Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Gugurnya Dua Polisi

Letnan mat arus dan kopral satu sujono menyelidiki pencurian sepeda motor di bangka. keduanya ditembak saat mempergoki penyelundupan timah. pelakunya tertangkap, seorang lolos. (krim)

14 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TUTUP tahun, tutup usia. Itulah nasib Letnan Dua Mat Arus dan Kopral Satu Sujono. Tepat di hari terakhir tahun yang lalu, keduanya diperintahkan atasannya menyelidiki pencurian sepeda motor di daerah Bedukang, Bangka. Dengan sepeda motor kedua polisi itu berangkat menuju sasaran.Belum sampai di tempat yang dituju, Mat Arus dan Sujono memergoki orang yang sedang mengangkut timah. Naga-naganya mau diselundupkan. Tawaran damai sajalah" yang diajukan kedua penyelundup itu tidak diterim polisi Malahan Mat Arus meraih pistolnya. Tetapi A Hak begitulah nama salah seorang penyelundup ternyata lebih cekatan. Perwira polisi ini diterkamnya sehingga tersungkur. Senjata api itu langsung pindah ke tangan sang penyelundup. Malang kedua anggota polisi ini diberondong tembakan dan bertemu dengan ajalnya. Melihat korbannya tak bernyawa lagi kawanan penyelundup ini tinggal memikirkan bagaimana agar jejak tidak diketahui orang. Mula-mula terfikir untuk ditenggelamkan saja kedua polisi ini Barulah tercapai kata sepakat setelah senja berlalu. Vespa penyelundup dan Suzuki polisi dipakai untuk mengangkut dua mayat untuk menuju satu tempat yang jaraknya hampir 5 kilo. Dalam liang kubur tubuh Mat Arus dan Sujono dijejerkan. Lalu motor Suzuki diletakkan di atas tubuh mereka Baru kemudian ditimbun tanah. Tetapi timbunan itu kembali hilang lagi karena air laut pasang. Adapun senjata api milik polisi disimpan dalam semak belukar 300 meter dari pantai. Tentu saja timbul kegelisahan di hati Komandan Resort 608 Bangka Letnan Kolonel Syaiful Anwar karena dua hari berlalu sudah namun tiada kontak dari kedua anakbuahnya. Anggota-anggota Polri yang tersisa diperintahkan mencarinamun sia-sia saja. Bahkan setelah mendapat bantuan dari Kodim-pun belum juga ada hasil. Barulah dibikin cara "pagar betis" dan berbagai penduduk di dekat tempat kejadian ditanya. Hasilnya masih juga nihil. Hampir dua minggu pembunuhan itu sudah berjalan dan mulai digunakan kemahiran anjing pelacak yang dibawa 6 orang anggota Brimob Ikut pula membantu dalam pencarian ini kesatuan dari SAR Polri dari Markas Besar Kepolisian. Di daelah yang dicurigai polisi ditemukan sebuah rumah. Memang ada penghuninya, seorang wanita. Namun sayang, bisu. Setapak demi setapak ada juga bantuan wanita bisu ini. Dengan bahasa isyarat cukup banyak yang bisa ditafsirkan para petugas penyelidik untuk membikin konkrit isyarat-isyarat itu tentu saja perlu digabung dengan beberapa orang yang sebelumnya sudah dicurigai. Kebetulan di tangan polisi sudah ada A Hak, A San dan A Sun. Menurut polisi, isyarat wanita itu, ketika menunjuk A Hak, bisa disimpulkan bahwa lelaki inilah yang membunuh Mat Arus dan Sujono. Dengan ini saja belum puaslah hati penyelidik. Kedua anjingpun ternyata memberi petunjuk yang makin mantap. Nah, tidak disangsikan lagi bahwa sudah waktunya dilakukan pemeriksaan terhadap A Hak, dengan lebih mendalam. Untung dengan cepat A Hak mengakui segala perbuatannya. Sementara pemeriksaan berjalan, karena ketiganya sudah mengakui, A Sun ternyata lihay dan bisa lolos dari tempat dia ditahan. Ia masih jadi buronan polisi sampai kini. "Soal penyelundupan itu sebenarnya sudah lama disinyalir polisi", seperi kata Kepala Dinas Penerangan Komdak Vl Sumatera Selatan Kapten Polisi drs. Syarnubi Basari, cuma saja yang berwajib menghadapi kesulitan. Mengapa Syarnubi punya jawaban klasik: " Daerahnya terbuka dan aparatnya terbatas". Namun ia melihat ada juga sedikit keuntungan dengan tertangkapnya A Hak dan kawan-kawann. "Jaringan-jaringan penyelundup di daerah ini dapat diungkap" ujar Syarnubi kepada TEMPO. Lebih dari dua minggu setelah dikubur, Mat Arus digali lagi untuk dibawa ke Pangkal Pinang. Begitu juga Sujono dan keduanya lantas dimakammkan dengan upacara militer. Tidak ketinggalan pangkat mereka dinaikkan satu tingkat. Mat Arus jadi Letnan Satu Anumerta dan Sujono naik jadi Sersan Dua. Ny.Mat Arus kini harus mengurus sendiri 8 anaknya. Lebih menyedihkan lagi nasih 4 anak Sujono yang kini jadi yatim-piatu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus