Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Promotor Pemain Keuangan

Dua periode menjadi anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Bahrullah Akbar memiliki jaringan pertemanan kuat di DPR, Kementerian Keuangan, dan kepolisian. Baru sekali melaporkan kekayaan.

20 Juli 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Promotor Pemain Keuangan/TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YAYA Purnomo mengingat Bah-rullah Akbar sebagai dosen yang baik. Mereka bertemu dalam salah satu mata kuliah di Universitas Padjadjaran, Bandung. Yaya kuliah di kampus itu untuk program doktoral. Bahrullah adalah promotor Yaya di program tersebut pada 2016. “Materi kuliahnya bagus dan cara mengajarnya komunikatif,” kata Yaya kepada Tempo, pekan lalu.

Pertemanan keduanya makin akrab di luar perkuliahan. Urusan kuliah berkembang ke persoalan pekerjaan. Bahrullah adalah Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan periode 2016-2021 yang masih rutin mengajar. Ia memperoleh gelar guru besar dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri pada 8 Desember 2015. Sebelumnya, pria 60 tahun ini memperoleh gelar doktor ilmu pemerintahan dari Universitas -Padjadjaran.

Mereka sama-sama menggeluti persoal-an anggaran negara. Yaya menjabat Kepala Seksi Pengembangan Pendanaan Kawasan Perumahan dan Pemukiman Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Dae-rah Kementerian Keuangan. Perkenalan -ke---duanya terus berlanjut hingga membentuk jaringan pertemanan lain. Jaringan itu terungkap dalam persidangan Yaya di Peng-adilan Tindak Pidana Korupsi DKI Jakarta.

Komisi Pemberantasan Korupsi menang-kap Yaya pada 5 Mei 2018. Ia disangka menerima suap dana perimbangan daerah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan. Ia divonis enam setengah tahun penjara atas perbuatannya itu. Selain Yaya, ada pegawai Kementerian Keuangan lain, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan politikus yang disebut bagian dari jaringan penggangsir ang-garan negara.

Di tahap pemeriksaan dan pengadilan, nama Bahrullah Akbar disebut-sebut terlibat. Salah satunya dalam suap dana insentif daerah Kabupaten Tabanan, Bali. Utusan Bupati Tabanan bernama I Dewa Nyoman Wiratmaja diduga menemui Bahrullah untuk mengurus penganggaran dana insentif daerah tahun 2018. Dalam pertemuan itu, Bahrullah menyarankan Dewa bertemu dengan mahasiswanya, Yaya Purnomo.

Menurut dokumen yang diperoleh Tempo, Dewa dan Bahrullah sama-sama membantah adanya kongkalikong ini saat diperiksa penyidik. “Dewa menemui saya untuk meminta menjadi pemakalah dan pembedah buku Bupati Tabanan,” ujar Bahrullah dalam dokumen itu.

Bahrullah menjadi petinggi BPK sejak 2011. Selama tiga tahun pertama di BPK, ia menjadi anggota VII BPK, yang membawahkan pemeriksaan di badan usaha milik negara. Periode berikutnya ia menjadi anggota VI, yang bertugas memeriksa anggaran pemerintah daerah. Dari sinilah dia diduga memiliki jaringan hingga ke dae-rah-daerah. Dalam catatan KPK, Bahrullah baru sekali melaporkan harta kekayaannya, yaitu pada 2017. Laporan itu mencatat Bahrullah memiliki total kekayaan Rp 2,2 miliar.

Bahrullah juga memiliki pertemanan kuat di DPR. Salah satunya dengan politikus Partai Persatuan Pembangunan. Bekas Ketua Umum PPP, Muchammad Romahurmuziy, yang tersandung kasus suap di KPK, adalah salah satu anak didiknya di program doktoral Universitas Padjadjaran. Ia juga berteman dengan Amin Santono, politikus Demokrat yang dibekuk KPK karena diduga menerima suap.

Bahrullah meraup 30 suara saat pemilih-an anggota BPK periode 2016-2021 di Komisi Keuangan DPR. Ada 22 kandidat lain yang ikut pemilihan itu. Dua rivalnya hanya meraup 17 dan 9 suara. Tak ada satu pun suara untuk 19 kandidat lain. Di kalang-an para petinggi lembaga audit negara ini, Bahrullah disebut-sebut sebagai calon kuat Ketua BPK.

Ia juga dekat dengan petinggi polisi. Salah satunya Inspektur Jenderal Firli. Saat menjadi Deputi Penindakan KPK, Firli sendiri yang menjemput Bahrullah ketika hendak diperiksa sebagai saksi Yaya Purnomo pada Agustus 2018. Seperti lazimnya pemeriksaan di KPK, penyidik yang menjemput para saksi di setiap pemeriksaan.

Saat diperiksa penyidik KPK pada pertengahan Agustus 2018, dari pengamatan Tempo, Deputi Penindakan KPK Inspektur Jenderal Firli turun langsung menyambut Bahrullah di ruang lobi. Seharusnya penyi-dik yang menjemput para saksi dalam tiap pemeriksaan. Hingga Jumat, 18 Juli lalu, Bahrullah masih berada di Polandia untuk perjalanan dinas. Ia tak menjawab soal kejadian di ruang lobi KPK itu saat dimintai konfirmasi lewat aplikasi pesan pendek. Bahrullah hanya mengirimkan pesan bahwa dia sedang di luar negeri. “Saya sedang tugas luar. Silakan hubungi Bagian Humas,” katanya.

MUSTAFA SILALAHI, LINDA TRIANITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Mustafa Silalahi

Mustafa Silalahi

Alumni Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara ini bergabung dengan Tempo sejak akhir 2005. Banyak menulis isu kriminal dan hukum, serta terlibat dalam sejumlah proyek investigasi. Meraih penghargaan Liputan Investigasi Adiwarta 2012, Adinegoro 2013, serta Liputan Investigasi Anti-Korupsi Jurnalistik Award 2016 dan 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus