Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Setelah Wawancara Itu

Wartawan Majalah Dian yang terbit di Ende, Flores, Christianus Nau, dianiaya wakil Danres Ngada, Kapten Luang Kaly. Wartawan ini mewawancarai Danres tentang tindakan Luang Kaly memukul hansip.

30 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"WARTAWAN tai. Kurang ajar!" Dan masih banyak caci-maki lain, dilontarkan bersama pukulan dan tendangan terhadap wartawan Christianus Nau. Chris, wartawan majalah Dian yang terbit di Ende, Flores, pada saat penganiayaan tanggal 5 April malam lalu, tak berani melakukan perlawanan. Karena, pukulan dan tendangan itu berasal dari beberapa pasang tangan dan kaki para petugas penegak hukum. Siapa penegak hukum yang lancang tangan itu? Surat Pemimpin Umum/ Penanggungjawab majalah Dian, yang ditandatangani Alex Beding dan ditujukan kepada Kepala Polisi Nusaenggara (di Denpasar), Kepala Kejaksaan Tinggi di Kupang dan Pelaksana Khusus Pangkopkamtib Nusatenggara, cukup menjelaskan. Selasa pagi, 5 April lalu, Chris menemui dan berwawancara dengan Komandan Resort Polri Ngada di Bajawa (Flores). Dalam wawancaranya itu, dia telah minta penjelasan sekitar peristiwa pemukulan oleh beberapa orang oknum Polri setempat terhadap beberapa orang penjaga malam di pos penjagaan di kota Bajawa. Apa keterangan Dan Resort, tak begitu jelas, hanya disebutkan wawancara berjalan lancar. Malam harinya, ketika Chris sedang bertamu di rumah keluarganya, sekitar jam 7 malam muncullah seorang petugas polisi. Tak diterangkan, adakah petugas ini berseragam atau berpakaian preman. Polisi ini, begitu keterangannya, minta agar Chris menemui Wakil Komandan Resort, Kapten Luang Kaly, yang sedang menunggunya di luar. Mula-mula Chris menolak, karena 'undangan' itu dianggapnya tak pantas. Namun, akhirnya, Chris keluar rumah juga untuk menemui panggilan perwira polisi yang menungguinya di dalam kendaraan dinasnya. Begitu Chris melangkah ke luar rumah, ia disambut oleh beberapa pasang tangan dan kaki yang langsung memukul dan menendang badannya dengan keras. Chris tak berdaya dalam kepungan beberapa anggota polisi. Setelah itu, Chris dipaksa masuk ke sebuah kendaraan, di mana menunggu Wadanres Kapten Luang Kaly. Dia langsung dibawa ke luar kota. Saya Basmi Kau Dalam perjalanan, 2 km ke arah Watuaji, Chris mencoba memprotes tindakan para penegak hukum atas dirinya itu. Sebagai warganegara, kata Chris, ia bersedia dihadapkan kepada kepala polisi yang berwenang malam itu juga. Tapi para 'penculiknya' tak peduli, malah mulai main pukul dan membentak-bentak lebih hebat. Di suatu tempat yang sunyi, di antara hutan bambu, Chris mendengar suara Kapten Kaly: "Di mana tempat yang paling aman?" Begitu cerita Chris kemudian. Dan anak buahnya menjawab: "Terserah, pak". Di tempat yang sunyi itu, kendaraan itu berhenti, tak jauh dari pos jaga. Wartawan ini segera digiring ke pos. Di situ Kaly memberi penjelasan sekitar tindakannya itu. Menurut Chris, perwira polisi yang menangkapnya itu berkata begini: "Persoalan yang ditanyakan kepada Danres (soal pemukulan penjaga malam olel) Wadanres - Red.) tidak betul dan tidak tepat. Karena tidak ada anggota polisi yang memukul hansip. Yang memukul adalah Kasmares 2009 Ngada, Kapten Y. Luang Kaly". Rupanya Kaly ingin menegaskan, bahwa pemukulannya terhadap hansip-hansip itu dilakukannya dalam kedudukannya sebagai Kasmares 2009. "Pemukulan itu disebabkan para hansip itu tidak sempurna dalam menjaga kehansipannya. Ini adalah pembinaan kepada hansip yang kurang beres dalam tugas". Begitu lanjutya. Setelah merasa cukup memberi penjelasan, Kapten Kaly kembali mengantar Chris ke rumah tempat ia mengambilnya. Sampai di sini, di hadapan yang empunya rumah, Kapten Kaly masih meninggalkan ancaman. Sambil mengamangkan pistolnya, ia berkata, antara lain: "Di Bajawa jangan coba-coba. Kau boleh menulis semuanya. Kau punya alamat di Ende sudah diambil. Kalau tulis salah-salah, saya angkut dan basni kau. Paling-paling saya masuk MPP. Begitu cerita Chris. Keesokan harinya Chris kembali bertemu dengan Danres. Di hadapan Bupati Ngada, tanggal 6 April, Danres itu berjanji akan menindak 'dengan tegas anak buahnya. Tindakan apa, hanya Danres sendiri yang tahu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus