Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

3 x Pindah, Terus Ke Atas

Sejak waduk Riam kanan selesai dibangun, 2 kali desa kala'an (Kal-Sel) dilanda banjir. Karena itu dua kali pula warganya pindah tempat tinggal. Kini, ada rencana mereka akan dipindahkan ke tempat lain.

30 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MELEWATI beberapa pulau di Danau Riam Kanan, bentuk desa Kala'an menyerupai seekor burung bangau yang sedang tengkurap di permukaan air. Di paruh dan di kepala sang burung ini bergelut sebanyak 979 jiwa (210 KK) penduduk yang dengan setia menunggui desa di tepi danau yang suka meluap itu. Tak heran jika karena letaknya ini sudah dua lali desa Kala'an ditimpa musibah banjir semenjak waduk Riam Kanan selesai dibangun. Pertama kali di tahun 1971, "desa ini terendam air", ujar si kepala desa. Melihat keadaan serupa itu di tahun itu juga warga desa ramai-ramai pindah ke kaki bukit, sekitar 2 km dari tepi danau. Tanpa ribut-ribut dan agaknya dengan sukarela semata. Menurut perkiraan petugas-petugas PLTA Riam Kanan, seperti yang dikutip beberapa tokoh desa kepada TEMPO, dengan naik 2 km itu desa Kala'an akan terhindar dari ancaman banjir. Tapi apa yang terjadi? "Dugaan orang PLTA meleset", ucap banyak penduduk. Buktinya, sambung Kepala Humas Kabupaten Banjar pula, di tahun 1973 air merendam desa ini lagi. Maka untuk kedua kalinya warga desa inipun menaikkan kampungnya lagi, sekitar 1 km lebih tinggi ke atas bukit. Tapi kabar lain sering menyentuh anak telinga dan lagi berbau tuduhan. Penduduk desa-desa itu, terutama Kala'an, kabarnya suka mengganggu kelestarian hutan sekitar. Bab kelestarian ini memancing pihak Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan untuk sampai pada sebuah kesimpulan: tanah dan hutan di sekitar Riam Kanan dalam keadaan kritis dan perlu dihijaukan kembali. Jika tidak, waduk raksasa itu setiap waktu diancam kehancuran. Lalu, apa akal? "Perlu proyek pemukiman", sahut seorang pejabat Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan. Maka meninjaulah Gubernur Subardjo ke Kala'an awal April ini tadi. Singkat saja. Tapi hasilnya, "saya setuju proyek pemukiman tersebut dan desa Kala'an kita pilih sebagai tempatnya", ucap sang gubernur. Kata Subardjo pula, sebanyak 300 KK akan dimukimkan di tempat baru itu kelak. Dan untuk ketiga kalinya, akan pindahlah pula warga desa Kala'an ke tempat baru mereka yang kini sudah diberi nama Kala'an Baru. Tempat ini kabarnya sudah lama disurvey dan hasilnya menunjukkan warga desa tak akan tersentuh banjir lagi. Di desa baru itu kelak warganya akan mendapat pembagian tanah seluas 5 hektar untuk masing-masing KK. Perumahan tak usah dirisaukan disediakan cuma-cuma. "Persis model proyek transrmigrasi", tambah Subardjo. Tapi sudah tersediakah biaya untuk itu? "Tenang saja", jawab seorang pqabat di kantor gubernur, "perkara biaya bukan problem, yang penting apakah masyarakat di sekitar waduk itu suka berkumpul di satu wadah?". Kabarnya sebanyak Rp 147 juta biaya sudah disetujui dengan sumber Departemen Pertanian. Kira-kira kehutananlah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus