Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Perampokan hari sabtu

Kepolisian surabaya berhasil menggulung komplotan perampok yang selalu beroperasi pada hari sabtu. komplotan tersebut dipimpin oleh alikan. menurut kapolri, jawa timur teraman di seluruh jawa. (krim)

28 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI mulut Gang II di Jalan Peneleh, Surabaya, peristiwa itu berlangsung. Seseorang, bertubuh gemuk, berteriak: "Minggir! " Lalu diikuti dua buah tembakan. Dan Sujono Kusumo terhuyung-huyung sejenak, sebelum terjerembab di gang, sekitar 20 meter dari rumahnya. Punggung dan pelipisnya jadi sasaran peluru. Sasaran lain, yang ternyata memang diincar, bungkusan kertas dalam genggaman Sujono yang berisi uang Rp 10 juta. Si gendut merebutnya lalu kembali duduk di belakang temannya yang segera melarikan sepeda motornya, sebuah Yamaha RX, di antara keramaian lalu-lintas. Pengejarnya, Sunardi, yang barusan mengantar Sujono mengambil uang dari Bank Buana di Jalan Coklat dengan mobil Chevrolet Luv, kehilangan jejak. Kejadian tersebut -- yang tak sampai menewaskan Sujono -- berlangsung hampir tengah hari. Dan sorenya kejadian yang sama berlangsung di mulut Gang II di Jalan Dupak: Kali ini tak ada tembakan. Namun tangan si korban, Abdul Rajak, sempat dilukai dengan pisau sebelum tasnya, yang berisi uang kontrak Rp 7 juta, dilarikan seseorang berkendaraan Yamaha RX. Abdul Rajak, agen koran dan majalah terbesar di Surabaya (termasuk agen majalah TEMPO), sore itu baru saja turun dari mobil yang membawanya pulang dari tokonya di kompleks terminal bis di Jembatan Merah. Beberapa persaman bisa ditarik dari kejadian di Peneleh dan Dupak. Misalnya korban digarap begitu turun dari mobilnya. Perampoknya selalu mengetahui korbannya tengah membawa uang dalam jumlah besar. Dan, meskipun tak dipastikan oleh pelaku yang sama, mereka selalu kabur dan menyelinap dalam keramaian lalulintas dengan sepeda motor merk Yamaha RX. Ditarik persamaan dengan lima peristiwa perampokan sebelumnya di Surabaya yang terjadi dua tahun belakangan ini, ada persamaan yang aneh: peristiwa-peristiwa tersebut ditambah dua yang terakhir, berlangsung pada hari-hari Sabtu. Maka cukuplah bagi masyarakat kota buaya untuk menandai kejahatan tersebut dengan sebutan Perampokan Hari Sabtu. Siapakah bandit-bandit Perampokan Hari Sabtu? Kepolisian Surabaya merasa pernah membongkarnya. Setelah kejadian hari Sabtu ke lima, Oktober lalu, kepolisian menggulung komplotan yang terdiri dari Rasyid, Nanang, Arifin dan Aci. Mereka dituduh merampok beberapa orang yang mengambil uang dari bank pada hari Sabtu. Bahkan yang disangka sebagai pemimpin perampok, Alikan, juga telah ditangkap. Polisi memperkenalkan Alikan kepada khalayak melalui suatu konperensi pers. Pemuda berumur 25 tahun tersebut, berbaju coklat dan celana hitam, melirik ke sana ke mari sambil tersenyum-senyum. Komandan Kepolisian (Danwiltabes) Surabaya, Kol. Harsono Prijatno, ketika itu berani menjanjikan tak akan ada lagi perampokan terhadap nsabah bank pada hari Sabtu. Apalagi -- tanpa alasan dan keterangan yang jelas -- Alikan, yang disangka memimpin kawan-kawannya, sehari setelah diperkenalkan, 5 Oktober lalu, mati terantung di jeruji jendela kamar tahanannya yang dihuni sendirian. (lihat box) Sejak itu memang tak terjadi lagi Perampokan Hari Sabtu. Sampai terjadi dua peristiwa pada Sabtu 7 Maret lalu. Sehingga orang bertanya-tanya benarkah yang tertangkap -- dan yang sahlh seorang dari mereka telah bunuh diri itu -- pelaku Perampokan Hari Sabtu? Kolonel Harsono Prijatno yang sedang bertugas ke Jepang belum lagi memberi penjelasan. Namun, melalui pemeriksaan terhadap para tersangka, termasuk Alikan sebelum almarhum, polisi memperoleh keyakinan: yang digulung Oktober lalu adalah perampok-perampok yang suka beroperasi pada hari-hari Sabtu. Mungkin saja ada perampok lain yang suka bekerja pada hari yang sama. Atau kebetulan saja yang kali ini bekerja juga memilih Sabtu sebagai hari baik. Yang Jelas, menurut pandangan Kapolri Jenderal Awaloeddin Djamin. Ja-Tim teraman dibandingkan kriminalitas, di wilayah kepolisian lain di Jawa dari segi jumlah. Tapi, katanya, dari segi kualitas kejahatan dengan senjata api dan perampok bersepeda motor memang naik secara menyolok. Peristiwa Jember, huru-hara berdarah dua bulan lalu, mungkinkah dianggap sebagai peningkatan kualitasnya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus