WANITA yang datang tanggal 20 Desember itu cantik juga. Ia
mengaku adik dari Trobus. Keluarga Trobus beberapa hari
berselang datang ke Bali dan menginap di rumah Martono -- rumah
yang kini didatangi perempuan cantik bernama Supinah itu.
Keluarga Martono, karena hal itu, sedikitpun tidak merasa curiga
atas tamunya Martono adalah teman dekat keluarga Trobus.
Begitulah mulanya, Supinah yang mengaku masih gadis itu baik
hati pula: suka membantu di rumah. Ia sering disuruh menjaga
bayi, puteri terkecil keluarga tersebut, umur 7 bulan.
Keesokan harinya seisi rumah jadi gempar karena sang bayi
hilang bersama kaburnya Supinah. Hal ini segera dilaporkan
kepada petugas di Gilimanuk, termasuk Camat Melaya Nyonya
Wartama. Ternyata Supinah pagi itu menyeberang ke Banyuwangi
dengan kapal kecil Nusa Baru. Sang bayi dibawa ke Desa
Kalitajen, 20 kilometer dari Banyuwangi, di mana tinggal
keluarga Supinah. Kepada adiknya, perempuan ini berpesan agar
bayi tersebut dipelihara baik-baik. "Ibunya meninggal dunia,
kalau menangis kasih saja susu bubuk", konon pesan Supinah
kepada si adik. Setelah itu, ia kembali lagi ke Banyuwangi,
praktek sebagai wanita tuna susila -- sampai akhirnya ia
tertangkap oleh polisi di Kampung Ujung Banyuwangi, 9 hari
kemudian, saat asyik dengan langganannya menonton wayang.
Manusia Kecil
Supinah yang sering mondar-mandir ke Gilimanuk itu, segera
dibawa ke sana. Dalam pengusutan, ia mengatakan babwa bayi
tersebut ditaruh di Desa Gelenmor, Banyuwangi. Khawatir akan
keselamatan sang bayi, sebuah colt segera dicarter menuju
Banyuwangi oleh Gendra Wibawa, petugas Kejaksaan di Pos
Gilimanuk dan Pelda Pol. Swandi, beserta Supinah. Ternyata
wanita ini berbohong. Bayi tersebut tak ada di Gelenmor.
Kendaraan tersebut meluncur pula ke Kalitajen, setelah Supinah
mengaku di bawah ancaman. Barulah sang bayi culikan ditemui,
untung masih dalam keadaan tetap sehat, dipangku adik Supinah
sendiri. Hari itu juga manusia kecil itu diserahkan kepada
keluarga Martono.
Supinah yang kini tersekap di tahanan mendapat kunjungan ramai
dari masyarakat setempat, nampaknya ingin melihat wajah seorang
wanita -- pelacur lagi -- penculik. Kasihan juga. Para petugas
di Gilimanuk yang menangani peristiwa ini belum bisa menerangkan
apa motif penculikan tersebut. Apakah Supinah hanya alat dari
satu komplotan penculik yang ingin melakukan pemerasan.
Kejadian semacam begini di daerah tersebut adalah yang kedua
kalinya, setelah beberapa bulan yang lalu dua orang anak kecil
dimasukkan ke dalam karung, akan diselundupkan ke Banyuwangi
juga. Kasus inipun belum ketahuan ujungnya, walaupun
kejadiannya sudah terbongkar. Itu juga yang menyebabkan
kekhawatiran kalangan setempat, tentang kemungkinan adanya
komplotan di belakang wanita yang menurut masyarakat sudah
tersesat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini