TUTUP tahun, tutup usia. Itulah nasib Letnan Dua Mat Arus
dan Kopral Satu Sujono. Tepat di hari terakhir tahun yang lalu,
keduanya diperintahkan atasannya menyelidiki pencurian sepeda
motor di daerah Bedukang, Bangka. Dengan sepeda motor kedua
polisi itu berangkat menuju sasaran.Belum sampai di tempat yang
dituju, Mat Arus dan Sujono memergoki orang yang sedang
mengangkut timah. Naga-naganya mau diselundupkan. Tawaran
damai sajalah" yang diajukan kedua penyelundup itu tidak
diterim polisi Malahan Mat Arus meraih pistolnya. Tetapi A Hak
begitulah nama salah seorang penyelundup ternyata lebih
cekatan. Perwira polisi ini diterkamnya sehingga tersungkur.
Senjata api itu langsung pindah ke tangan sang penyelundup.
Malang kedua anggota polisi ini diberondong tembakan dan bertemu
dengan ajalnya.
Melihat korbannya tak bernyawa lagi kawanan penyelundup ini
tinggal memikirkan bagaimana agar jejak tidak diketahui orang.
Mula-mula terfikir untuk ditenggelamkan saja kedua polisi ini
Barulah tercapai kata sepakat setelah senja berlalu. Vespa
penyelundup dan Suzuki polisi dipakai untuk mengangkut dua
mayat untuk menuju satu tempat yang jaraknya hampir 5 kilo.
Dalam liang kubur tubuh Mat Arus dan Sujono dijejerkan. Lalu
motor Suzuki diletakkan di atas tubuh mereka Baru kemudian
ditimbun tanah. Tetapi timbunan itu kembali hilang lagi karena
air laut pasang. Adapun senjata api milik polisi disimpan dalam
semak belukar 300 meter dari pantai.
Tentu saja timbul kegelisahan di hati Komandan Resort 608
Bangka Letnan Kolonel Syaiful Anwar karena dua hari berlalu
sudah namun tiada kontak dari kedua anakbuahnya.
Anggota-anggota Polri yang tersisa diperintahkan mencarinamun
sia-sia saja. Bahkan setelah mendapat bantuan dari Kodim-pun
belum juga ada hasil. Barulah dibikin cara "pagar betis" dan
berbagai penduduk di dekat tempat kejadian ditanya. Hasilnya
masih juga nihil. Hampir dua minggu pembunuhan itu sudah
berjalan dan mulai digunakan kemahiran anjing pelacak yang
dibawa 6 orang anggota Brimob Ikut pula membantu dalam pencarian
ini kesatuan dari SAR Polri dari Markas Besar Kepolisian.
Di daelah yang dicurigai polisi ditemukan sebuah rumah. Memang
ada penghuninya, seorang wanita. Namun sayang, bisu. Setapak
demi setapak ada juga bantuan wanita bisu ini. Dengan bahasa
isyarat cukup banyak yang bisa ditafsirkan para petugas
penyelidik untuk membikin konkrit isyarat-isyarat itu tentu
saja perlu digabung dengan beberapa orang yang sebelumnya sudah
dicurigai. Kebetulan di tangan polisi sudah ada A Hak, A San dan
A Sun. Menurut polisi, isyarat wanita itu, ketika menunjuk A
Hak, bisa disimpulkan bahwa lelaki inilah yang membunuh Mat Arus
dan Sujono. Dengan ini saja belum puaslah hati penyelidik.
Kedua anjingpun ternyata memberi petunjuk yang makin mantap.
Nah, tidak disangsikan lagi bahwa sudah waktunya dilakukan
pemeriksaan terhadap A Hak, dengan lebih mendalam. Untung
dengan cepat A Hak mengakui segala perbuatannya. Sementara
pemeriksaan berjalan, karena ketiganya sudah mengakui, A Sun
ternyata lihay dan bisa lolos dari tempat dia ditahan. Ia masih
jadi buronan polisi sampai kini.
"Soal penyelundupan itu sebenarnya sudah lama disinyalir
polisi", seperi kata Kepala Dinas Penerangan Komdak Vl Sumatera
Selatan Kapten Polisi drs. Syarnubi Basari, cuma saja yang
berwajib menghadapi kesulitan. Mengapa Syarnubi punya jawaban
klasik: " Daerahnya terbuka dan aparatnya terbatas". Namun ia
melihat ada juga sedikit keuntungan dengan tertangkapnya A Hak
dan kawan-kawann. "Jaringan-jaringan penyelundup di daerah ini
dapat diungkap" ujar Syarnubi kepada TEMPO.
Lebih dari dua minggu setelah dikubur, Mat Arus digali lagi
untuk dibawa ke Pangkal Pinang. Begitu juga Sujono dan keduanya
lantas dimakammkan dengan upacara militer. Tidak ketinggalan
pangkat mereka dinaikkan satu tingkat. Mat Arus jadi Letnan Satu
Anumerta dan Sujono naik jadi Sersan Dua. Ny.Mat Arus kini
harus mengurus sendiri 8 anaknya. Lebih menyedihkan lagi
nasih 4 anak Sujono yang kini jadi yatim-piatu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini