Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sang Mayor, Dibalik Buku Bajakan

Pembajakan buku yang dilindungi seorang oknum mayor berhasil terungkap, setelah menggeledah toko buku di jakarta & bandung. sejumlah buku bajakan berasal dari lp3es dan penerbit lainnya.

7 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIMULAI dari penggeledahan TB (toko buku) Pustaka Dian di Kwiang (Jakarta Pusat). Di situ ditemukan sejumlah buku "bajakan" terbitan LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Dari situ Tekah (Tim Khusus anti Banditisme) kepolisian Jakarta mengetahui Dian memperoleh buku-bukunya dari Cemerlang. Tak begitu mudah mengorek keterangan dari pemilik Dian maupun Cemerlang. Bahkan ketika polisi sedang memeriksa pemilik Cemerlang, Amir Hamsah, datang dua orang perwira ABRI menjemputnya. Tapi akhirnya polisi memperoleh keterangan: sumber pembajakan ada di Bandung. Benar saja. Hampir di setiap toko buku di Bandung bisa diperoleh bukubuku bajakan LP3ES. Yaitu terdiri dari 4 judul: Pengantar Metode Statistik I dan II (karangan Anto Dajan), Pengantar konomi Pertanian (Mubyarto) dan Pengantar Administrasi Pembangunan (Bintoro Tjokroamidjojo). Bormat dan segala-galanya -- termasuk harga jual eceran -- sama dengan terbitan asli. Hanya beberapa ciri khusus yang ditinggalkan sistem reproduksi dapat ditandai. Misalnya: cetakanya yang tampak lebih tebal atau gambar yang kabur. Tapi itu tak cukup mencurigakan pembeli. Dari keterangan salah sebuah toko buku jejak pembajakan kemudian dapat diketahui. TB Merapi di Jalan Lengkong Besar (Bandung) dicurigai. Polisi segera mencomot pemiliknya, Mawardi, dan terus membawanya ke Jakarta. Mula-mula Mawardi mungkir. Tapi setelah melalui pemeriksaan sedikit keras, Mawardi menyebut Herman sebagai mata-rantai berikutnya. Herman dikejar ke Bandung. Tapi ia telah pergi dari rumahnya di Jalan Industri sebelum polisi datang. Temyata ia telah lebih dulu "diamankan" oleh seorang perwira ABRI Derpangkat mayor. Petugas Tekab yang menyamar sebagai tukang beca dan ditempatkan di sekitar rumah Herman tahu betul akan hal itu. Tapi untuk berurusan dengan seorang mayor rupanya tak mudah. Belakangan sang mayor sendiri menyanggupi untuk menyerahkan Herman. Yaitu setelah kepolisian Bandung dan Jakarta besama-sama menggeledah dan menyita hampir semua toko buku. Tindakan tersebut, menurut sumber TEMPO, ternyata dapat memancing munculnya sang mayor -- yang selama ini diduga sebagai pelindung toko-toko buku di Bandung. Mayor itu sendiri yang kemudian mendatangi polisi di salah sebuah hotel. Ia menyatakan telah menangkap Herman berikut 3.600 eksemplar buku bajakan. Pelacakan makin menemukan jalan yang benar. Dari Herman diketahui pembajakan buku-buku dilakukan di Percetakan Surya di Jalan Jayakarta. Percetakan digerebek dan di situ memang ditemukan film (klise) yang dipergunakan untuk memroduksi buku bajakan. Pemilik Surya, Irawan, ditahan. Tawar Menawar Untuk selanjutnya kelihatan sekali peranan sang mayor, oknum Skogar Bandung, dalam perkara pembajakan buku tersebut. Misalnya, dia pula yang minta agar pemilik Merapi, Mawardi, dilepaskan dari tahanan dan menyerahkan Herman dan Irawan sebagai penggantinya. Beberapa kali polisi juga harus tawar-menawar dengan sang mayor di rumahnya di Jalan Cimeong. Pelacakan yang dimulai sejak Maret berakhir lewat tengah bulan lalu. Herman mengakui beberapa hal: la, katanya, diminta oleh Mawardi untuk mereproduksi 4 buah judul buku terbitan LP3ES. Mawardi memintanya membuat 20 ribu buah dengan harga paling mahal Rp 1.000 per buah. Herman lalu mencetakkannya ke Percetakan Surya. Herman, sampai Februari lalu, telah mengirimkan 12.500 buah sebelum Mawardi kemudian menghentikan pembayarannya. Herman lalu mengalihkan perhatian ke TB Singgalang yang berani memesan seharga Rp 11 juta. Tapi polisi keburu bertindak sebelum transaksi beres. LP3ES sendiri tahu pembajakan atas buku-buku terbitannya sejak Maret lalu dari seorang penyalur di Surabaya. Soalnya si penyalur adalah salah seorang yang ditawari buku terbitan LP3ES dengan potongan harga menarik: 40%. Padahal LP3ES biasa memberikan hanya 30%. Setelah diusut ternyata buku tersebut reproduksi yang dilakukan secara gelap. Menurut Direktur LP3ES Ismid Hadad kini telah disita sekitarl4 ribu buah dari sekitar 20 ribu yang diduga sudah beredar. Dan ternyata tak hanya buku terbitan LP3ES saja yang jadi korban. Menurut Ismid, yang juga menjabat sebagai Ketua Ikapi (Ikatan Penerbit Indonesia), telah 11 penerbit melaporkan pembajakan 41 judul buku mereka. Pradnya Paramita, misalnya, kena 13 judul. Juga Gramedia (9 judul), Djambatan, Diponegoro dan Balai Pustaka, masing-masing 3 judul. Untuk itu Ismid telah meneruskan laporan para penerbit kepada Pangkopkamtib dengan tembusan ke kepala Kepolisian Rl, Jaksa Agung dan Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus