Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Polri Sampaikan 3 Jenis Peluru Gas Air Mata dalam Tragedi Kanjuruhan

Dedi mengatakan tidak ada korban yang meninggal karena gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan. Korban meninggal karena kehabisan oksigen.

10 Oktober 2022 | 16.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kadiv Humad Polri, Irjen Dedi Prasetyo membawa 3 jeniz gas air mata dalam konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri pada Senin 10 Oktober 2022. Tempo/Hamdan C Ismail

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Polri mengungkap ada 3 jenis peluru gas air mata yang ditembakkan pada Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo dalam konferensi persnya mengungkapkan 3 jenis peluru tersebut terbagi menjadi warna hijau, biru, dan merah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dedi mengungkapkan karakter dari 3 peluru ini. Warna hijau adalah yang hanya mengeluarkan asap, biru dengan karakter sedang, sedangkan yang merah adalah untuk mengurai massa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Yang digunakan oleh Brimob ini adalah 3 jenis ini. Yang pertama berupa smoke ini hanya ledakan berisi asap putih (hijau). Kemudian yang kedua (biru) sifatnya sedang, jadi kalau untuk klaster dari jumlah kecil menggunakan gas air mata yang sifatnya sedang. Dan yang merah adalah untuk mengurai masa dalam jumlah yang cukup besar," kata Dedi saat konferensi pers di gedung Humas Polri, Senin, 10 Oktober 2022.

Dedi belum menyebut mengenai jumlah keseluruhan dari 3 peluru yang ditembakkan tersebut. Ia hanya mengungkapkan ada 11 peluru berwarna merah yang ditembakkan saat kejadian.

Dia juga menyebut bahwa kematian para korban Tragedi Kanjuruhan adalah bukan karena gas air mata, melainkan karena kekurangan oksigen. Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa temuan itu berdasar ungkapan para ahli.

"Mengutip pendapat dari Prof Made Gelgel adalah guru besar dari Universitas Udayana. Beliau ahli di bidang toksiologi atau racun. Termasuk dari Prof Mas Ayu Elita bahwa gas air mata dalam skala tinggi pun tidak mematikan," kata Dedi.

Dedi mengungkapkan dari penjelasan para ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban, diketahui tidak ada korban yang meninggal akibat gas air mata. Kematian para korban adalah karena kehabisan oksigen karena berdesak-desakan.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pascapertandingan antara Arema FC versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Dalam kerusuhan itu, polisi menembakkan gas air mata ke arah massa di dalam stadion. Termasuk ke arah tribun penonton.

Hal ini mengakibatkan kepanikan di dalam stadion tersebut. Para penonton kemudian berebutan keluar untuk menghindari gas air mata. Total 131 orang tewas dalam tragedi ini.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus