Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Teror Kepala Babi: Istana Sebut Jangan Dibesar-besarkan sampai Janji Kapolri Usut Tuntas

Teror kepala babi kepada awak Tempo mendapat berbagai reaksi, termasuk Istana yang minta tidak dibesar-besarkan sampai janji Kapolri untuk mengusutnya

25 Maret 2025 | 12.58 WIB

Alumni Tempo berfoto bersama Redaksi Tempo dalam Kami Bersama Tempo,  kegiatan dukungan dari alumni Tempo setelah teror kepala babi dan tikus dengan kepala terpenggal, di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta, 24 Maret 2025. Tempo/Nita Dian
Perbesar
Alumni Tempo berfoto bersama Redaksi Tempo dalam Kami Bersama Tempo, kegiatan dukungan dari alumni Tempo setelah teror kepala babi dan tikus dengan kepala terpenggal, di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta, 24 Maret 2025. Tempo/Nita Dian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Masalah dugaan teror yang ditujukan kepada Tempo dalam bentuk kiriman paket berisi kepala babi dan kemudian 6 bangkai tikus dengan kepala terpotong pada 19 Maret 2025 dan 21 Maret 2025, mendapat berbagai reaksi dari masyarakat sampai Kapolri dan Istana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menilai teror itu merupakan masalah Tempo dengan pihak lain. Pemerintah tidak mau dikaitkan. Ia meminta agar teror ini tidak dibesar-besarkan dan Pemerintahan Prabowo Subianto menjamin kebebasan pers.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia juga sempat mengomentari tanggapan awak redaksi Tempo, Francisca Christy Rosana --wartawan desk politik dan host siniar Bocor Alus Politik, yang namanya disebut dalam paket berisi kepala babi-- dengan mengatakan sebaiknya kepala babi yang menjadi teror kepada Tempo itu dimasak saja.

"Saya lihat dari media sosial Francisca, dia justru minta dikirim daging babi. Artinya dia tidak terancam. Dia bisa bercanda. ‘Kirimin daging babi dong’,” kata Hasan di Istana Kepresidenan Jakarta, Sabtu, 22 Maret 2025.

Pernyataan ini mendapat tanggapan pro dan kontra. Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti menyarankan Hasan Nasbi untuk melepaskan jabatannya sebagai Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan dan kembali ke kampus. Ray menilai tanggapan Hasan Nasbi terhadap teror kepala bali kepada jurnalis Tempo sudah mencederai intelektualismenya.

Ray Rangkuti berpendapat pernyataan Hasan Nasbi tersebut menjadi gambaran pemerintah yang lepas tangan terhadap permasalahan yang dialami warga negaranya. “Ucapan dan tindakannya tidak lagi semata mencerminkan dirinya, tapi mencerminkan pemerintah dan bahkan negara,” kata Ray. “Alih-alih dilindungi, (korban) malah disudutkan.”

Kantor berita Antara menulis, kasus almarhum jurnalis Udin di Yogyakarta menjadi ingatan pahit bahwa ketika negara lambat bertindak, kebenaran bisa terkubur selamanya.

Semua itu menjadi pengingat, yang membedakan sebuah bangsa bukan ada tidaknya teror terhadap jurnalis, tapi bagaimana bangsa itu meresponsnya. Apakah mendiamkan? Atau berdiri bersama keberanian?

Maka, sejatinya tidak perlu gagap mengatasi kasus yang menimpa Tempo. Contohnya sudah banyak. Respons cepat, dukungan simbolik, investigasi yang tegas, dan perlindungan yang nyata kepada jurnalis adalah cara paling bermartabat.

Kalau Presiden bisa mengucap selamat untuk atlet dan aktor, mengapa tidak untuk jurnalis yang bertaruh nyawa demi kebenaran? Cukup satu kalimat yang menenangkan: “Kami bersama jurnalis yang bekerja dengan integritas.” Kalimat semacam itu bisa menjadi selimut hangat di tengah malam dingin, demikian dikutip dari Antara.

Dukungan dari Alumni Tempo sampai Seniman

Seratusan lebih Alumni Tempo berkumpul di Gedung Tempo, Jakata Selatan, Senin, 24 Maret 2025, memberikan dukungan kepada Redaksi Tempoyang pekan lalu mendapat serangan teror kepala babi dan bangkai tikus.

Sejumlah mantan pimpinan Tempo termasuk salah seorang pendiri Harjoko Trisnadi, mantan Pemred Bambang Harimurti, jurnalis senior Leila Ch Chudori, sampai penyanyi Banda Neira Ananda Badudu hadir dalam acara tersebut.

Ananda Badudu mengatakan, dukungan ini sebagai solidaitas terhadap redaksi Tempo.

"Setelah kepala babi, lalu bangkai tikus, entah besok apa lagi karena teror ini tidak diusut. Sekarang pelaku terornya mungkin bisa ketawa-ketawa, karena tidak pernah diusut tuntas," kata Ananda yang mempersembahkan lagunya "yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti' untuk menyemangati Cica dkk.

Gerakan dan aksi simpati mengalir di jagat maya untuk mendukung Tempo, menyusul teror kepala babi yang dikirimkan ke kantor redaksi Tempo pada Rabu, 19 Maret 2025.

Petisi bertajuk 'Kami Bersama Tempo' dengan tanda pagar (tagar)  Lawan Teror dan Save Tempo itu hingga Sabtu, 22 Maret 2025  mencapai ratusan pendukung dari kalangan seniman dengan latar belakang berbagai profesi seperti; penulis, penyair, akademisi, jurnalis dan lain sebagainya. Gerakan ini masih terus mengalir hingga laporan ditulis.

Di grup WhatsApp Wartawan-Penyair yang beranggotakan 200 orang,  sudah 125 seniman mencantumkan namanya untuk mendukung Tempo. Pada laman grup tersebut mereka bersikap bahwa pers adalah salah satu pilar demokrasi. Maka segala bentuk gangguan terhadap pers harus dilawan karena menjadi ancaman terhadap demokrasi.

Komnas HAM: Teror ke Media Berdampak ke Publik

Wakil Ketua Komnas HAM Abdul Haris Semendawai mengatakan, teror pengiriman bangkai hewan ke Tempo menunjukkan adanya tekanan ke media untuk tidak melakukan kerja jurnalistik. Menurut dia, hal itu akan berdampak terhadap publik yang membutuhkan informasi.

Aksi teror itu, ujarnya, merupakan bentuk pembatasan terhadap HAM. "Berarti itu bisa masuk kategori pelanggaran HAM," kata Abdul Haris di kantornya, pada Senin, 24 Maret 2025.

Komnas HAM bakal memanggil sejumlah pihak untuk meminta keterangan terhadap kasus teror yang dialami Tempo. Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM Komnas HAM Anis Hidayah mengatakan, jajarannya akan berdiskusi untuk menentukan siapa saja pihak yang dipanggil.

"Kami akan mendiskusikan siapa-siapa yang relevan untuk kami mintai keterangan sebagai ahli tertentu. Saya belum berani menyebut siapa, karena belum kami putuskan," katanya ditemui di kantor Tempo pada Selasa, 25 Maret 2025.

Janji Kapolri Usut Tuntas

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan akan mengusut tuntas kasus teror kepala babi yang ditujukan kepada Tempo. Ia telah memberikan instruksi langsung kepada Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Komisaris Jenderal Wahyu Widada untuk segera melakukan penyelidikan mendalam.

"Saya sudah perintahkan Kabareskrim untuk melaksanakan penyelidikan lebih lanjut dan kami tentunya akan memberikan pelayanan yang terbaik dalam menindaklanjuti hal tersebut," ujar Listyo saat kunjungan safari Ramadhan di Medan, Sabtu, 22 Maret 2025.

Kapolri menegaskan bahwa pihak kepolisian tidak akan tinggal diam terhadap bentuk intimidasi yang mengancam kebebasan pers. Ia juga memastikan bahwa setiap kasus ancaman terhadap jurnalis akan ditangani dengan serius demi menjaga keamanan dan kebebasan pers di Indonesia.

Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Wahyu Widada mengatakan masih terus menyelidiki teror kepala babi terhadap Tempo. Dia mengatakan penyelidikan kasus ini akan dilakukan dengan baik.

“Penyelidikan masih terus berlangsung, ujarnya kepada wartawan di gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin, 24 Maret 2025.

Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri  fokus menganalisis rekaman CCTV guna mengidentifikasi pengirim.

Dirtipidum Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Djuhandhani Rahardjo Puro, mengungkapkan bahwa timnya telah menerima rekaman CCTV dari Pos Satpam Gedung Tempo serta sepanjang jalur yang diduga dilewati pelaku.

“Selanjutnya, tim melakukan analisis video dengan mengutamakan pencarian terhadap satu orang terduga pelaku yang belum teridentifikasi,” ujar Djuhandhani di Jakarta, Senin, 24 Maret 2025.

Paket berisi kepala babi itu dibawa seorang 'kurir" mengenakan helm ojek online dengan naik sepeda motor Honda Beat warna putih pada pukul 16.13 WIB, Rabu, 19 Maret 2025.

Kepada satpam yang berjaga, kurir tersebut memberitahu bahwa ada paket kiriman untuk Cica. Satpam, sesuai prosedur, meminta kurir menaruh paket kirimannya di meja tempat penyimpanan paket. Petugas satpam kantor Tempo juga meminta kurir mencatatkan nama pengirim, nama tujuan, dan nomor kontak.

Setelah serah terima paket tersebut, kurir paket kepala babi ini memotretnya. Ia lalu meminjam spidol warna biru kepada petugas satpam dan menuliskan nama Francisca Christy Rosana (Cica). Kepada satpam ia mengatakan telah mencoba menelepon Cica memberitahukan paket kiriman tersebut namun tak berbalas.

Setelah itu kurir tersebut terlihat duduk di sepeda motornya. Ia lalu membuka helm bertuliskan aplikasi pengantaran sebelum terlihat berbicara melalui telepon.

Cica mengkonfirmasi pengakuan kurir itu dengan mengatakan tak ada telepon dari kurir pada 19 Maret tersebut. Karena itu dia baru tahu ada paket untuknya ketika datang ke kantor Tempo pada 20 Maret 2025 pukul 15. Satpam memberitahu ada paket kiriman untuk dia tanpa nama pengirim.

Vedro Imanuel Girsang, M Raihan Muzakki, Ayu Cipta, Michelle Gabriela berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus