Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Setelah Bustaman disiram bensin

Bustaman, guru sman lamno, kab. aceh tenggara, disiram bensin oleh hamdani, 18, muridnya sendiri. hamdani tak naik kelas dan menuduh bustaman penyebabnya. sebagian dari 20 guru di sman itu mogok.(pdk)

20 September 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAK Guru Bustaman bukan hanya terkejut, tapi juga ngeri. Sabtu pagi, 9 Agustus itu, di ruang dewan guru SMA Negeri Lamno, Kabupaten Aceh Tenggara, salah seorang muridnya kalap. Dari balik ranselnya, sebuah kantung plastik berisi bensin dilemparkannya ke tubuh guru itu. Bensin langsung membasahi baju hingga celana dalamnya. Dan Hamdani, 18, murid yang bertubuh tegap berkulit hitam itu, tampaknya siap menyalakan pemantik, hendak membakar. Untunglah, guru PMP yang masih sebulan jadi pengantin itu berhasil menyelamatkan diri, lari. Kejadian sesaat yang membuat panik itu pun berakhir dengan diamankannya Hamdani. Ia dititipkan ke Polsek Kecamatan Jaya Lamno, dan dia menyesal. Ia menangis terus. "Maksud saya cuma untuk menggertak Pak Bus. Tidak bermaksud membakarnya," kata murid yang sudah enam tahun ditinggal mati ayahnya itu. Hamdani tampaknya tak bisa lagi menahan marahnya, karena tak naik ke kelas III. Dan yang jadi penyebab, menurut dia, guru PMP itulah. Dua kali ia merasa mengikuti ujian kenaikan kelas untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Tapi kertas ulangannya tak pernah sampai ke tangan Yusran, guru Bahasa Indonesia. Padahal, kertas ujian itu sudah disampaikannya lewat Bustaman. "Ketika saya tanyakan pada Pak Bus, dia mengatakan mungkin terbakar," kata Hamdani, anak ke-3 dari 4 bersaudara. Itulah yang membuat ia emosional, karena kertas ulangan tak sampai, nilai Bahasa Indonesianya cuma 4, yang menyebabkan ia tak naik kelas. Tapi menurut Mahmud Abdullah, pembina OSIS di SMA ini, yang membuat Hamdani tak naik bukan cuma Bahasa Indonesia. "Mata pelajaran lain juga banyak merahnya," katanya. Hamdani juga suka membolos. Seminggu setelah kejadian, seperti dikomando, guru-guru yang berjumlah 20 orang itu sebagian besar mogok, tak mau mengajar. Masa tak menentu ini ternyata cukup panjang, dua minggu. Guru-guru kembali mengajar setelah 185 murid SMA itu protes lewat poster-poster. Dua puluh hari Hamdani, yang bercita-cita jadi tentara, diamankan di polsek. Setelah itu ia dijemput oleh keluarganya dibawa ke Banda Aceh. Rencananya, ia akan pindah sekolah. Beberapa guru beranggapan persoalan ini belum tuntas. Tindakan Kepala Sekolah ditunggu, misalnya perkara ini dilimpahkan ke pengadilan. "Supaya jadi contoh untuk murid yang bandel. Tapi mau berdamai secara kekeluargaan pun baik." Menurut Kakanwil Departemen P & K Aceh, Muchtar Djalal, yang bersengketa, "Sudah didamaikan secara kekeluargaan. Hamdani kami kembalikan pada keluarganya." Toh, kenyataannya Bustaman yang disiram bensin itu belum mau mengajar. Ia, seperti beberapa guru yang lain, menganggap persoalan belum selesai. Sementara itu, kepala SMA ini belum bisa diwawancarai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus