Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Video Terakhir Remaja Periang

Seorang pelajar SMA di Blitar bunuh diri di kelas. Kasus bunuh diri di kalangan remaja marak.

1 Januari 2022 | 00.00 WIB

Petugas dari Kepolisian Resor Blitar Kota (Polresta Blitar) melakukan olah TKP bunuh diri pelajar di SMAN 1 Srengat, Kabupaten Blitar, 20 Desember 2021. Dok. Humas Polresta Blitar
material-symbols:fullscreenPerbesar
Petugas dari Kepolisian Resor Blitar Kota (Polresta Blitar) melakukan olah TKP bunuh diri pelajar di SMAN 1 Srengat, Kabupaten Blitar, 20 Desember 2021. Dok. Humas Polresta Blitar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Seorang pelajar SMA di Blitar bunuh diri karena persoalan asmara.

  • Fenomena bunuh diri remaja kian marak.

  • Lingkungan sekitar perlu lebih jeli dan peka terhadap perubahan sikap dan perilaku para remaja.

PERINGATAN:
Artikel ini mengandung konten tentang bunuh diri.


SEBUT saja namanya Fara. Siswa sebuah sekolah menengah atas di Blitar, Jawa Timur, ini meninggal di sekolahnya pada 20 Desember lalu. Polisi yang memeriksa tempat kejadian menduga ia melakukan bunuh diri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dugaan polisi itu muncul setelah mereka memeriksa telepon seluler di samping jenazah. Ada dua video di dalamnya. Isinya permintaan maaf kepada ibunya. Video kedua ditujukan kepada pacarnya, siswa SMA lain. Dari sini polisi menduga Fara melakukan bunuh diri karena masalah asmara. “Dugaan kuat sementara karena masalah itu,” kata Komisaris Besar Yudhi Hery Setiawan, Kepala Kepolisian Resor Blitar, pada Kamis, 30 Desember lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dari beberapa keterangan saksi di lokasi kejadian, polisi mendapatkan informasi sebelum para siswa menemukan jenazah Fara, mereka melihat ia berdebat dengan pacarnya di minimarket tak jauh dari sekolah ketika murid muslim sedang mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad di aula. Hari itu ibunya mengantar Fara ke sekolah sekitar pukul 06.30 pagi.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Blitar Ajun Komisaris Momon Suwito Utomo menambahkan, dari penjelasan kasir minimarket, keduanya bertengkar tentang Fara yang diduga hamil. “Mereka gagal membuat keputusan tentang kelanjutan hubungan,” ujar Momon. “Ada dugaan status hubungan mereka mengambang.”

Dari pemeriksaan visum, Fara diperkirakan tewas 30 menit sebelum ditemukan teman sekelasnya. Hasil tes kehamilan pada jasadnya negatif.

Menurut Momon, yang mengutip penjelasan orang tuanya, Fara seorang gadis remaja yang periang. Hari itu ia juga berangkat ke sekolah tanpa menunjukkan kecemasan atau sedang merasa gelisah.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan fenomena bunuh diri anak dan remaja marak beberapa tahun terakhir. Dari data yang dikumpulkan KPAI, ada berbagai penyebab seorang anak melakukan bunuh diri.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Imdonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti di Kantor KPAI, Jakarta, 21 Oktober 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Beberapa di antaranya tertekan akibat nilai sekolah yang tak sesuai dengan ekspektasi, persoalan asmara, tak bisa mengikuti pelajaran, menjadi korban kekerasan, serta ditinggal keluarga atau orang dekat. Seperti satu kasus bunuh diri di Jakarta pada Januari 2020. Seorang siswa melakukan bunuh diri setelah orang tuanya bercerai, lalu ibunya meninggal, dan kemudian ia diasuh neneknya yang renta.

Belajar dari kasus di Jakarta ini, ujar Retno, kesedihan dan kehilangan pelaku bunuh diri tak mendapat solusi dari orang sekitar. “Dia sempat bercerita kepada teman-temannya tapi tak ada yang menanggapi,” tutur Retno. Karena itu, ia mengingatkan masyarakat agar lebih peka ketika mendapatkan seseorang menunjukkan tanda-tanda depresi. “Keinginan bunuh diri tidak muncul tiba-tiba,” ucapnya.

Beberapa gejala yang terlihat, misalnya, adalah mengalami stres dan kesehatan mental yang menurun. Orang yang mengalami stres atau depresi, kata Retno, biasanya juga menunjukkan kecemasan berupa sulit tidur sehingga daya tahan fisiknya melemah. 

Data dari Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menunjukkan ada lebih dari 1,2 miliar remaja berusia 10-19 tahun hidup di dunia pada 2020. Sebanyak 13 persen dari mereka diperkirakan mengalami gangguan jiwa. Artinya, ada sekitar 86 juta remaja berusia 15-19 tahun dan 80 juta berusia 10-14 tahun hidup dengan gangguan mental.

Penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) terbaru memperkuat fenomena ini. WHO memperkirakan 45.800 remaja meninggal karena bunuh diri setiap tahun. Angkanya mencemaskan karena ada satu anak yang meninggal karena bunuh diri tiap sebelas menit.

WHO menyimpulkan tragedi ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia remaja. Di seluruh dunia, bunuh diri adalah penyebab kematian paling umum kelima untuk remaja berusia 10-19 tahun. Untuk remaja yang lebih muda, bunuh diri tetap menjadi salah satu dari penyebab utama kematian.

Psikolog sekaligus dosen Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang, Sri Wiworo, mengatakan masa remaja merupakan posisi peralihan dari anak-anak menuju dewasa sehingga mereka butuh penyesuaian. “Di usia ini mereka butuh dukungan dari lingkungannya,” ujar Sri.

Ia menyebutkan pola asuh orang tua terkadang ikut mempengaruhi anak. Apabila orang tua tidak bisa menjadi teman, anak-anak cenderung mencari sendiri setiap pertanyaan yang muncul di benaknya. Risikonya, mereka bisa mendapatkan informasi yang salah.

Karena pendampingan dari orang tua kurang maksimal itulah, kata Sri, anak sering mengambil keputusan sendiri tanpa pertimbangan matang. Misalnya, menyangkut persoalan asmara. Tidak ada teman untuk bercerita atau memberikan dukungan bisa menjadi pemicu remaja dan orang dewasa merasa sendiri lalu mendorong untuk bunuh diri.

Dalam kasus bunuh diri Fara, Sri mengatakan tak bisa sepenuhnya setuju atas kesimpulan polisi karena tak ada data yang jelas dan valid tentang pola komunikasi dalam keluarganya. Soal remaja periang, ucap Sri, bisa saja itu satu cara Fara menutupi masalah yang mengimpitnya. “Apa yang terlihat belum tentu sama dengan apa yang ia rasakan,” katanya. “Kita tidak tahu bagaimana pola asuh di keluarganya.”

Untuk mengantisipasi dorongan bunuh diri, Sri menganjurkan orang-orang terdekat setiap remaja lebih jeli memperhatikan tanda-tanda yang berbeda dari biasanya. Misalnya, seorang anak menjadi penyendiri padahal sebelumnya suka berkumpul. “Bisa juga dilihat dari perubahan status media sosialnya yang menjadi lebih murung,” tuturnya.

ABDI PURNOMO (BLITAR) 

Jika Anda, teman, atau kerabat memiliki kecenderungan dan keinginan bunuh diri, segera hubungi dokter kesehatan jiwa di pusat kesehatan masyarakat terdekat, rumah sakit, atau Halo Kemkes di nomor telepon 1500567. Anda juga bisa mencari informasi mengenai depresi dan kesehatan jiwa dengan mengontak sejumlah komunitas untuk mendapat pendampingan seperti Yayasan Pulih dengan mengakses yayasanpulih.org dan nomor telepon (021) 78842580 atau Into The Light di laman intothelightid.org.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Linda Trianita

Linda Trianita

Linda Trianita sedang menempuh Magister Kebijakan Publik di Universitas Indonesia. Alumni Executive Leadership Program yang diselenggarakan oleh Asian American Journalists Association (AAJA) Chapter Asia pada 2022 fellowship dari Google News Initiative. Menyabet Juara 1 Kategori Investigasi ExcEl Award (Excellence in Election Reporting in Southeast Asia) 2021 dan 6 Finalis Kategori Media Besar Global Shining Light Awards 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus