SUDAH tiga bulan ini Syaiful Bahri bin Sulaiman telah menikmati pembebasan bersyarat. Tapi pemuda berusia 31 tahun ini tak henti diburu rasa bersalah. Sebuah dosa terus membayang: dia telah ikut menjebloskan Abdullah bin Andah, kernet truk ayahnya, atas sebuah pembunuhan keji yang tak pernah dilakukannya.
Empat belas tahun lalu, adalah Syaiful sendiri, dan preman bernama Syukri yang buron, yang sesungguhnya telah menculik dan menghabisi nyawa Heriana Syuhada, seorang bocah berumur 9 tahun. Syaiful lalu diganjar hukuman seumur hidup di Penjara Tanjung Gusta, Medan, sebelum kemudian mendapat remisi. Baru belakangan di bui ia membuat pernyataan di atas kertas segel: Abdullah tak sekuku pun bersalah.
Sementara Abdullah masih mendekam di penjara, Syaiful kini mengisi hari-harinya dengan beternak 200 ekor ayam di pekarangan rumahnya di Blang Peuria Geudong, Kecamatan Samudera, Aceh Utara. "Urusan saya dengan negara sudah selesai. Sekarang urusan dengan Allah," ia menerawang. Kepada wartawan TEMPO Nezar Patria dan Zainal Bakri, yang menemuinya Ahad dua pekan lalu di kediamannya, Syaiful bersumpah: ia siap bersaksi ke mana pun untuk membebaskan Abdullah. Berikut petikannya.
Bagaimana Abdullah bisa turut terlibat dalam kasus Anda?
Sebenarnya dari awal dulu saya sudah mengakui Bang Lah (nama panggilan Abdullah) tidak terlibat. Saya tetap menyatakan penculikan dan pembunuhan itu saya yang melakukannya. Tapi kemudian, setelah Bang Lah diperiksa polisi, ia mengaku dan telah membubuhkan cap jempol dalam berita acara pemeriksaan.
Kenapa Abdullah mengaku?
Saya tidak tahu. Mungkin ia sudah tidak tahan disiksa polisi ketika pemeriksaan berlangsung. Seorang anggota polisi juga pernah mengancam saya. Dia bilang Bang Lah saja sudah mengakui, apa saya mau tunggu sampai tulang rusuk saya dipatahkan?
Anda lalu mengakui keterlibatan Abdullah?
Saya juga sudah tidak tahan. Saya katakan, kalau memang dia (Abdullah) sudah mengaku, ya sudah. Padahal saya sudah mengancam akan bunuh diri kalau saya terus dipaksa.
Kasus penculikan dan pembunuhan itu sendiri benar?
Apa yang saya sampaikan (di pengadilan) itu benar. Hanya berganti orang saja.
Maksudnya?
Dari awal hingga akhir, memang saya yang melakukan kejahatan itu. Tapi, peran Bang Lah yang saya akui di pengadilan sebenarnya dilakukan orang lain. Saya sebenarnya melakukannya bersama Syukri. Bang Lah sendiri tidak tahu-menahu. Ia tidak terlibat sama sekali. Tapi saya heran, kenapa saat rekonstruksi dia bisa membantu saya dengan lancar. Saat pemeriksaan polisi, kami ditempatkan terpisah. Saya juga tidak pernah mengajarinya sekalipun.
Lalu, kenapa di depan hakim Anda tidak mengatakan yang sesungguhnya?
Sebelum ditangkap, saya sempat bertemu dengan Syukri di terminal bus Lhokseumawe. Dia sudah siap mau berangkat ke Malaysia via Medan. Saya mau ikut, tapi dia melarang. Kata dia, kalau saya ikut, polisi akan curiga. Dia juga mengancam, kalau terjadi sesuatu, saya tidak membawa-bawa nama dia.
Kenapa Anda patuh begitu saja?
(Syaiful terdiam sesaat.) Dia bilang sudah kenal semua anggota keluarga saya. Jika dia tertangkap, saat bebas dia akan?.
Siapa sesungguhnya Syukri itu?
Saya tidak kenal dekat dengan dia. Saya mengenalnya di Pusong, Lhokseumawe. Waktu itu saya masih bersekolah di SMEA Negeri Lhokseumawe. Saya sering bolos dan suka memancing ikan di pelabuhan. Di sanalah saya mengenal Syukri. Dia juga sering membelikan saya minuman keras.
Ide penculikan dari siapa?
Awalnya, Syukri bilang kita harus cari uang. Dia lalu memberi tahu saya jalan yang cepat dan banyak uangnya: melakukan penculikan. Dia menyuruh saya mencari sasaran. Pada pertemuan berikutnya, saya berikan nama korban (Heriana), dan Syukri setuju.
Mengapa Heriana? Bukankah dia sudah seperti adik Anda?
Soalnya dalam perencanaan tak ada niat membunuh.
Berikutnya, apa yang Anda lakukan?
Kami membuat surat ancaman. Saya yang menulisnya. Isinya, kalau tidak diberi Rp 2 juta, kilang padi orang tuanya akan dibakar.
Ancaman itu berhasil?
Tidak. Setelah itu Syukri bilang, sekarang saatnya melakukan penculikan.
Korban langsung dibunuh hari itu?
Tidak. Korban saya sekap di hutan dekat sungai selama satu malam. Syukri yang menjaga. Malam harinya, saya minta tebusan Rp 10 juta diserahkan dekat jembatan. Tapi tidak berhasil.
Kenapa korban dibunuh?
Syukri bilang, kalau tidak dibunuh, semuanya akan terbongkar karena korban mengenal kami. Saya tidak punya pilihan lain, meski sebenarnya hati saya sangat berat melakukannya.
Anda bersedia bersaksi ulang soal keterlibatan Syukri itu?
Saya bersedia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini