Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Polisi Sebut NII Ingin Gulingkan Jokowi, Pakar: Sudah dari Zaman Dahulu

"Kelompok NII juga sangat tidak setuju dengan penggambaran pancasila yang over simplifikasi menurut mereka," kata Chaidar.

19 April 2022 | 14.30 WIB

Ilustrasi teroris. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi teroris. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh, Al Chaidar, menanggapai pernyataan Detasemen Khusus 88 Anti Teror atau Densus 88 Polri yang menyebut jaringan teroris Negara Islam Indonesia (NII) berupaya menggulingkan pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelum Pemilu 2024. Pernyataan itu muncul setelah ditangkapnya 16 orang anggota NII di Sumatera Barat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut Chaidar rencana menggulingkan pemerintah oleh NII sudah sejak dulu ada. Bahkan, kata dia, sudah sejak Desember 1949 “Mereka memang tidak setuju dengan Republik Indonesia, sejak ada 7 kata yang dicoret dari Piagam Jakarta,” ujar dia saat dihubungi pada Selasa, 19 April 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Chaidar menjelaskan pencoretan tujuh kata itu membuat Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sangat marah. Ia kemudian berusaha untuk mengembalikannya, tapi tidak bisa. Dan akhirnya mendirikan Negara Islam Indonesia di Jawa Barat.

“Kelompok NII juga sangat tidak setuju dengan penggambaran pancasila yang over simplifikasi menurut mereka,” katanya.

Namun, dia melanjutkan, 16 orang yang ditangkap di Sumatera Barat bukanlah anggota NII yang sebenarnya. “Tidak ada NII di Dharmasraya dan Tanah Datar, Sumatera Barat.”

Chaidar menerangkan saat ini NII memang terbagi hingga 18 faksi. Menurut dia, NII yang asli biasanya berkembang secara alamiah setelah dieksekusinya Kartosoewirjo.

Kemudian terus berkembang menjadi tidak murni dan banyak, misalnya ada Al Zaytun di Indramayu, termasuk ada faksi-faksi yang diduga dekat dengan pemerintah, termasuk faksi Sensen Komara.

Jadi, kata Chaidar, kemungkinan yang ada di Sumatera Barat itu adalah faksi Sensen Komara dari Garut yang kemudian berkembang. “Tapi, bagi kalangan NII sendiri itu dianggap sebagai faksi buatan pemerintah, jadi bukan faksi yang natural bukan yang asli yang berkembang di dalam tubuh pergerakan NII,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Polri Komisaris Besar Aswin Siregar mengatakan, upaya penggulingan pemerintah ini terindikasi dari barang bukti yang diperoleh setelah mereka menangkap 16 orang anggota NII di Sumatera Barat.

"Barang bukti yang ditemukan juga menunjukkan sejumlah rencana yang tengah dipersiapkan oleh jaringan NII Sumatera Barat yakni upaya melengserkan pemerintah yang berdaulat sebelum tahun Pemilu 2024," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 18 April 2022.

Aswin menjelaskan, para tersangka yang sudah ditangkap menyebut struktur NII mereka bernaung ada pada tingkatan cabang atau kecamatan. Mereka menyebutnya sebagai CV IV/Padang dengan anggota mencapai 1.125 orang.

Dari barang bukti ini, kata Aswin, juga ditemukan dokumen tertulis yang menunjukkan jaringan NII di Sumatera Barat memiliki visi-misi yang sama persis dengan NII Kartosuwiryo. Yakni mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia saat ini dengan syariat Islam, sistem khilafah, dan hukum Islam. 

M. Khory Alfarizi

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus