Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Misteri burung dara

Alex, 9, tewas tergantung di kompleks gama setia ciputat. belakangan diketahui, ia digantung beberapa pemuda ketika ia bersama temannya tammy kepergok mencuri burung dara. mirip kasus hadijah. (krim)

7 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIANG itu warga kompleks Gama Setia, Ciputat, terperanjat. Mereka melihat sebuah pemandangan yang ganjil: ada seorang anak laki-laki tergantung di luar pagar sebuah rumah, lehernya terlilit tali plastik, dan kedua kakinya terjuntai ke tanah. Tubuh anak itu, Alex, 9, masih terasa hangat saat dipegang. Namun, ia sudah tak bernyawa. Bunuh diri? Pihak Polres Jakarta Selatan tak yakin. "Bisa dipastikan Alex dibunuh," tutur Mayor Sutarno, Kadisserse, kepada TEMPO. Sulit dipercaya, memang, anak sekecil Alex sudah mempunyai pikiran untuk bunuh diri. Lagi pula, anak bungsu Edy Darmawan, 52, pengusaha pabrik roti, itu bukan tergolong seorang pemurung yang bisa sedih berlama-lama. Ia, kata Edy, tergolong anak pintar dan periang yang mempunyai banyak teman. Dan dua jam sebelum ditemukan tergantung, Senin dua minggu lalu, ia masih sempat bercanda dengan kakak sulungnya, Helen. Tak ada tanda-tanda ia akan berbuat nekat. Pukul 11.00 lewat, Alex Apriyanto Darmawan, yang duduk di kelas tiga SD, baru pulang menghabiskan liburan di Cipayung bersama Helen. Saat sedang tidur-tiduran, temannya Tammy, 8, memanggil untuk mengajak bermain. Rupanya, Tammy mengajak mencuri burung dara di sebuah rumah - sekitar 200 meter dari rumah Alex. Tammy, menurut warga kompleks Gama Setia, memang dikenal nakal dan suka mencuri uang milik orangtuanya. Tammy - begitu menurut sebuah sumber - berdiri di atas pundak Alex untuk mencapai sarang burung dara. Perbuatan itu diketahui oleh seorang pemuda. Tammy segera turun dan lari, sedangkan Alex sempat dibenturkan kepalanya ke tembok oleh pemuda tadi. Ia langsung pingsan. Karena panik, pemuda tadi, Farid (bukan nama sebenarnya) mengambil tali rafia. Leher korban dililit-lilit dan kemudian digantung. Langkah tersebut ditempuh, kata sumber TEMPO, agar dikira korban tewas akibat gantung diri. Berdasar visum, diketahui bahwa korban memang tewas akibat tercekik hingga tak bisa bernapas. Tapi di ubun-ubunnya ada luka memar bekas benturan dengan benda keras. Ketika dimintai keterangan, Tammy mula-mula memang menyebut bahwa Faridlah yang menggantung korban. Empat orang pemuda bernama Farid lalu dipanggil untuk diusut. Mungkin karena takut, Tammy mengubah keterangannya. "Bukan yang ini orangnya, Pak," ia berkata, ketika satu per satu pemuda bernama Farid dihadapkan kepadanya. Namun, Tammy bukan satu-satunya saksi. Sedikitnya, kata sumber tadi, ada lima orang lain lagi - empat dewasa dan satu anak-anak - yang konon sempat melihat korban sedang dililiti tali oleh salah satu dari keempat Farid. Sayangnya, kini Farid yang dimaksud sudah pergi entah ke mana. Polisi optimistis, bila pelakunya bisa ditangkap, perkara itu akan menjadi jelas. "Kami tidak ingin kasus Hadijah terulang lagi," komentar Letkol Silalahi, Kapolres Jakarta Selatan, yang berharap agar anak buahnya bisa segera mengungkapkan kasus itu. Yang dialami Alex memang mirip dengan yang menimpa Hadijah, gadis cilik berusia 11 tahun, Agustus tahun lalu. Suatu hari, juga di siang bolong, anak saudagar beras itu ditemukan tergantung di ambang jendela rumahnya di Jalan Tarogong Raya, Jakarta Selatan. Di pintu kamarnya ditemukan coretan dengan spidol, berbunyi: "I love you, Mama. Saya hamil." Dugaan semula, anak kelas IV SD itu bunuh diri karena malu. Sepuluh hari kemudian, kuburnya dibongkar lagi. Autopsi yang dilakukan LKUI membuktikan lain. Hadijah sama sekali tidak hamil - selaput daranya masih utuh. Malah ditemukan seperti ada bekas penganiayaan di kepala dan pinggang sebelah kanan. Toh, perkara itu sampai sekarang belum juga bisa diungkapkan. Kian lama, kata Silalahi, penyidikannya semakin sulit. Beberapa saksi, misalnya, tidak lagi bisa ditemui karena diam-diam sudah pindah alamat. Kabarnya, ada oknum polisi yang "main", sampai ia dialihtugaskan. Silalahi berharap, kasus Alex bisa dibuat terang. Meski ada seorang tersangka yang dicurigai, sumber TEMPO tidak menutup kemungkinan adanya latar belakang lain dalam soal ini. Artinya, bukan pasal burung dara. Pasal apa? "Kami masih terus menyelidiki," kata sumber tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus