INI kisah Lebaran tahun lalu dari Kecamatan Glenmore,
Banyuwangi. Ian baru dibikin terang Pengadilan Negeri setempat
bulan lalu. Khalayak setempat masih tetap memusatkan pandangan
ke kasus lenyapnya beberapa kilo perhiasan dan uang jutaan dari
sebuah desa itu. Rupanya masih memikat juga.
Di pasar Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Kabupaten
Banyuwangi terdapat beberapa toko emas. Di antaranya yang paling
besar dan maju, serta banyak langganannya adalah toko emas Bromo
Agung milik Bromo Agung alias The Kian Siong, 36 tahun. Tempat
usaha Bromo ini adalah di sebagian ruangan toko milik A Way
alias Nio Kie Chay, 24 tahun, dengan rumahnya berada di belakang
tempat usahanya. Sedang rumah Bromo sendiri agak jauh dari
pasar.
Pada pagi hari Lebaran tahun lalu itu, isteri Bromo disusul oleh
kemenakan A Way agar segera datang ke tokonya. Niat Bromo hari
itu memang tidak buka toko karena Lebaran. Tapi setibanya di
tokonya, isteri Bromo yang bernama Oe Siang Jing melihat dua
lembar bedak-lembaran papan dinding toko penutup dinding kaca
--tokonya terbuka. Padahal seperti biasanya, bedaknya selalu
tertutup dan diselot. Ketika masuk toko akhirnya diketahui bahwa
semua isi brankas telah musnah. Sebanyak enam kilogram emas
berupa perhiasan dan uang kontan sebanyak Rp 2.200.000 amblas
tak diketahui siapa pencurinya.
Dia jadi ingat bahwa dua hari sebelum kejadian, dari dalam
brankasnya juga telah hilang uang kontan sebanyak Rp 100 ribu.
Namun hal ini dibiarkan oleh kedua suami isteri Bromo sebab akan
diselidiki secara diam-diam. Hal yang sama dulu-dulunya juga
sering terjadi, cuma disangka tuyul yang mengambilnya sehingga
dibiarkan saja. Tapi dari hasil pemeriksaan fihak kepolisian
Sektor Glenmore yang segera memeriksa kejadian, dapat
disimpulkan sementara demikian. Pencurinya orang dalam, sebab
tak ada bekas-bekas kerusakan pada brankas.
Gadis bilyar
Maka langsung saja Bromo Agung menunjuk hidung yang disangkanya
menjadi biang keladinya, yakni pemilik toko di mana mereka
menyewanya. Hal ini dihubungkan dengan kejadian-kejadian
sebelumnya serta adanya persaingan dagang antara keduanya dan
dengan kakak A Way bernama Kitek yang juga menjual barang-barang
perhiasan emas di toko sebelahnya. Bahkan persaingan itu sampai
menetaskan adu mulut segala. Namun kecurigaan terhadap A Way
agak lemah sebab kemarin siangnya, menurut ibunya, A Way dan
kedua kakaknya berangkat ke Probolinggo. Kehadiran mereka di
Probolonggi kabarnya memenuhi undangan kawannya untuk adu jago.
Ketiga bersaudara itu, masing-masing A Way, Nio Chi Tek alias
Kitek, 34 tahun, dan Nio Kie Chok alias Hancu, 33, memang punya
hobi judi. Tapi kepergian mereka bertiga dan bersama-sama ini
justru mencurigakan, sebab hal semacam ini di luar kebiasaan.
Apalagi antara Sepanjang ke Probolinggo mempunyai jarak 170
kilometer. Sedang Kitek sekalipun ahli adu jago paling-paling
mainnya cuma dekat-dekat saja, kata Kepala Desa Sepanjang Haji
Fathorozi pada waktu kejadian itu kepada TEMPO. Sementara ibu
mereka menjelaskan bahwa mereka berangkat siang harinya kemarin,
tapi Fathorozi mengatakan dia masih mengetahui Colt yang mereka
tumpangi sekitar takbiran.
Hasil pemeriksaan fihak Reskrim Kepolisian Resort Banyuwangi
mengatakan mereka bertiga memang berangkat ke Probolinggo
sesudah magrib. Tapi begitu sampai di Probolinggo, A Way seperti
juga dalam kesaksiannya mengatakan langsung ke terminal
Probolinggo untuk kembali ke Jember. Padahal A Way mencarter
Colt untuk kembali ke desa Sepanjang, mengambil perhiasan dan
uang kontan dalam brankas toko emas Bromo yang kebetulan berada
di salah satu ruangan tokonya sendiri. Selesai mengambil
barang-barang tersebut dia terus kembali ke Jember. Sampai di
Jember sudah pagi. Ia kemudian menuju hotel Kebonagung,
main-main dengan seorang gadis bilyar seharian di Lebaran itu.
Sore harinya A Way ke Surabaya, ke rumah mertuanya. Di jalanan
antara Probolinggo -- Surabaya barang-barang perhiasan yang
kecil-kecil dibuangnya lewat jendela kendaraan yang
ditumpanginya. Sedang kunci palsu juga dibuangnya.
Di atas kertas
Di Pengadilan Negeri Banyuwangi ketiga bersaudara ini mungkir
keras. Padahal menurut tuduhan mereka bertiga melakukan
sekongkol untuk menguras barang milik Bromo. Pada 1974, kunci
brankas milik Kitek hilang. Maka dia mendatangkan tukang kunci
brankas dari Surabaya yang bernama Tak Kie Siok. Selama di
Glenmore lima hari, ahli kunci ini membuatkan kunci untuk Kitek.
Lima bulan kemudian A Way datang ke rumah tukang kunci itu di
Surabaya sambil membawa gambar di atas kertas sebuah kunci
brankas. Di hadapan pengadilan Tak menerangkan tidak mengetahui
apakah kunci buatannya yang pertama dan pesanan kedua itu sama.
Yang diketahuinya adalah A Way memesan kunci brankas yang hilang
lagi, tapi dengan contoh di atas kertas.
Seperti juga diterangkan oleh isteri Bromo, sekali peristiwa
kunci brankasnya tertinggal di toko. Tapi masih tergantung di
mulut pintu brankas. Namun waktu itu tak ada barang-barangnya
yang hilang. Sekali peristiwa lagi, kunci brankasnya macet,
sehingga Hancu dimintai tolong membetulkannya.
Sementara itu seorang tukang kunci lain lagi, juga di Surabaya,
bernama Hong Chai Ming pernah dipesani kunci oleh A Way sekitar
tahun 1974. Ongkosnya Rp 500, tapi contoh kuncinya hanya di atas
kertas saja berupa gambar penampang kunci A Way yang katanya
hilang. Dia tak mengetahui apakah kunci itu milik Kitek atau
milik Bromo.
Kurang serius
Bromo Agung, sang korban berdagang emas sejak 1968. Mula-mula
kecil saja, cuma ditata di dalam sebuah meja etalase kecil
darurat. Usahanya kemudian beralih ke depan toko A Way. Melihat
usaha Bromo sangat maju, maka kakak A Way yang bernama Hancu
meminta agar usaha Bromo diperbesar. Tawaran itu tadinya
ditolak, tapi Hancu memaksakan diri untuk memberikan pertolongan
kepada Bromo, dengan menyewakan sebagian ruangan toko milik
adiknya.
Ketiganya mungkir ketika dihadapkan sebagai terdakwa dalam
perkara ini. Barang bukti perhiasan sebanyak hampir satu
kilogram diakui sama seperti milik Bromo Agung. Tapi mereka tak
dapat memastikan apakah itu barang mereka. Sebab kebanyakan
barang-barang perhiasan itu bukan buatan mereka sendiri tapi
buatan toko emas Budi Rahayu Genteng. Barang-barang itu disita
dari brankas milik Kitek. Colt yang baru dibeli A Way juga
demikian, namun tak dapat dibuktikan dibeli dengan uang hasil
penjualan barang-barang curian itu. Tapi A Way sendiri tak dapat
membuktikan dari mana asal uang pembelian mobil tersebut.
Jaksa Soediro SH nampaknya kurang serius menghadapi ketiga
tersangka itu. Namun A Way dituntutnya hukuman penjara empat
bulan, sedang Kitek dan Hancu masing-masing dua bulan penjara.
Ketiganya dalam status tahanan. Sementara itu Hakim Pusadan
membebaskan mereka, sebab ternyata tidak terbukti bersalah.
Barang-barang bukti yang disita dikembalikan.
Berjualan krupuk
Bromo Agung sendiri ketika dihubungi TEMPO cuma geleng-geleng
saja. Tidak mengerti akan peristiwa yang dialaminya. Padahal dia
tahu bahwa yang mengambil barang-barangnya adalah A Way
bersaudara. Hal ini pernah sampai ke telinganya ketika A Way
ditolak Bromo belajar membuat perhiasan. Ancaman-ancaman dari
Hancu dan keluarganya silih berganti untuk menjatuhkan Bromo.
Sementara itu jalannya persidangan yang hambar itu membuat dia
berputus asa, sekalipun Jaksa menyatakan naik banding.
Pertama ketika dilakukan pemeriksaan di tempat kejadian, Bromo
sebagai korban tak diajak. Pada sidang ke lima ketika saksi
verbalisan akan diperiksa, Hakim dan Jaksa mengadakan
pembicaraan yang sangat lama dengan fihak pemeriksa dari
kepolisian. Dan kesaksian perwira polisi itu di hadapan sidang
sudah tidak meyakinkan lagi, tidak seperti dalam proses verbal.
Banyak lagi kejanggalan-kejanggalan pada mata Bromo misalnya
seperti yang diketahui isterinya, Hancu mengancam saksi tukang
kunci Tak Kie Siok untuk tidak buka mulut dan mungkir. Sebab
kalau tak mungkir, saksi akan dijebloskan sendiri kata Hancu.
Sehingga dalam kesaksiannya, nampak dia kebingungan dan takut.
Demikian Nyonya Bromo."Barang saya sudah hilang, hidup saya
sekeluarga mulai dari bawah lagi dengan berjualan krupuk, kepada
siapa saya harus mengadu?" kata Bromo Agung. "Padahal
barang-barang saya jelas hilang," katanya lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini