RITA baru saja pulang sekolah tanggal 10 Januari yang lalu.
Seorang lelaki yang tidak dikenalnya menegur dan memberi
sesuatu. Katanya: ia datang menjemput atas pesan orangtuanya.
Namun murid SD yang berusia 8 tahun itu ternyata tidak diajak
pulang. Arahnya ke Benteng bekas milik jenderal de Cock di
Bukittinggi. Di situlah Rita dirampas anting-antingnya plus
kehormatannya. Untung saja nyawanya masih. Malang bagi
Sushartini, 11 tahun. yang nyawanya ikut terbawa bersama
anting-anting dan keperawanannya. Itu terjadi cuma 2 hari
setelah musibah terhadap Rita, di Benteng yang sama.
Ini cukup mengejutkan masyarakat dan polisi Komdak III Sumatera
Barat. "Bagaimanapun pelaku kejahatan itu harus segera
ditangkap", begitu perintah Kadapol Brigjen Polisi drs.
Soekrisno. Yang dipunyai polisi baru sekedar ciri-ciri lelaki
pemerkosa itu, seperti dilaporkan Rita lewat orangtuanya. Namun
ciri-ciri itu agaknya bakal banyak membantu polisi mencari sang
pemerkosa. Sebab lima hari sebelum Rita diperkosa, ada kabar
dari Muara Padang: tentang larinya Syahrul Edi alias Asrul ldi,
seorang narapidana dari Lembaga Pemasyarakatan Sumatera Barat.
"Penjahat itu melompat dari bagian belakang Lembaga", ujar
Gersang Suradi SH Direktur LP itu.
Adapun Syahrul ini dijatuhi hukuman karena terbukti melakukan 12
kali kejahatan merampas anting-anting gadis kecil. Pada angka
yang ke-12 itu Syahrul terjebak, tetapi sayang korbannya,
Yuharni, terbunuh dalam usia 12 tahun. Perbuatan Syahrul itu
semuanya terjadi pada tahun 1974 dan Pengadilan Negeri Padang
menjatuhkan hukuman 7 tahun penjara potong tahanan. Memang belum
lagi ketahuan, apakah Rita dan Sushartini ini semuanya digarap
Syahrul. Karena narapidana itu sendiri sampai kini masih
kucing-kucingan dengan polisi. Namun bagi yang banyak mengamati
Syahrul, pada orang ini terlihat gejala-gejala kejiwaan yang
aneh. Itu terlihat dari tingkah dan caranya berbicara.
Belakangan ini ada sedikit kecemasan di kalangan rakyat. Maklum
masih teringat bagaimana keadaan Sushartini yang ditemukan sudah
membusuk dengan sisa-sisa penganiayaan di kepala dan lehernya.
Lalu banyak orangtua yang kini terpaksa siap dengan golok di
tangan. Apalagi bila terdengar sesuatu yang aneh dekat rumah.
Dan mereka pun tidak gampang membiarkan gadis-gadisnya berangkat
ke sekolah sendirian. Tentu saja polisi minta agar masyarakat
tenang, supaya polisi tidak terganggu dalam menguber sang
penjahat. Adapun pusat perhatiannya adalah Syahrul yang
tingginya 162 cm, kulit sawo matang dan rambut hitam lurus.
Ciri-ciri itu sudah disebarkan ke mana-mana. Tinggal menunggu
kerja keras polisi. Dan bantuan masyarakat tentu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini