Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana penyelundupan narkotik menggunakan jasa nelayan asal Taiwan?
Sabu-sabu yang masuk memang bukan dari Taiwan. Tapi para produsen menggunakan kapal dan nelayan Taiwan untuk mengirim narkotik ke Indonesia. Nelayan itu rata-rata tahu bahwa mereka membawa sabu. Mereka mau karena upahnya besar.
Dari mana asal sabu yang dibawa para penyelundup itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebanyakan narkotik berasal dari Myanmar. Umumnya mereka memproduksi sabu, bukan lagi ekstasi. Ada satu kota di Myanmar yang menjadi pusat prostitusi dan narkotik. Mereka menggunakan nelayan Taiwan, salah satunya, untuk mengirim barang.
Jaringan Taiwan salah satu yang terbesar menyelundupkan sabu ke Indonesia?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebenarnya pengiriman narkotik bukan hanya dari Taiwan. Tapi jaringan Taiwan dan Myanmar memang paling banyak masuk ke Indonesia. Nelayan itu masuk menggunakan jalur-jalur internasional. Ini yang selalu membuat kami kesulitan.
Bagaimana cara mereka memasuki perairan Indonesia?
Salah satu modusnya adalah mematikan AIS (automatic identification system) di kapal, semacam alat GPS (global positioning system) yang bisa memonitor keberadaan kapal. Ini terjadi di kasus kapal MV Sunrise Glory yang dikendalikan orang-orang Taiwan. Kalau mereka berhasil memasukkan sabu ke Indonesia, lebih sulit lagi ditelusuri.
Narkotik itu tak dicegah di negara asal?
Kami sebenarnya sudah melakukan berbagai penindakan, bekerja sama dengan negara lain. Misalnya hulunya di Taiwan, Myanmar, dan Thailand. Mereka juga ikut mengungkap dan menindak. Selain Indonesia, polisi narkotik Cina, Australia, dan Amerika Serikat ikut memantau produksi sabu di salah satu kota di Myanmar.
Apa pengungkapan jaringan Taiwan di kapal MV Sunrise Glory diteruskan polisi di sana?
Mereka menyelidiki, khususnya penangkapan di sini pada 2018. Polisi Taiwan membongkar home industry narkotik di sana. Awal tahun ini, mereka malah mengungkap cukup banyak kasus narkotik di sana.
BNN bekerja sama dengan polisi-polisi di Asia Tenggara?
Saya punya prinsip narkotik tidak bisa ditangani sendiri, harus melibatkan negara seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Kami sudah mengajak, terutama negara-negara Asia Tenggara. Namanya ASEAN Senior Officials on Drug Matters (ASOD). Ada juga ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMD). Ini forum untuk membahas masalah narkotik di Asia Tenggara. Sekarang agak terhambat karena pandemi Covid-19.
Kerja sama itu efektif?
Jaringan narkotik ini terlihat satu rangkaian, tapi sering terputus ketika ditelusuri. Apalagi mereka mengirim barang lewat koordinat, bukan kepada siapa, sehingga pembawa dan penerima tidak saling kenal. Mereka juga menggunakan sandi yang selalu berubah. Khusus jaringan Taiwan, mereka tertutup sekali. Mereka irit bicara.
Bagaimana kerja sama dengan polisi Taiwan?
Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan. Kami menggunakan pola police to police, tapi hanya sebatas sharing. Ada anggota BNN yang bersekolah di sana. Jadi jaringan makin luas.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo