Pengacara O.C. Kaligis, Thea menyebutkan harta kekayaan Nur berupa tanah, rumah, dan saham-saham di banyak perusahaan dalam dan luar negeri (Hong Kong, Singapura, Amerika, dan Panama). Disebutkan pula beberapa rumah di Jakarta dan Ujungpandang serta tanah puluhan hektar di Puncak, Bogor. Bantahan lain: bahwa ia orang dekat dengan Ibnu Sutowo dan A. Tahir, ketika Pertamina masih di bawah Ibnu. "Sebenarnya, saya orang yang menge1ar karler. Jadi, saya mau disuruh-suruh atasan untuk tugas apa saja," katanya. Sedangkan mengenai harta kekayaannya, Nur mengatakan, "Banyak di antara harta itu atas nama orang lain. Dan tidak satu pun dari harta itu yang dibeli selama perkawinan saya dengan dia." Lewat pengacaranya, O.C. Kaligis, Senin pekan ini, Thea balik membantah keteangan Nur Usman. Menurut Thea, Nur Usman sudah cukup lama mengenal Jhoni. "Jhoni sendiri yang mengatakan, bahkan ia memanggil Nur dengan sebutan paman," kata Thea. Dalam keterangannya beberapa waktu lalu, Thea menyatakan bahwa meski lima bulan terakhir ini sudah pisah rumah, ia belum resmi bercerai dengan Nur Usman. Karena itu, setelah kematian Roy, ia - seperti pernah dilakukannya Januari lalu - menggugat perceraian. Tapi kini ia tak bersedia dimintai tanggapannya tentang hal itu, dan juga tentang Dokter Indro. "Jangan utik-utik soal perceraian atau perkenalan segala macam. Yang penting, pembunuhan anak saya diusut sampai tuntas, ujarnya dengan nada keras. Oki, adik kandung Thea, ikut berharap kasus pembunuhan Roy bisa-diungkapkan. Terhadap penjelasan Usman, ia menanggapinya dengan sinis. "Kalau benar-benar dia bersih dan tidak terlibat dalam pembunuhan Roy, kenapa dia tidak pernah berani mengeluarkan pernyataan yang mengutuk perbuatan Jhoni dan kawan-kawan? Kenapa pula ia tidak berani mengeluarkan uang untuk mengeJar pelaku penusuk anak tirlnya? Padahal, untuk mendapatkan informasi mengenai Thea dia sangat royal?" ujar Oki geram. Dokter Bharya berpendapat serupa. "Sampai kini saya belum pernah mendengar Nur Usman menyesali, atau mengutuk perbuatan Jhoni," ujarnya. Dan kini harapannya hanya satu: agar kasus pembunuhan Roy itu diusut sampai tuntas, sehingga mereka yang bersalah mendapat hukuman setimpal. "Saya tidak membenci siapa pun. Secara pribadi, dengan Nur Usman pun hubungan saya baik sekali. Tapi kalau dalam kematian Roy ia terlibat, dia mesti dihukum selaras dengan kesalahannya," katanya lagi. Terlibat atau tidak, pohsl kml maslh terus mengumpulkan bukti dan petunjuk guna menyingkap kasus yang cukup menarik perhatian itu. Jhoni dan tersangka lain masih terus diperiksa secara intensif. Dari sana diharapkan nantinya bisa jelas semuanya. Misalnya, apakah Nur Usman terlibat atau tidak. "Sekarang masih terlalu pagi untuk menentukan apakah seseorang bersalah atau tidak," ujar seorang perwira polisi di Polda Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini