NIKEL Soroako bakal disaingi nikel dari dasar samudera?
Begitulah, setidak-tidaknya seperti diungkapkan Mochtar
Kusumaatmadja menjelang akhir bulan lalu.
Yaitu apabila Konperensi Hukum Laut III yang akan memasuki
sidang ke VI minggu depan tak berhasil menuangkan sesuatu
konvensi mengenai masalah pendayagunaan kekayaan alam yang
terdapat di samudera dalam (deep sea bed). Berdasarkan catatan
sidang-sidang Yang lalu, samudera dalam adalah laut yang
terletak di luar yurisdiksinasional negara pantai.
Menurut Ketua Delegasi Indonesia ke Konperensi Hukum Laut
tersebut, barang-barang tambang samudera dalam di daerah
tertentu, tinggal dikelola saja, sehingga harga produksinya bisa
lebih rendah. Dan perusahaan yang sanggup mengelola adalah
perusahaan negara-negara teknologis tinggi. Pada pandangan
Mochtar ini bukan hanya kepentingan Indonesia tapi juga
negara-negara lain. Soalnya negara-negara-maju industri seperti
AS sudah lama menunggu hal itu. Dan menjelang akhir bulan lalu,
Duta Besar Elliot Richardson, mengatakan di Paris bahwa jika
Konperensi Hukum Laut masih tertunda lagi, maka Kongres AS
mungkin akan bertindak secara sepihak untuk melindungi
kepentingan perusahaan-perusahaan pertambangan yang bergerak di
samudera dalam. Richardson baru saja keliling beberapa negara,
termasuk Indonesia, untuk mencari pendekatan mengenai masalah
penambangan yang berteknologi tinggi ini.
Truman & Carter
Sudah sejak sidang ke V di New York tahun lalu, AS menahan-nahan
rasa sabarnya. Para peserta Konperensi umumnya mengakui bahwa
masalah yang dibahas Komite I Konperensi adalah masalah yang
terkritis. Konperensi bisa gagal hanya karena kegagalan di
Komite I.
Tapi tindakan sepihak bukan hal baru dalam hukum laut. Tak lain
AS sendiri melalui Presiden Truman yang di tahun 1945
mengeluarkan proklamasi mengklaim suatu daerah yang terdapat di
dasar laut (dan tanah di bawahnya) di luar laut teritorial
hingga kedalaman 200 meter -- bagi kepentingan eksploitasi
kekayaan alam. Waktu itu tak ada reaksi negatif. Kebalikannya,
dimulai Meksiko, negara-negara lain segera mengeluarkan
pernyataan yang sama. Kelainan klaim adalah pada negara-negara
Amerika Latin. Mereka ini tak hanya menunjuk pada dasar laut dan
tanah di bawahnya (sea bed and subsoil), tapi juga seluruh laut
dan kekayaan alamnya sebagai bagian wilayah yang termasuk
yurisdiksinya. Konperensi Hukum Laut PBB I di Jenewa 1958
menuangkan masalah yang menyangkut landas kontinen ini ke dalam
satu dari 4 konvensi yang dihasilkannya.
Tentu saja suasana zaman Truman dan zaman Carter sekarang
berbeda. Sekarang bangsa-bangsa sudah sepakat bahwa kekayaan
alam yang terdapat di dasar laut di luar batas yurisdiksi
nasional masing-masing negara adalah warisan umat manusia,
sperti yang pertama kali dicetuskan Pardo, Menlu Malta. Nah,
bagaimana mengatur warisan itu.
Tetap Optimistik
Ada dua pandangan yang saling bertentangan. Kelompok 77
mengingini adanya suatu badan internasional yang berkuasa mutlak
melakukan pengusahaan bagi hasil atau kontrak karya.
Negara-negara maju industri tak menghendaki kekuasaan mutlak
badan tersebut. Badan ini hendaklah memberikan lisensi kepada
perusahaan-perusahaan yang mampu melakukan pengusahaan. Dubes
Richardson sendiri menjelaskan bahwa 4 konsorsium yang di kuasai
AS telah menyediakan US$ 3050 juta bagi pengembangan teknologi
penambangan samudera dalam.
Dengan cara AS ini akan ada dua blok: yang dikuasai oleh badan
internasional, dan yang agak bebas, di mana
perusahaan-perusahaan dapat lisensi. Usaha kompromi sebagai
disajikan India dalam pertemuan di Jenewa, Maret yang lalu belum
mencapai kata putus. Di situ diusulkan agar
perusahaan-perusahaan yang mendapat lisensi tersebut harus
sekaligus mengusahakan tidak saja blok kedua, tapi juga blok
pertama.
Mochtar Kusumaatmadja, termasuk orang yang khawatir
menyerempetnya masalah liberalisasi penambangan samudera dalam
ke penambangan nikel di Soroako. Tapi ia tetap optimistik bahwa
prospek sidang ke VI dari konperensi akan cukup baik. Andalannya
adalah pemerintahan Carter, yang menekankan kerjasama dengan
negara-negara dunia ketiga. Artinya menurut analisa Mochtar,
konperensi akan berhasil, dan ancaman Richardson di atas tak
akan sampai muncul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini