Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JARI tangan Ade Ayu Sasmita lincah memencet iPad miliknya. Rabu pekan lalu, di sebuah kafe di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dia sibuk meladeni percakapan dengan para pengikutnya di jejaring sosial Twitter. "Mereka masih penasaran dengan kicauan saya tentang dugaan korupsi Marwan Effendy," katanya kepada Tempo.
Ade Ayu hanya nama samaran di jagat maya. Dia sesungguhnya seorang pria, pengelola akun @triomacan2000, yang kini memiliki sekitar 86 ribu pengikut. Pamor akun ÂÂ@trioÂmacan2000 semakin mencorong sejak diadukan Marwan Effendy.
Selasa dua pekan lalu, Jaksa Agung Muda Pengawasan itu melaporkan @triomacan2000 ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI. Dengan tuduhan pencemaran nama baik, Marwan pun melaporkan akun @fajriska ke polisi. Marwan percaya, @fajriska adalah akun milik Fajriska Mirza alias Boy, pengacara terpidana pembobolan BRI, Hartono Tjahjadjaja.
Kedua akun Twitter itu dianggap mencemarkan nama baik karena gencar menuduh Marwan menggelapkan uang milik Hartono dan para tersangka pembobol BRI.
Menanggapi laporan itu, Ade Ayu malah menantang Marwan. Ia mengatakan siap diperiksa polisi. Ade meyakini polisi bakal kesulitan mengidentifikasi orang yang mengelola akun itu. Apalagi Marwan pun sudah salah saat membuat laporan pengaduan karena mengira @fajriska dan @triomacan2000 dikelola orang yang sama.
Menurut juru bicara Markas Besar Kepolisian, Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, penyidik kesulitan menindaklanjuti laporan Marwan. Meski polisi memiliki Satuan Cyber Crime dengan peralatan modern, pengelola akun Twitter sulit dijerat karena bisa menyangkal. "Kami baru bisa mendeteksi mereka berada di Jakarta," kata Saud.
Marwan sadar laporannya tak mudah ditelusuri polisi. Saat ini, kata dia, ada sekitar 500 pengaduan serupa yang dilayangkan ke polisi. Faktanya, semua laporan itu mangkrak. "Butuh kerja keras untuk bisa melanjutkan pengaduan itu," kata Marwan. Namun, menurut Marwan, yang terpenting bukan memburu pengelola akun bernama samaran, melainkan mengklarifikasi tuduhan yang dilemparkan kedua akun itu kepadanya.
Mustafa Silalahi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo