TAK seperti di Purbalingga, orang yang dituduh mencari kekayaan dengan ilmu-ilmu gaib langsung berhadapan dengan peluru. Contohnya terjadi 4 Mei lalu. Seusai salat Jumat di Masjid Al Falah, di Ujung Menteng, Jakarta Timur, Haji Saali buru-buru menuju ke vespanya. Di siang bermendung tebal itu dia ingat padi yang dijemurnya harus segera diselamatkan. Ketika siap menstater vespa, tiba-tiba, "Ji.... Wak Haji!" seru seseorang di belakangnya. Dan begitu Saali menoleh, ... dor, sebuah pelor menyambar pelipis kanan Wak Haji. Kemudian, dari jarak satu meter, satu pelor menyambar lagi dan bersarang di dada kanan. Wak Haji terjerembab dan menggelepar. Tetapi justru menambah penasaran penembak berbaju putih lengan panjang dan berpici itu. Sekali lagi pistol Colt 38 menyalak. Pelornya bersarang di dada kiri. Setelah meniup ujung laras senjata yang berasap itu, si penembak pun kabur -- di tengah para jemaah yang hanya melongo menyaksikan semua itu. Haji Saali, 42, ayah enam anak, memang biasa salat di Masjid Al Falah, tak jauh dari rumahnya. Dia tak merasa selama di masjid telah dikuntit tiga lelaki yang juga ikut bersembahyang. Ketiga orang itu, selesai mengerjakan "tugas", segera melarikan diri. Yang satu melompat ke Hiace yang sudah menanti di seberang jalan. Dua yang lain ngebut dengan sedan putih. Dua mobil itu melaju kencang ke arah Pulogadung. Tetangga Saali tak banyak berkomentar terhadap penembakan di depan Masjid Al Falah itu. Mereka hanya tahu, Saali paling kaya di kampung, tertutup, dan jarang bergaul dengan tetangga. Rumah dua tingkat milik Pak Haji yang telah lima kali naik haji itu pun sepi. Tetapi, menurut para tetangga, Saali terkenal sebagai tukang teluh. Konon, sudah banyak korbannya. "Hanya dendam," komentar beberapa tetangga tentang dugaan alasan penembakan Saali. Tuduhan bahwa Saali seorang tukang teluh disangkal keras oleh Anjang, 20, anak korban dari istri pertama. "Karena iri dan dendam. Saya kira, atas suruhan orang sekitar sini," tuturnya sambil menahan tangis. Ayahnya yang punya istri tiga -- yang satu sudah dicerai -- itu seorang petani dan pedagang jual beli tanah yang berhasil. Karena itu, Anjang membantah keras tuduhan seakan-akan almarhum ayahnya mendapatkan kekayaan dengan menggunakan teluh. Polisi belum dapat memberlkan keterangan tentang hasil pelacakan terhadap para pembunuh Saali. Celakanya, tak ada seorang saksi pun yang sempat mencatat nomor mobil tiga penembak tadi. Pihak polisi menyayangkan sikap tertutup para tetangga korban atas kejadian itu. Tak ada bukti bahwa Saali seorang tukang teluh, "Masyarakat masih bodoh. Itu dikaitkan dengan takhyul," kata seorang anggota polisi yang mengusut perkara ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini