SELAIN mengencangkan ikat pinggang, semua pegawai negeri dan
swasta yang berurusan dengan uang negara, tahun ini perlu ekstra
hati-hati. Gebrakan antikorupsi akan lebih mewarnai kegiatan
Demerintah. Tanda-tanda ke arah itu semakin jelas, dengan
dibukanya jabatan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, dan
pelantikan Himawan sebagai pejabatnya pekan lalu. "Prioritas
tugasnya meningkatan penindakan terhadap korupsi dan subversi,"
kata Jaksa Agung Ismail Saleh kepada Karni Ilyas dari TEMPO,
selesai pelantikan.
Penyelamatan uang negara dari kebocoran-kebocoran, dipandang
sangat serius oleh pemerintah, di tengah resesi yang melanda
sekarang ini. Untuk itulah Presiden membentuk lembaga baru di
kejaksaan. Dengan Keputusan Presiden no. 89 tahun 1982, yang
keluar akhir tahur lalu, bidang operasi Kejaksaan Agung dipecah
menjadi dua bidang: tindak pidana umum dan tindak pidana khusus.
Jaksa Agung Muda Bidang Operasi M. Salim, yangselama ini
tugasnya mencakup kedua bidang itu, sekarang hanya diserahi
bidang tindak pidana umum saja.
"Pematangan situasi", untuk satu operasi besar-besaran ke
seluruh sumber-sumber kebocoran sejak beberapa bulan ini
dilakukan Ismaii Saleh. BeberaDa instansi yang akan terlibat
langsung sudah digarap sebelum Himawan dilantik. Selesai
pelantikan kabinet baru, Ismail Saleh mendatangi Mendagri
Soeparjo Roestam, Menkeu Radius Prawiro, juga aparat-aparat
keamanan. "Saya menciptakan iklim agar Pak Himawan lancar
melaksanakan tugasnya," kata Ismail Saleh yang disambut dengan
anggukan oleh Himawan.
Jaksa Agung Muda Salim mengatakan, kontak-kontak yang dilakukan
atasannya itu dalam rangka membangun kondisi: "Agar operasi yang
akan dilancarkan itu benar-benar mengena sumbernya - bukan
sekadar menindak kebocoran-kebocoran yang sudah terjadi." Salim
membenarkan, keJaksaan ada meminta pengertian para menteri itu,
bila ada pejabat bawahan mereka suatu ketika terpaksa diusut.
"Tapi itu hanya salah satu saja dari maksud kunungan," ujar
Salim.
Usaha menyelaraskan sikap di antara sesama penegak hukum juga
dilakukan. Selama empat hari, sampai Kamis pekan lalu, ketua
pengadilan dan jaksa tinggi seluruh Indonesia melakukan rapat
gabungan di Hotel Horison, Jakarta. Seorang peserta membenarkan,
rapat mereka kali ini dimaksudkan untuk kesatuan sikap,
"khususnya dalam menangani kasus korupsi." Sebab, selama ini
banyak keluhan para jaksa l mengenai perkara korupsi, yang
setelah I dilimpahkan ke pengadilan ternyata terdakwanya
dibebaskan.
Ismail Saleh membantah bahwa Jaksa Agung Muda Bidang Khusus akan
mengambil alih tugas Opstib selama ini. 'Kerjasama dengan
Opstib tetap seperti semula," ujar Jaksa Agung. Dalam Keppres
yang baru disebutkan: Jaksa Agung bisa membentuk satuan tugas
antisubversi dan korupsi, baik di pusat maupun di daerah, dengan
unsur-unsur Polri, Laksusda, Opstib, dan POM ABRI Semua
Laksusda di seluruh Indonesia, kata Jaksa Agung, telah
diberitahu melalui Pangab mengenai langkah-langkah yang akan
diambil kejaksaan. "Sekarang tinggal Pak Himawan melaksanakan,
saya telah merintis jalan," ujar Ismail Saleh. Tapi, katanya, ia
akan tetap mendampingi untuk menyuntikkan keberanian.
Pemanasan ke arah penertiban dan operasi antikorupsi memang
gencar dilakukan kejaksaan beberapa tahun ini. Dimulai dengan
pengusutan terhadap kasus Tampomas, berikutnya, Ismail Saleh
menggebrak perusahaan-perusahaan PMA yang dituduh
memanipulasikan pajak. Terakhir, mendapat giliran pejabat dan
swasta yang mengurus reboisasi hutan-hutan.
Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, Dr. Baharuddin Lopa,
membenarkan bahwa sejak ia menjabat jaksa tinggi di akhir tahun
lalu, prioritas gebrakannya masalah korupsi. "Bukan hanya
reboisasi, semua sektor juga digarap kejaksaan," katanya. Di
wilayahnya tercatat kebocoran terbesar anggaran belanja untuk
reboisasi: Rp 7 milyar. Dan, "semua kebocoran di berbagai sektor
yang dibongkar kejaksaan sampai saat ini mencapai Rp 9 milyar,"
kata Lopa.
Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Soesandhi, juga punya cerita:
bulan ini menemukan penyelewengan devisa negara di sebuah bank
swasta di Surabaya. Devisa negara meliputi lebih dari Rp 1
milyar, yang seharusnya disetor ke Bank Indonesia, diselewengkan
oknum bank bersama seorang nasabahnya. "Bayangkan, negara lagi
kesulitan devisa, justru 'barang' itu yang bocor," ujar
Soesandhi kepada TEMPO.
Untuk mengkoordinasikan semua tindakan antikorups, itulah
Himawan dipilih sebagai pimpinannya. "Ia terpilih karena banyak
pengalaman," menurut Ismail Saleh. Dilahirkan 53 tahun lalu di
Ungaran, Jawa Tengah, Himawan tercatat sebagai "jaksa karir".
Jenjang dimulainya dari jabatan jaksa muda tahun 1956, terus
meningkat sampai jaksa tinggi di Maluku, Sulawesi Selatan dan
Jawa Barat. Prestasinya yang paling menonjol tercatat ketika
memimpin Operasi "902" menjerat penyelundup.
Berbagai tugas berat telah menunggu Himawan. Tapi sebelum
melangkah, ia lebih dulu harus membenahi urusan dalam. Sebab,
selain mencatat sukses, Operasi "902" juga banyak dikritik
mengenai penyelewengan para petugas keaksaan yang menangani
penyelundupan. Opstibpus pernah menangkap kembali beberapa
penyelundup eks Nusakambangan yang dilepaskan kejaksaan sebelum
diajukan ke pengadilan. "Saya akan orientasi dulu," kata
Himawan, sebagaimana biasanya jawaban pejabat baru, ketika
ditanya konsep operasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini