Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Pengakuan Rudiana, Ayah Eky Cirebon, Soal Cerita Kematian Anaknya

Inspektur Satu Rudiana akhirnya buka suara soal kematian anak dan pacarnya. Pengakuannya berbeda dengan interogasi polisi.

2 Agustus 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Rudiana, ayah Muhammad Rizky yang tewas di Cirebon bersama kekasihnya delapan tahun lalu, akhirnya buka-bukaan.

  • Rudiana mengaku tak bisa memastikan apakah Eky benar ditusuk menggunakan senjata tajam atau bukan.

  • Dia juga mengaku penulusuran hingga penangkapan para pelaku yang kini menjadi terpidana tak melalui prosedur resmi.

INSPEKTUR Satu Rudiana, ayah Muhammad Rizky yang tewas bersama kekasihnya Vina Dewi Arsita di Cirebon, Jawa Barat, delapan tahun lalu, akhirnya buka suara. Sempat bungkam setelah kematian Vina dan Eky kembali diperbincangkan sejak pertengahan Mei 2024, polisi yang pernah menjabat Kepala Unit Narkoba Kepolisian Resor Cirebon itu akhirnya memberikan wawancara khusus kepada Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Kepolisian Sektor Kapetakan Cirebon itu menjelaskan sejumlah kejanggalan kematian anaknya hingga berbagai tudingan yang menyebut ia mengarang cerita pembunuhan Vina dan Eky. Dia mengaku tidak bisa memastikan apakah Eky tewas ditusuk. Ia juga mengakui menangkap terduga pelaku pembunuhan tidak berdasarkan prosedur Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selama lebih dari satu jam Rudiana hati-hati menjawab pertanyan wartawan Tempo, Advist Khoirunikmah, di restoran Hotel Grand Tryas di Kota Cirebon pada Rabu, 31 Juli 2024.

Bagaimana awalnya Anda mengetahui kematian Eky dan Vina? 

Tanggal 27 Agustus 2016 pukul 11 malam, saya mendapat telepon anak saya ada di kamar mayat (Rumah Sakit Daerah Gunung Jati, Cirebon). Seketika saya langsung berangkat. Sampai di sana, saya langsung diarahkan ke meja mayat. Saya lihat saat itu luka-lukanya cukup luar biasa. Saat itu saya agak panik sehingga beberapa menit kemudian saya diamankan di ruang perawatan.

Dalam berita acara pemeriksaan (BAP), Anda menyatakan Eky ditusuk menggunakan senjata tajam. Apa yang membuat Anda yakin Eky ditusuk?

Saya melihat ada luka di dada, saya lupa di kiri atau kanan. Posisi saya saat itu sedang down. Jadi saya refleks bilang bahwa itu luka tusuk.

Anda melihat proses visum Eky?

Tidak. Saat itu saya kan down banget sampai dibawa ke ruang perawatan. Jadi, saat jenazah Eky divisum sampai dimandikan, saya tidak tahu.

Anda melihat hasil visum Eky?

Tentu. Seharusnya saya baca, ya. Tapi saya lupa karena itu sudah lama sekali.

Berdasarkan visum Rumah Sakit Daerah Gunung Jati dan kesaksian dokter forensik di persidangan, tidak ditemukan luka akibat tusukan benda tajam di tubuh Eky. Jadi pernyataan dalam BAP bahwa Eky ditusuk hanya dugaan? 

Dugaan. Ditambah keterangan dari para terpidana.

Dalam BAP, Anda juga menyatakan Vina diduga diperkosa. Dari mana Anda mengetahuinya?

Vina itu terpisah, ya, karena dia di ICU (unit perawatan intensif). Jadi saya tidak melihat. Saya mengetahui Vina diperkosa dari tersangka saat saya dan rekan-rekan menggali informasi. Mereka menyampaikan ada pemerkosaan, kemudian menggunakan alat bambu, batu, dan pedang. Namun perbuatan siapa itu belum muncul.

(Hasil visum pertama Vina menyatakan tak ada bekas sperma. Yang ada hanya perdarahan aktif di lubang kemaluan. Hasil visum itu diperkuat oleh dokter Ihda Silvia dan ahli forensik Andri Nur Rochman di pengadilan pada 2016. Mereka mengatakan perdarahan aktif di lubang kemaluan itu akibat benturan atau tekanan serta luka atau trauma kekerasan, bukan karena menstruasi ataupun aborsi.

Tempat kejadian perkara (TKP) penyiksaan Vina dan Eky di Jalan Gang Bakti 1, di depan SMP 11 Cirebon, Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, 20 Juni 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah

Awalnya Eky dan Vina disebut mengalami kecelakaan tunggal. Apakah Anda pernah bertanya kepada rekan Anda di kepolisian soal bagaimana kronologi kejadiannya?

Saat itu saya melihat kondisi anak seperti ini (meninggal dengan banyak luka). Boro-boro ingin bertanya, berpikir saja saya tidak normal. Saya seperti dalam mimpi, ini benar atau tidak.

Anda sempat mengecek TKP pada malam kejadian, 27 Agustus 2016?

Tidak. Saya baru ke TKP pada 31 Agustus 2016. 

Bagaimana awalnya Anda berinisiatif menyelidiki sendiri kematian Eky dan Vina? 

Sebagai orang tua yang melihat anaknya meninggal dengan luka sedemikian hebat, saya penasaran ingin mengetahui kejadian sebenarnya. Awalnya, tanggal 29 (Agustus 2016, dua hari setelah kematian Eky dan Vina), saya mengecek sepeda motor anak saya yang ada di Polsek Talun. Saya lihat rusaknya tidak parah. Hanya bodi sebelah kiri lecet. Karena itu, saya yakin anak saya meninggal bukan karena kecelakaan.

Bagaimana Anda menemukan delapan orang yang kini menjadi terpidana kasus kematian Vina dan Eky?

Karena saya melihat luka dan kerusakan sepeda motor itu. Tanggal 31 (Agustus 2016), saya dan tiga rekan saya mencari informasi ke TKP di sekitar flyover Talun. Saya mengecek CCTV (kamera pengawas) di sekitar lokasi, tapi tidak mendapat petunjuk.

Setelah itu, kami bergeser ke minimarket dekat Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Cirebon (sekitar 1,1 kilometer dari flyover Talun), lalu mengecek CCTV, tapi masih belum mendapat petunjuk. 

Setelah itu saya keluar, lalu ketemulah dengan Aep dan Dede sedang nongkrong di ruko samping SMPN 11 Cirebon. Saya jelasin bahwa kami dari Polres Cirebon Kota ingin menyampaikan kejadian pada malam Minggu di flyover Talun. Saya tanyakan siapa tahu mereka melihat atau mengetahui informasi.

Apa kata mereka saat itu? 

Dede bilang melihat keributan di depan SMPN 11 Cirebon, tapi dia tidak tahu siapa saja orangnya. Aep langsung samperin saya. Dia bilang hafal orang-orangnya dan melihat ada satu sepeda motor berwarna hijau dilempar batu dan dikejar.

Saya perlihatkan foto sepeda motor almarhum, lalu Aep mengiyakan. Lalu saya bertukar nomor telepon dengan Aep. Saya sampaikan tolong saya ditelepon kalau melihat orang-orang itu.

Selang dua jam kemudian, Aep menelepon saya dan menyampaikan orang-orang yang ngejar sepeda motor warna hijau sedang kumpul di depan SMPN 11.

Ibu Pegi Setiawan, Kartini, menangis saat mendengarkan putusan gugatan praperadilan putranya di Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat, 8 Juli 2024. ANTARA/Novrian Arbi

Anda langsung menangkap mereka saat itu?

Kami berempat kembali lagi ke sana dan saya sampaikan kepada delapan orang itu, "Mas, kami dari Polres Cirebon Kota. Ada yang hendak kami tanyakan, tolong ikut dulu." Jadi berdialog biasa aja dan langsung masuk ke mobil.

Ketika itu Anda pakai mobil dinas atau mobil pribadi?

Mobil pribadi.

Saat penangkapan itu, sudah ada proses penyelidikan dan penyidikan?

Sebelum bergerak, saya langsung meminta izin kepada atasan saya, Kepala Satuan Narkoba (Polres Cirebon Kota). "Ndan (komandan), izin. Kami ada informasi, diduga ada beberapa orang yang menganiaya Eky pada malam Minggu." Lalu kami ke kantor (Polres Cirebon Kota) dan langsung ke ruang narkoba.

Setelah sampai di Polres Cirebon Kota bagaimana?

Saya pecah menjadi masing-masing dua orang. Saya menggali informasi dari Jaya dan Sudirman. Interogasi dilakukan selama 15-20 menit dan mereka mengakui (melakukan pembunuhan).

Ada juga petugas dari provos yang bolak-balik memantau pemeriksaan. Setelah mendapat informasi, saya melapor lagi ke Kasat Narkoba, lalu atasan saya langsung melapor ke Kasat Reserse Kriminal. Akhirnya delapan orang itu dibawa ke kantor Satuan Reskrim Polres Cirebon Kota untuk pemeriksaan tambahan.

(Saka Tatal, satu dari delapan terpidana kasus kematian Eky, dalam wawancara pada 1 Agustus 2024, menceritakan hal berbeda. Menurut Saka, pemukulan terjadi sejak penangkapan di depan SMPN 11. Setibanya di Polres Cirebon Kota, Saka mengatakan mereka dijajarkan bersama-sama dan langsung disuruh mengaku tanpa menyampaikan apa pun. Mereka terus dipukuli hingga pukul 12 malam. Namun, kata dia, di sela pemeriksaan, Jaya dan Sudirman dibawa ke ruang terpisah)

Benarkah ada pemukulan saat penangkapan hingga pemeriksaan delapan tersangka itu?

Tidak ada, ya. Saya dari awal juga bilang dari Polres Cirebon Kota dan meminta baik-baik agar mereka mau ikut ke kantor. Saat itu mereka langsung ikut, tidak ada yang memberontak.

Sewaktu mereka diperiksa, saya juga sambil pendekatan, ngobrol, dan akhirnya mereka ngaku sendiri, tidak ada sama sekali kekerasan.

Ada foto viral yang menunjukkan para terpidana ini mengalami penganiayaan saat diperiksa. Bagaimana tanggapan Anda? 

Pemeriksaan kemudian diserahkan ke Satuan Reserser dan Kriminal Polres Cirebon Kota dan tidak ada penganiayaan karena ada dokumentasinya. Saat kami menggali informasi, ada petugas provos yang memonitor. Saat penyerahan delapan orang itu pun, petugas provos menyaksikan.

Rekonstruksi kasus Vina dan Eky yang dilaksanakan pada 26 Oktober 2016. Dok. Pribadi Titin Prialianti

Saat Anda menangkap dan memeriksa mereka, apakah ada perintah dari Satreskrim Polres Cirebon Kota? 

Saya tidak tahu bahwa mereka pelakunya. Kalau saya menyerahkan ke Satreskrim dengan sesuatu yang belum pasti, nanti dasarnya apa? Jadi, saat sudah ada pengakuan, barulah kemudian saya serahkan ke Satreskrim.

Saat menangkap mereka, Anda pakai baju dinas?
Tidak. Kami pakai pakaian preman. Kami kan dari Satuan Narkoba, jadi pakai pakaian preman.

Ini kan yang ditangkap awalnya delapan orang. Kemudian menjadi 11 orang yang disebut terlibat dan tiga orang masuk daftar pencarian orang (DPO). Itu bagaimana ceritanya? 

Dari mulut Sudirman saat itu yang bilang, lalu langsung dicari oleh rekan saya dari Satreskrim.

Dalam BAP Anda delapan tahun lalu, Anda mengaku langsung menuju rumah ketiga orang yang masuk DPO itu tapi mereka tidak ada di rumah?

Sebenarnya tidak. Ada rekan saya yang bergabung dengan Satreskrim. Posisi saya sebagai pelapor. Setelah melapor dan membuat LP (laporan polisi), saya memonitor saja. 

Sekarang tiga orang dalam DPO itu dianggap fiktif. Bagaimana tanggapan Anda?

Itu nanti penyidik yang berbicara, bukan saya. Saya percayakan kepada mereka.

Salah satu terpidana, Rivaldi Aditya Wardana alias Ucil, mengaku tidak ikut ditangkap di depan SMPN 11, melainkan ditangkap sendirian dalam perkara lain...

Itu saya serahkan semuanya kepada penyidik. Saya serahkan delapan orang, kemudian penyidik melakukan pemeriksaan dan pengembangan. Itu semua dilakukan penyidik.

Saat persidangan pada 2016, kenapa Aep dan Dede tidak dihadirkan?

Saya kurang paham. Itu bukan bagian dari tugas saya. Kalau saya, selalu hadir dalam persidangan.

Bukti apa yang membuat delapan orang ini Anda yakin sebagai pelaku pembunuhan Vina dan Eky?

Kalau berdasarkan persidangan, kan ada bambu. Yang lain saya lupa. Ada helm juga kalau tidak salah.

Kawasan flyover Talun, Kecamatan Talun, Cirebon, tempat Vina dan Eky ditemukan, 20 Juni 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah

Apakah Anda pernah mengecek telepon seluler Eky untuk memastikan dia memiliki masalah dengan orang lain?

Tidak pernah. Karena saya dengan mamanya pisah sejak 2012. Komunikasi dengan Eky pun tidak setiap hari. Hanya kadang-kadang kami ngobrol. Tapi, setahu saya, dia tidak punya masalah dengan teman-temannya.

Kapan Anda terakhir kali bertemu dengan Eky sebelum meninggal?

Kalau tidak salah, tiga atau empat hari sebelum kejadian, dia datang ke rumah. Kami ngobrol biasa, lalu makan. Tidak ada tanda-tanda.

Dalam BAP Anda pada 2016, Anda menyebutkan para terpidana ini anggota geng motor Moonraker. Dari mana Anda mengetahui informasi itu?

Saya lupa. Itu sudah berapa tahun lewat. Cukup lama.

Itu bukan cerita dari Aep dan Dede?

Aep dan Dede cuma bercerita bahwa ada sekelompok anak yang melempari sepeda motor berwarna hijau dan mengejar-ngejarnya.

Tapi apakah Eky anggota geng motor XTC?

Setahu saya, sih, dia enggak masuk kelompok itu. 

Liga Akbar mencabut kesaksiannya delapan tahun lalu yang menyatakan bahwa dia melihat kejadian kejar-kejaran dan penimpukan itu. Dia bilang sebenarnya tidak ada di lokasi tapi diminta Anda menjadi saksi...

Kalau dibilang saya meminta dia menjadi saksi, saya rasa itu tidak benar. Sebab, pemanggilan Liga Akbar itu kan oleh penyidik. Itu sudah bukan kewenangan saya. Dia diperiksa pun saya tidak tahu.

Cerita pembunuhan Eky dan Vina Cirebon ini sekarang diragukan banyak pihak. Apa yang Anda akan lakukan untuk mempertahankan cerita ini?

Saya menghormati hukum. Saya mempercayakan kepada proses hukum karena saya sebagai orang tua korban, pelapor.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Advist Khoirunikmah

Advist Khoirunikmah

Bergabung di Tempo sejak November 2023. Alumni Bakrie University dan Politeknik Negeri Bandung. Mengawal isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus