Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Tertangkapnya si maniak hidung

Dendam kesumat menyebabkan osman hutagalung, 35, memenggal kepala sannah, lantas memakan hidung korban mentah-mentah. sentiamin boru simbolon, 65, dipencet juga hidungnya oleh osman. (krim)

20 September 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GELAP mulai turun ketika tiga polisi dan tiga penduduk mengepung sebuah pondok di Bukit Aek Gaja, yang terletak di ujung Desa Humbang Satu, Kecamatan Siabu, Tapanuli Selatan, Medan. Di dalam pondok, tampak seorang pria sedang berdiang dekat api unggun. Dialah sasaran penangkapan, Minggu, 7 September lalu. Dengan kode siulan, ketiga polisi segera beraksi, menyerbu pondok, lantas menodongkan pistol ke tengkuk pria yang bertubuh tinggi itu. Dengan diserahkannya pria itu ke Polres Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, berakhirlah perburuan terhadap seorang maniak hidung yang dituduh membunuh seorang nenek Juli silam. Dialah Osman Hutagalung, 40, yang dikenal punya kegemaran memencet hidung. Ia mengaku terus terang, telah membunuh Sannah, dukun beranak di kampungnya. Osman membunuh Sannah karena ia amat dendam pada nenek 13 cucu itu. Pasalnya, Sannah mempersoalkan perkara hidungnya yang dipencet Osman sampai tiga kali, ketika ia sedang tidur. Akibatnya, Osman dihukum 80 hari dengan masa percobaan 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Panyambungan. Peristiwa itu sendiri telah terjadi 9 tahun lampau. Waktu itu Osman menjual sawahnya yang berukuran 35 x 20 meter, dan ia mengaku memakai uangnya "untuk menyuap penegak hukum waktu itu." Tapi ia lupa nama hakim yang disogoknya itu. Sannah tak cuma dibunuh, tapi dibantai dengan sadistis. Tubuh korban ditemukan tanpa kepala. Baru keesokan harinya kepala ditemukan di semak-semak, tanpa hidung dan bibir bagian atas tersayat. Osman, si gila hidung, segera ditunjuk sebagai pelakunya. Polisi waktu itu menemukan sepasang sandal jepit milik lelaki itu, di dekat mayat Sannah. Tapi Osman keburu kabur. "Aku harus habisi dia agar dendamku puas," kata pria yang hanya tamatan SD ini. Tapi untuk apa hidung Sannah itu? "Aku makan mentah-mentah. Aku begitu dendam sampai ke sumsum, dengan memakan hidungnya, rasanya dendamku terlampiaskan," tutur ayah tujuh anak ini. Meski pernah diadili dan membunuh karena soal hidung, Osman membantah disebut maniak hidung. "Waktu hidung Sannah kupencet, aku lihat ada nyamuk hinggap di hidungnya, maka kupencet sampai nyamuknya mati," kilahnya. Namun, ia tak menyebut soal nyamuk ketika harus menjalani upacara mengupa-upa (memberi makan dan minta maaf), lantaran memencet hidung Sentiamin boru Simbolon, 65, di suatu siang bolong, enam tahun yang lalu. Sakitkah engkau, Os? "Aku tak pernah sakit," kata Osman tegas. Menurut Kapolres Tapanuli Selatan, Letkol Sofian Jacoeb Osman bukanlah orang yang kortsluiting. "Hanya orang waras yang biasa menyimpan dendam," ujar Sofian. Sejak ditangkapnya Osman hingga hari ini, polisi memang belum merasa perlu menghadirkan seorang dokter jiwa untuk memeriksa Osman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus