MEMBAWA senjata orangtua ke sekolah dan menembak kawan sendiri, yang sudah lama tidak terdengar, kini terjadi lagi. Kali ini korbannya Nofril Syahrial Garda Siregar alias Ucok, 16 tahun, pelajar kelas III SPM 92, Rawamangun, Jakarta. Anak muda itu Selasa dua pekan lalu tewas dengan kepala tertembus peluru yang ditembakkan kawannya sendiri, Prayogi bukan nama sebenarnya. Sehari menjelang libur Isra' Miraj, tepat jam istirahat Almarhum bersama kawan-kawannya, di antaranya Prayogi dan Syam juga bukan nama sebenarnya - bersenda gurau di kantin sekolah. Sambil bercanda mereka menuju halaman belakang sekolah, di dekat WC. Di situ Syam, yang anak seorang perwira polisi, mengeluarkan pistolnya dari balik baju. Pistol berkaliber 38 itu lalu diputar dengan telunjuknya, mirip adegan film coqboy. Prayogi rupanya tak mau kalah. Pistol itu diambilnya, lalu ia todongkan ke dahi Ucok. "Harta atau nyawa," gertaknya, menirukan jagoan, sambil menarik picu pistol itu. Ucok berpura-pura terkulai. Pistol memang tak meletus lantaran terkunci. Celakanya, adegan itu diulangi lagi. Kali ini mereka kaget, senjata itu meletus. Ucok terkulai dengan darah mengalir deras dari dahinya. Anak kedua dari lima bersaudara itu dilarikan ke RSUP Cipto Mangunkusumo. Hanya empat jam di situ, di hadapan ayahnya, Rusli Siregar, seorang karyawan Biro Pusat Statistik, Ucok mengembuskan napas terakhir. "Saya serahkan semuanya kepada Allah. Saya harap, semua pihak mengambil hikmahnya," kata Derhana Pulungan, ibu kandung korban, ikhlas menerima musibah itu. Sementara ini, kasus itu hanya sekadar kecelakaan. Tapi di antara kawan-kawan Almarhum beredar berita: Ucok ditembak karena tak mau meminjamkan soal-soal Ebtanas mendatang kepada Prayogi. Karena itu, Prayogi berkomplot dengan Syamuntuk menghajar Ucok. Diam-diam Syam mengambil pistol bapaknya, ketika si bapak lagi beristirahat penuh, sehabis mengamankan Sidang Umum MPR. Dengan pistol pula, ia konon suka "memajaki" uang jajan rekanrekannya. Ia, kata beberapa temannya, mengancam slapa sala yang beram melaporkannya membawa pistol, sampai kasus itu terjadi. Tapi cerita itu dibantah Kepala Sekolah SMP 92, Ahyar Sastradinata. Ia percaya, peristiwa itu hanya kecelakaan. "Mereka akrab," kata Ahyar, yang mengaku belakangan ini lalai merazia murid-muridnya. Kini Prayogi, Syam, dan ayahnya terpaksa ditahan polisi. "Mereka sudah diselidiki. Sekarang tinggal penyidikannya, untuk segera dilimpahkan ke kejaksaan," kata Kadispen Polda Metro Jaya, Letkol. Latief Rabar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini