Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Samsul mengelus-elus rambutnya yang cepak. Berbicara dengan Tempo pekan lalu, sesekali ia menahan napas, menghentikan kalimatnya. Matanya basah. "Saya ditipu," ujarnya dengan suara perlahan. Ia menunjuk penipunya: Ketua DPD Partai Nasional Demokrat (NasDem) Palangkaraya M. Yusuf Hasyim. "Padahal tahun ini saya membutuhkan uang untuk kuliah anak bungsu saya," Samsul menambahkan.
Di keluarga besarnya bukan hanya dia yang tertipu. Kakak dan adik iparnya juga tertipu. Samsul merasa malu sekaligus berdosa karena dialah yang menjerumuskan saudaranya tersebut. Nasib yang sama dialami rekan-rekan kerjanya. Mereka menjadi korban karena terbujuk ajakannya. Samsul sendiri harus kehilangan duit sebanyak Rp 251 juta. "Kakak dan adik ipar sekarang tidak mau menegur saya lagi," ujar bekas pejabat salah satu badan usaha milik negara ini.
Kisah nahas Sam-demikian Samsul biasa dipanggil-bermula dari perkenalannya dengan Yusuf pada Oktober 2012. Saat itu, dia diperkenalkan kepada Yusuf oleh seorang temannya yang berbisnis singkong. Kepada Sam, Yusuf mengaku memiliki lahan seluas 200 hektare yang siap ditanami singkong di Desa Bukit Batu, Kecamatan Cempaga Hulu, Palangkaraya. Dia mengajak Sam berinvestasi di bisnis singkong.
Sam tergiur karena Yusuf mengiming-imingi bisnis ini bakal memberi keuntungan besar. Dengan modal Rp 17,1 juta per hektare, Sam bakal mendapat keuntungan bersih hingga Rp 70 juta per hektare dalam waktu sepuluh bulan atau sekali panen. Yusuf juga menjanjikan singkong hasil panennya pasti akan terserap pasar karena ia memiliki kontrak pengadaan bahan baku tepung tapioka PT Cempaga Jawau Industry, yang juga berlokasi di Kecamatan Cempaga.
Sam makin tertarik ketika Yusuf menegaskan bahwa program bisnis singkong ini juga didukung Partai NasDem. Bahkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Daerah Pemilihan 1 Nomor Urut 2 itu menyatakan telah diberi sebuah mobil Ford Ranger oleh Surya Paloh-Ketua Umum Partai NasDem-karena keberhasilannya mengembangkan program partainya tersebut. Menurut Rudiana, rekam Sam yang juga ikut bisnis tersebut, Yusuf menyatakan Surya Paloh pun ikut menanamkan modal.
Terpikat oleh keuntungan besar, Sam mengajak rekan sekantor dan keluarganya berinvestasi dalam bisnis ini. Delapan rekan kerja plus dua saudara ipar Sam terbang ke Palangkaraya melihat lahan singkong itu. Lahan tersebut bisa ditempuh sekitar dua jam berkendara dari pusat Kota Palangkaraya.
Bertemu dengan Yusuf, pria 35 tahun itu membeberkan rencana barunya, yakni mendirikan pabrik pengolahan tapioka di Desa Takaras, Kecamatan Bukit Batu. Menurut Yusuf, pabrik itu kelak bakal membeli singkong dengan harga yang lebih mahal dari yang ditawarkan Cempaga. "Dia berani kasih harga Rp 800 per kilo, sementara Cempaga hanya Rp 600," ujar M. Harahap, rekan Sam lainnya. Dari Sam dan koleganya, Yusuf berhasil mendapat dana Rp 1,1 miliar. Itu investasi yang ditanamkan Sam dan kawan-kawan serta saudaranya untuk budi daya singkong dan pembangunan pabrik.
Belakangan, tanda-tanda mencurigakan mulai muncul pada Agustus 2013, saat memasuki masa panen seperti dijanjikan Yusuf. Pria berbadan gempal itu mulai sulit dihubungi. Beberapa kali telepon Yusuf bisa dihubungi, tapi ia selalu meminta waktu untuk mengirim hasil penjualan singkongnya. "Dia minta waktu sampai Pak Surya Paloh datang meresmikan pabrik dia di Palangkaraya, 22 September 2013," ucap Sam.
Bak ingin menunjukkan bahwa dia tak berbohong, pada 22 September 2013, Yusuf mengundang Sam dan kawan-kawannya ke Palangkaraya. Hari itu Surya Paloh dijadwalkan bakal hadir dalam peluncuran program yang bertajuk "Bina Usaha Tani NasDem" tersebut. Surya memang benar datang. Acara peluncuran program yang dilangsungkan di lokasi pabrik tapioka Yusuf berlangsung meriah. Bendera NasDem berkibar di mana-mana. Wajah Surya Paloh juga terpampang di sejumlah spanduk. Program "menanam singkong" itu pun disebut sebagai program NasDem. Saat itu, lagi-lagi Yusuf menyatakan akan memberikan keuntungan Sam pada Oktober.
Namun, pada Oktober 2013, lagi-lagi Yusuf menghilang. Lewat seorang temannya, Sam sempat dipertemukan dengan adik ipar Surya Paloh, Jhonny Waas. Saat itu, Jhonny meminta Sam menemui kader NasDem di Kalimantan Tengah lainnya, Frands Peginusa. Kepada Frands, Sam menceritakan ulah Yusuf. Dia juga meminta tolong Frands untuk mempertemukan dirinya dengan para petinggi NasDem. Ditemui Tempo pekan lalu, Frands tak menampik kabar bahwa Sam menemuinya. "Yang menghubungi saya bukan hanya mereka, banyak korban lain juga," ujar Frands kepada Tempo pekan lalu.
Pada November 2013, para korban penipuan Yusuf, termasuk Sam dan kawan-kawan, dipertemukan dengan Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella. Dalam pertemuan itu, Rio mengatakan akan memecat Yusuf dari partai. Dia juga berjanji akan mengurus kasus ini. "Saat itu, kami diperlihatkan surat pemecatannya," kata Rudiana.
Saat berlangsung Rapat Kerja Nasional NasDem di Hotel Mercure, Ancol, awal Desember tahun lalu, Sam sempat mendatangi Yusuf di sana. Yusuf lagi-lagi meminta waktu hingga Februari, yang kemudian disetujui Sam. Akhir Desember lalu, khawatir janji itu hanya tinggal janji, Sam terbang ke Palangkaraya, mendatangi rumah Yusuf di Jalan Betutu III. Sial, Yusuf dan istrinya sudah lenyap. Ternyata rumah itu hanya rumah kontrakan.
Akhir Januari lalu, Sam dan kawan-kawan pun mengadukan Yusuf ke Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah. Dari Sam dan rekan-rekannya, korban Yusuf sedikitnya 25 orang, termasuk dirinya. Dana yang digasak Yusuf dari orang sebanyak itu Rp 4,8 miliar. "Itu belum termasuk mungkin kader NasDem yang tertipu tapi takut atau malu melaporkan," ujar Sam. Ia memperkirakan nilai duit yang disikat Yusuf tak kurang dari Rp 10 miliar.
Dihubungi wartawan Tempo di Palangkaraya, Karana Wijaya, Kepala Hubungan Masyarakat Polda Kalimantan Tengah Ajun Komisaris Besar Pambudi Rahayu membenarkan bahwa pihaknya sudah menerima laporan soal Yusuf. Namun dia menyatakan belum mengetahui sejauh mana proses pemeriksaan kasus ini. Yusuf sendiri kini tak jelas rimbanya.
DUA bangunan tak berdinding itu berdiri di tepi Jalan Tjilikriwut Kilometer 45, Desa Takaras, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ditopang tiang-tiang berwarna biru beratap seng, kedua bangunan seluas sekitar 300 meter tersebut hanya berisi sebuah mesin penggiling singkong, yang juga berwarna biru. Berlabel Jawau Industry Palangka Raya, tak ada kegiatan apa pun di pabrik tepung tapioka skala kecil itu. Pabrik tersebut seperti saksi bisu investasi bodong yang dilakukan Yusuf.
Seorang kader NasDem bercerita, kasus ini sebenarnya tak terlepas dari karut-marut di Partai NasDem. Pada awal pendiriannya, partai baru ini berjanji akan membiayai kampanye kadernya yang maju sebagai calon legislator sebesar Rp 5-10 miliar.
Belakangan, badai melanda NasDem. Hary Tanoesoedibjo-bos Grup MNC yang sebelumnya seiring-sejalan dengan Surya Paloh-keluar dari partai ini. Maka janji bakal membiayai kader partai pun menjadi "abu-abu", tak jelas. Pihak partai kemudian meminta para kader membuat tiga program yang nantinya akan didanai oleh DPP Partai NasDem. Tapi janji itu pun tak terwujud.
Inilah yang membuat banyak kader NasDem kelimpungan, termasuk Yusuf. Padahal ia sudah berjanji membantu sejumlah petani untuk bekalnya meraih suara agar masuk jadi anggota DPR. Apalagi istrinya, Novi Karina, juga mencalonkan diri sebagai calon anggota DPRD Kota Palangkaraya. "Alhasil, ya, dia harus cari dana dari sana-sini demi kursi Dewan. Lalu muncullah bisnis investasi itu," kata sumber Tempo ini.
Sam dan kawan-kawan juga sempat mendatangi rumah Surya Paloh di bilangan Permata Hijau, Jakarta Selatan, tapi ia tak ada di sana. Saat Surya didatangi di kantor DPP Partai NasDem di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, di sana Sam juga hanya bisa gigit jari. Surya Paloh tak ada. "Akhirnya kami hanya menitipkan satu berkas surat beserta bukti-bukti penipuan Yusuf ke rumahnya dan kantor NasDem," ujar Sam.
Sekretaris Jenderal NasDem Patrice Rio Capella menegaskan bahwa partainya berkaitan dengan "bisnis" investasi singkong Yusuf ini. Menurut dia, penipuan ini tanggung jawab Yusuf secara pribadi. Patrice menyatakan pihaknya sudah memecat Yusuf dari posisi sebagai Ketua DPD Palangkaraya pada Desember tahun lalu.
Patrice juga membantah jika partainya disebut tak memenuhi janji kepada para calon legislatornya. Dia menegaskan, Partai NasDem tak pernah berjanji membiayai seluruh biaya kampanye. Bantuan yang diberikan partai, kata dia, berwujud, antara lain, atribut partai. "Itu sudah diberikan semua," ucapnya.
Febrian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo