Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Korban cowboy Palembang

Dengan colt kaliber 38 lima orang roboh kena tembakan membabi buta di kompleks perumdam, Palembang. Penyebab sebenarnya belum bisa dipastikan karena terdakwa Yayan, 20, perlu diperiksa dokter jiwa.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAK dalam adegan film cowboy, Yayan, 20 tahun, dengan pistol di tangan, setelah mendobrak pintu, tiba-tiba muncul di dalam rumah tetangganya. Tanpa bicara apa- apa, ia memberondongkan senjatanya ke kumpulan pemuda di rumah itu. Tak kurang dari enam peluru dihamburkan. Lima orang tersungkur dan sebutir peluru melesat ke dinding. Tembakan beruntun pada Jumat malam pekan lalu di kompleks Perumdam, Kawasan Lebong Siarang, Palembang, itu menggemparkan warga setempat. Saksi mata yang melihat kejadian itu melihat Yayan, pemuda lulusan SMA, masih berusaha mengisi peluru baru dengan maksud akan menembakkan lagi. Namun usahanya itu gagal karena beberapa warga yang nekat menyergapnya berhasil melumpuhkan Yayan. Yayan bersama orangtuanya, Serka. Pol. Cik Nang, anggota Provost Brimob Poltabes Palembang segera diamankan di Poltabes Palembang. Sedangkan kelima korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Siti Khadijah, Palembang. Tapi malam itu juga Anwar, 22 tahun, salah seorang korban, dipindahkan ke RS Charitas Palembang. Dia langsung dimasukkan ke ruang gawat darurat karena kritis. Penembakan membabi buta itu diawali keributan Yayan dengan tetangga seberang rumahnya. Malam itu, sekitar pukul 22.00, di rumah kontrakan Gani, 11 pemuda sedang asyik makan mi bakso. Mereka makan sambil berjoget mengikuti irama musik dari tape recoder yang dibunyikan keras-keras. Yayan, yang rumahnya berada di seberang rumah itu, merasa terganggu dan mencoba menegur. Tapi teguran itu tak digubris kawanan pemuda tadi. Agaknya Yayan sakit hati dan pulang ke rumahnya. Menurut sumber TEMPO di Puskodalops Polwil Sumbagsel, kebetulan ketika itu ayahnya baru datang dari piket, dan langsung menggantungkan pistolnya. Ketika melihat pistol Colt kaliber 38 itulah Yayan tergerak hendak meladeni anak-anak muda tadi. Ia mencabut pistol itu dan tak berapa lama kemudian kembali ke rumah kawanan pemuda tersebut sambil mendobrak pintu. "Brak...." Colt kaliber 38 yang dibungkus dengan kain merah langsung menyalak. Dor..., tembakan pertama diarahkannya ke Bambang Irawan, 31 tahun, hingga bahu kanan pemuda ini berdarah. Melihat darah mengucur, Bambang berteriak, "Awas ada tembakan...." Bambang mencoba menggapai pintu yang didobrak itu dengan tangan kirinya. Tapi ia tak mampu. Tak lama kemudian tembakan kedua diarahkan Yayan kepada Agustian. Dor..., tangan kanan pemuda itu kena terjang timah panas. Selanjutnya Anwar terkena pada bagian tangan kanan dan kepala bagian atas. Lalu Gani tersungkur akibat kaki sebelah kiri kena terjang peluru panas. Dan yang terakhir, tembakan mengenai Yunus, yang terserempet pada bagian pelipisnya. Di tengah kepanikan itu, enam pemuda lainnya menghambur keluar rumah menyelamatkan diri. Sementara itu, Yayan, begitu selesai memberondongkan enam peluru tersebut, berlari ke kebun ubi dan mencoba mengisi peluru baru. Pada saat itulah dia diringkus penduduk. Hingga kini kelima korban tembakan masih dirawat intensif. Mereka sebagian telah menjalani operasi untuk mengambil peluru yang bersarang di bagian tubuhnya. "Mereka masuk rumah sakit dengan luka agak berat. Hingga kini masih dalam perawatan. Perlu waktu sekitar seminggu lagi untuk memulihkan mereka," kata Direktur RS Khadijah, Dr. Syarif Darwin Ansori. Menurut sebuah sumber, Yayan diduga ketika itu terganggu jiwanya. Ia memang baru dua bulan ini pulang dari RS Jiwa Palembang. Sejak ditinggal mati kakaknya dua tahun lalu, konon pikiran Yayan terganggu. Namun, dari hasil pemeriksaan di Poltabes, dia mengaku karena merasa sakit hati. "Belum bisa dipastikan penyebab sebenarnya. Karena terdakwa belum kita periksakan ke dokter jiwa. Jadi, pembuktian dia sakit jiwa belum ada," katanya tegas. Gatot Triyanto dan Sarluhut Napitupulu (Biro Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus