TAMPAKNYA situasi di Medan sedang tidak aman. Selain sering
terjadi perampokan, pencurian, penikaman yang berhasil digulung
Polisi, jambret dengan sepeda motor juga tambah meningkat.
Seakan-akan tindak kriminal sejenis itu seperti sudah berita
biasa dan kejadian rutin saja. Tapi dua kematian yang amat
misterius belum lama ini yang turut mempengaruhi warga kota
Medan untuk merasa dirinya tidak aman belum dapat diungkapkan
agaknya para penjahat tersebut seperti menambah "hadiah"
tantangan bagi Brigjen Pol drs Moerjono Kadapol II/Sumatera
Utara yang belum lama menggantikan Brigjen Medellu itu
Subuh tanggal G Nopember 1975 R.Garnadi kedapatan mati
terbunuh. Pelakunya tiga manusia tak dikenal. Mereka memakai
topeng Leher Wakil Kepala Pemasaran Pertamina Unit I tersebut
kena cucuk benda tajam dan ia kedapatan tak bernyawa lagi di
kamar tidur rumahnya di Jalan Tengku Cik Ditiro 3 Medan. Ada
dugaan bahwa sebelum dibunuh Garnadi sempat mengadakan
perlawanan sengit -- sementara isterinya tidak mampu memberi
pertolongan. Ia sempat diancam dengan pisau dan pingsan setelah
ke mukanya dilemparkan obat bius. Ada dugaan bahwa para pembunuh
datang ke rumah Garnadi pada pagi subuh Kamis itu dengan
kendaraan roda empat. Dan setelah Garnadi dibunuh diperkirakan
mereka berada di kamar tersebut hampir 2 jam. Seluruh isi kamar
dan laci meja kerja almarhum diobrak-abrik. Berikut tas yang
berisi surat-surat penting. Apa motif pembunuhan Garnadi belum
terbongkar sampai sekarang. Tapi sehari sebelum ia meninggal,
Garnadi Berada di Parapat. Bersama fihak kepolisian dan
beberapa pimpinan PNP yang ada di Sumatera Utara, almarhum
dikabarkan turut membicarakan dan membahas soal pemalsuan minyak
pelumas yang belum terungkap. Pelumas palsu itu banyak dijual ke
PNP. Menurut sumber yang mengetahui, Garnadi termasuk salah
seorang orang dalam di Pemasaran Pertamina Unit I yang getol
membongkar kasus tersebut. Sebelum itu ia juga turut di Komdak
II/Sumatera Utara membicarakan hal ini dengan Kadapol. Seminggu
kemudian R. Garnadi sudah tak bernyawa lagi sekembali dari rapat
di Parapat.
Tingkat Tinggi
Terlepas apakah dibunuhnya Garnadi memang telah direncanakan dan
begitu amannya berjalan skandal pemalsuan minyak pelumas itu ada
hubungan dengan "permainan tingkat tinggi", karena kasus
kematian Wakil Kepala Pemasaran Pertamina Unit I, fihak
Kepolisian Sumatera Utara justru amat berhendak menggulung
komplotan tersebut. Awal Januari lalu Kadapol Brigjen Moerjono
mengatakan: "otak perencana dan pelaku pembunuhan itu sudah
diketahui". Katanya, mereka berada di suatu tempat, tapi
terpencar-pencar. Meski diceritakan bahwa jalan-jalan ke luar
kota sudah diblokir dan identitas pembunuh sudab dapat diraba
orang terheran juga mendengar keterangan Kadapol. Karena jika
sudah diketahui orangnya dan tempat mereka bersembunyi, kenapa
tidak bisa ditangkap?
Tapi sejak kematian Garnadi memang sudah 25 orang yang diminta
keterangannya. Dan seperti kata Kadispendak II, Mayor A. Hamzah
Nasution, di antaranya ada yang sudah ditahan". Dari mereka juga
berhasil diusut siapa sebenarnya pelakunya. Dan keterangan ini
setelah dicocokkan dengan cerita nyonya Garnadi sendiri yang
sempat melihat ketiga pembunuh itu, "sudah tambah jelas siapa
mereka". Selain itu Nasution juga menambah ceritanya bahwa pada
28 Januari yang lalu telah ditangkap pula 2 orang WNI yang
tinggal di Jalan Sutomo dan Jalan Pandan Medan. Mereka adalah
agen besar Pertamina. Mereka dituduh cukong pemalsu pelumas dan
ikut terlibat pembunuhan Garnadi, tapi siapa nama-nama yang
telah berhasil diciduk dan bagaimana wajahnya (meski dengan
ditutup matanya) sampai sekarang tak pernah diketahui di pers
Medan "Nanti akan kita umumkan lewat press-release' kata fihak
kepolisian. Disinyalir, seorang yang terdekat secara pribadi
dengan Garnadi turut dalam pembunuhan itu. Begitu pun dengan
sudah ada yang membayangkan bahwa kasus Garnadi lama-lama bisa
dingin dengan sendirinya. Apakah "dingin" yang dimaksudkan itu
tak mungkin terungkap, belun tentu. Sedangkan setelah Garnadi
jatuh sebagai korban, tak lama kemudian mendadak sontak Kepala
Pemasaran Pertamina Unit I di Medan, Soeharto Soemantri,
dimutasikan ke Jakarta.
Telanjang Bulat
Sementara kepolisian sedang menguntit pembunuh Garnadi,
sekonyong-konyong menyusul kejadian lain. Menjelang subuh 4
Pebruari lalu Administratur Perkebunan Batang Kuwis (PTP IX)
kedapatan tak bernyawa di kamar tidurnya. Korban bernama Ty
Ryana (47 tahun) dan merangkap pengusaha Restoran Lembur Kuring
di Jalan Binjai-Medan. Diduga ia meninggal pada jam 15.00
sehabis dari Medan Baru dengan mobil yang distir oleh supirnya.
Matinya memang misterius. Di kepalanya ada bekas luka sepanjang
4 cm dar1 darah dalam kamar mandi, sementara kamar tidurnya
berceceran.
Sekarang yang sedang sibuk adalah fihak kepolisian Lubuk Pakam.
Kematian Ryana sungguh aneh. Rumahnya dijaga Hansip. Dan setelah
tiba di rumahnya pada jam 2.00 malam itu tadi ada terdengar
ribut-ribut di kamar Ryana. Besoknya, Rina anaknya sebelum
berangkat ke sekolah dan mau membangunkan ayahnya, merasa heran
kenapa di kamar itu begitu sunyi. Ia meminta bantuan seorang
pembantu rumah. Dan lewat lobang kunci kamar dilihatnya Ryana
tergeletak di lantai, telanjang bulat. Mayat si korban kemudian
dibawa ke RSUPP Medan. Tapi visum et-repertum dari dokter
belum diungkapkan apakah mendiang mati dibunuh atau bunuh
diri. Tapi yang diketahui beberapa hari sebelumnya Ryana sibuk
mengadakan mutasi di kantornya di Batang Kuwis. Menurut fihak
yang pernah kenal dekat dengan korban, Ryana adalah seorang
yang peramah gembira. Termasuk "kutu-buku", dan ia langganan
tetap pada salah satu loko buku terkenal di Medan. Ketika
kejadian itu, isteri Ryana berada di Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini