Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Terbunuhnya Seorang Pertamina

Garnadi, wakil kepala pemasaran pertamina unit I terbunuh di rumahnya. Ia getol membongkar pemalsuan minyak pelumas yang belum terungkap. Kadapol II sudah tahu pelakunya, tapi belum bisa menangkapnya. (krim)

21 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAMPAKNYA situasi di Medan sedang tidak aman. Selain sering terjadi perampokan, pencurian, penikaman yang berhasil digulung Polisi, jambret dengan sepeda motor juga tambah meningkat. Seakan-akan tindak kriminal sejenis itu seperti sudah berita biasa dan kejadian rutin saja. Tapi dua kematian yang amat misterius belum lama ini yang turut mempengaruhi warga kota Medan untuk merasa dirinya tidak aman belum dapat diungkapkan agaknya para penjahat tersebut seperti menambah "hadiah" tantangan bagi Brigjen Pol drs Moerjono Kadapol II/Sumatera Utara yang belum lama menggantikan Brigjen Medellu itu Subuh tanggal G Nopember 1975 R.Garnadi kedapatan mati terbunuh. Pelakunya tiga manusia tak dikenal. Mereka memakai topeng Leher Wakil Kepala Pemasaran Pertamina Unit I tersebut kena cucuk benda tajam dan ia kedapatan tak bernyawa lagi di kamar tidur rumahnya di Jalan Tengku Cik Ditiro 3 Medan. Ada dugaan bahwa sebelum dibunuh Garnadi sempat mengadakan perlawanan sengit -- sementara isterinya tidak mampu memberi pertolongan. Ia sempat diancam dengan pisau dan pingsan setelah ke mukanya dilemparkan obat bius. Ada dugaan bahwa para pembunuh datang ke rumah Garnadi pada pagi subuh Kamis itu dengan kendaraan roda empat. Dan setelah Garnadi dibunuh diperkirakan mereka berada di kamar tersebut hampir 2 jam. Seluruh isi kamar dan laci meja kerja almarhum diobrak-abrik. Berikut tas yang berisi surat-surat penting. Apa motif pembunuhan Garnadi belum terbongkar sampai sekarang. Tapi sehari sebelum ia meninggal, Garnadi Berada di Parapat. Bersama fihak kepolisian dan beberapa pimpinan PNP yang ada di Sumatera Utara, almarhum dikabarkan turut membicarakan dan membahas soal pemalsuan minyak pelumas yang belum terungkap. Pelumas palsu itu banyak dijual ke PNP. Menurut sumber yang mengetahui, Garnadi termasuk salah seorang orang dalam di Pemasaran Pertamina Unit I yang getol membongkar kasus tersebut. Sebelum itu ia juga turut di Komdak II/Sumatera Utara membicarakan hal ini dengan Kadapol. Seminggu kemudian R. Garnadi sudah tak bernyawa lagi sekembali dari rapat di Parapat. Tingkat Tinggi Terlepas apakah dibunuhnya Garnadi memang telah direncanakan dan begitu amannya berjalan skandal pemalsuan minyak pelumas itu ada hubungan dengan "permainan tingkat tinggi", karena kasus kematian Wakil Kepala Pemasaran Pertamina Unit I, fihak Kepolisian Sumatera Utara justru amat berhendak menggulung komplotan tersebut. Awal Januari lalu Kadapol Brigjen Moerjono mengatakan: "otak perencana dan pelaku pembunuhan itu sudah diketahui". Katanya, mereka berada di suatu tempat, tapi terpencar-pencar. Meski diceritakan bahwa jalan-jalan ke luar kota sudah diblokir dan identitas pembunuh sudab dapat diraba orang terheran juga mendengar keterangan Kadapol. Karena jika sudah diketahui orangnya dan tempat mereka bersembunyi, kenapa tidak bisa ditangkap? Tapi sejak kematian Garnadi memang sudah 25 orang yang diminta keterangannya. Dan seperti kata Kadispendak II, Mayor A. Hamzah Nasution, di antaranya ada yang sudah ditahan". Dari mereka juga berhasil diusut siapa sebenarnya pelakunya. Dan keterangan ini setelah dicocokkan dengan cerita nyonya Garnadi sendiri yang sempat melihat ketiga pembunuh itu, "sudah tambah jelas siapa mereka". Selain itu Nasution juga menambah ceritanya bahwa pada 28 Januari yang lalu telah ditangkap pula 2 orang WNI yang tinggal di Jalan Sutomo dan Jalan Pandan Medan. Mereka adalah agen besar Pertamina. Mereka dituduh cukong pemalsu pelumas dan ikut terlibat pembunuhan Garnadi, tapi siapa nama-nama yang telah berhasil diciduk dan bagaimana wajahnya (meski dengan ditutup matanya) sampai sekarang tak pernah diketahui di pers Medan "Nanti akan kita umumkan lewat press-release' kata fihak kepolisian. Disinyalir, seorang yang terdekat secara pribadi dengan Garnadi turut dalam pembunuhan itu. Begitu pun dengan sudah ada yang membayangkan bahwa kasus Garnadi lama-lama bisa dingin dengan sendirinya. Apakah "dingin" yang dimaksudkan itu tak mungkin terungkap, belun tentu. Sedangkan setelah Garnadi jatuh sebagai korban, tak lama kemudian mendadak sontak Kepala Pemasaran Pertamina Unit I di Medan, Soeharto Soemantri, dimutasikan ke Jakarta. Telanjang Bulat Sementara kepolisian sedang menguntit pembunuh Garnadi, sekonyong-konyong menyusul kejadian lain. Menjelang subuh 4 Pebruari lalu Administratur Perkebunan Batang Kuwis (PTP IX) kedapatan tak bernyawa di kamar tidurnya. Korban bernama Ty Ryana (47 tahun) dan merangkap pengusaha Restoran Lembur Kuring di Jalan Binjai-Medan. Diduga ia meninggal pada jam 15.00 sehabis dari Medan Baru dengan mobil yang distir oleh supirnya. Matinya memang misterius. Di kepalanya ada bekas luka sepanjang 4 cm dar1 darah dalam kamar mandi, sementara kamar tidurnya berceceran. Sekarang yang sedang sibuk adalah fihak kepolisian Lubuk Pakam. Kematian Ryana sungguh aneh. Rumahnya dijaga Hansip. Dan setelah tiba di rumahnya pada jam 2.00 malam itu tadi ada terdengar ribut-ribut di kamar Ryana. Besoknya, Rina anaknya sebelum berangkat ke sekolah dan mau membangunkan ayahnya, merasa heran kenapa di kamar itu begitu sunyi. Ia meminta bantuan seorang pembantu rumah. Dan lewat lobang kunci kamar dilihatnya Ryana tergeletak di lantai, telanjang bulat. Mayat si korban kemudian dibawa ke RSUPP Medan. Tapi visum et-repertum dari dokter belum diungkapkan apakah mendiang mati dibunuh atau bunuh diri. Tapi yang diketahui beberapa hari sebelumnya Ryana sibuk mengadakan mutasi di kantornya di Batang Kuwis. Menurut fihak yang pernah kenal dekat dengan korban, Ryana adalah seorang yang peramah gembira. Termasuk "kutu-buku", dan ia langganan tetap pada salah satu loko buku terkenal di Medan. Ketika kejadian itu, isteri Ryana berada di Bandung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus