DIMULAI dari penggeledahan TB (toko buku) Pustaka Dian di
Kwiang (Jakarta Pusat). Di situ ditemukan sejumlah buku
"bajakan" terbitan LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial). Dari situ Tekah (Tim Khusus anti
Banditisme) kepolisian Jakarta mengetahui Dian memperoleh
buku-bukunya dari Cemerlang.
Tak begitu mudah mengorek keterangan dari pemilik Dian maupun
Cemerlang. Bahkan ketika polisi sedang memeriksa pemilik
Cemerlang, Amir Hamsah, datang dua orang perwira ABRI
menjemputnya. Tapi akhirnya polisi memperoleh keterangan: sumber
pembajakan ada di Bandung.
Benar saja. Hampir di setiap toko buku di Bandung bisa diperoleh
bukubuku bajakan LP3ES. Yaitu terdiri dari 4 judul: Pengantar
Metode Statistik I dan II (karangan Anto Dajan), Pengantar
konomi Pertanian (Mubyarto) dan Pengantar Administrasi
Pembangunan (Bintoro Tjokroamidjojo). Bormat dan segala-galanya
-- termasuk harga jual eceran -- sama dengan terbitan asli.
Hanya beberapa ciri khusus yang ditinggalkan sistem reproduksi
dapat ditandai. Misalnya: cetakanya yang tampak lebih tebal atau
gambar yang kabur. Tapi itu tak cukup mencurigakan pembeli.
Dari keterangan salah sebuah toko buku jejak pembajakan kemudian
dapat diketahui. TB Merapi di Jalan Lengkong Besar (Bandung)
dicurigai. Polisi segera mencomot pemiliknya, Mawardi, dan terus
membawanya ke Jakarta. Mula-mula Mawardi mungkir. Tapi setelah
melalui pemeriksaan sedikit keras, Mawardi menyebut Herman
sebagai mata-rantai berikutnya.
Herman dikejar ke Bandung. Tapi ia telah pergi dari rumahnya di
Jalan Industri sebelum polisi datang. Temyata ia telah lebih
dulu "diamankan" oleh seorang perwira ABRI Derpangkat mayor.
Petugas Tekab yang menyamar sebagai tukang beca dan ditempatkan
di sekitar rumah Herman tahu betul akan hal itu. Tapi untuk
berurusan dengan seorang mayor rupanya tak mudah.
Belakangan sang mayor sendiri menyanggupi untuk menyerahkan
Herman. Yaitu setelah kepolisian Bandung dan Jakarta
besama-sama menggeledah dan menyita hampir semua toko buku.
Tindakan tersebut, menurut sumber TEMPO, ternyata dapat
memancing munculnya sang mayor -- yang selama ini diduga sebagai
pelindung toko-toko buku di Bandung.
Mayor itu sendiri yang kemudian mendatangi polisi di salah
sebuah hotel. Ia menyatakan telah menangkap Herman berikut 3.600
eksemplar buku bajakan. Pelacakan makin menemukan jalan yang
benar. Dari Herman diketahui pembajakan buku-buku dilakukan di
Percetakan Surya di Jalan Jayakarta. Percetakan digerebek dan di
situ memang ditemukan film (klise) yang dipergunakan untuk
memroduksi buku bajakan. Pemilik Surya, Irawan, ditahan.
Tawar Menawar
Untuk selanjutnya kelihatan sekali peranan sang mayor, oknum
Skogar Bandung, dalam perkara pembajakan buku tersebut.
Misalnya, dia pula yang minta agar pemilik Merapi, Mawardi,
dilepaskan dari tahanan dan menyerahkan Herman dan Irawan
sebagai penggantinya. Beberapa kali polisi juga harus
tawar-menawar dengan sang mayor di rumahnya di Jalan Cimeong.
Pelacakan yang dimulai sejak Maret berakhir lewat tengah bulan
lalu. Herman mengakui beberapa hal: la, katanya, diminta oleh
Mawardi untuk mereproduksi 4 buah judul buku terbitan LP3ES.
Mawardi memintanya membuat 20 ribu buah dengan harga paling
mahal Rp 1.000 per buah. Herman lalu mencetakkannya ke
Percetakan Surya.
Herman, sampai Februari lalu, telah mengirimkan 12.500 buah
sebelum Mawardi kemudian menghentikan pembayarannya. Herman lalu
mengalihkan perhatian ke TB Singgalang yang berani memesan
seharga Rp 11 juta. Tapi polisi keburu bertindak sebelum
transaksi beres.
LP3ES sendiri tahu pembajakan atas buku-buku terbitannya sejak
Maret lalu dari seorang penyalur di Surabaya. Soalnya si
penyalur adalah salah seorang yang ditawari buku terbitan LP3ES
dengan potongan harga menarik: 40%. Padahal LP3ES biasa
memberikan hanya 30%. Setelah diusut ternyata buku tersebut
reproduksi yang dilakukan secara gelap.
Menurut Direktur LP3ES Ismid Hadad kini telah disita sekitarl4
ribu buah dari sekitar 20 ribu yang diduga sudah beredar. Dan
ternyata tak hanya buku terbitan LP3ES saja yang jadi korban.
Menurut Ismid, yang juga menjabat sebagai Ketua Ikapi (Ikatan
Penerbit Indonesia), telah 11 penerbit melaporkan pembajakan 41
judul buku mereka.
Pradnya Paramita, misalnya, kena 13 judul. Juga Gramedia (9
judul), Djambatan, Diponegoro dan Balai Pustaka, masing-masing 3
judul. Untuk itu Ismid telah meneruskan laporan para penerbit
kepada Pangkopkamtib dengan tembusan ke kepala Kepolisian Rl,
Jaksa Agung dan Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan
Hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini