Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Wangsit maut eyang gunung gede

Sepuluh anak mati terinjak-injak oleh 2 perempuan Olih dan Isoh yang kesurupan ketika mengobati Isoh di Cirumput, Canjur. Yng hadir tak berdaya untuk mencegah. Di daerah tersebut sering terjadi kesurupan.

20 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPULUH anak mati diinjak-injak. Rasanya sulit dipercaya. Tapi itulah kisah tragis Rabu dinihari pekan lalu yang muncul dari Desa Cirumput, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat. Dari rumah panggung yang berlantal bambu, dl tengah kebun teh yang dingin, dan di sela hujan rintik-rintik, bocah balita yang belum tahu dosa itu telah mati diinjak-injak oleh Isoh dan Nyonya Olih. Sulit dibayangkan, bagaimana semua itu bisa terjadi. Kisah memilukan ini berawal dari sakit panas yang diderita Isoh, 29 tahun. Gadis pemetik teh itu, setelah dua hari menderita panas, malamnya mimpi ketemu Eyang Suryakancana dari Gunung Gede. Eyang memberi wangsit, "Kalau mau sembuh lakukanlah dikir dan selamatan pada tengah malam." Maka, Kamis malam, 4 Februari, dilakukanlah dikir, bersama sanak famili yang rumah tinggalnya berdekatan. Surat Yassin dan ayat Kursi pun bergema di rumah panggung itu. Esok malamnya, hal serupa dilakukan lagi. Tapi, pada upacara yang sama, Sabtu malam, Isoh mulai menunjukkan gejala aneh. "Ia berbicara menggeram, seperti suara laki-laki," tutur Ukar, kakak ipar Isoh. Toh, hari berikutnya salawat dan pujian kepada Ilahi tetap didengungkan. Puncak salawatan, yang berakhir dengan tragedi, ya, Rabu dinihari, 10 Februari itu. Malam itu di sebuah ruang berukuran sekitar 4 X 3 meter, seperti pada upacara-upacara sebelumnya, sanak famili dikumpulkan. Ada 24 orang yang menghadiri selamatan itu, 10 orang dewasa (laki dan perempuan) dan 14 anak-anak berusia di bawah 13 tahun. Tengah malam, menjelang dinihari itu, di saat salawat Nabi dipujikan, Isoh, yang bertubuh padat, kembali kumat. Ia tahutahu meloncat ke dapur, mengambil air putih. Air itu kemudian dicipratkan ke tubuh Olih, 30 tahun, kakak kandungnya. Apa yang terjadi setelah itu? Olih ketularan aneh. Ia berdikir keras-keras. Air putih itu juga diciprat-cipratkan ke seluruh ruang tamu itu. Siapa yang terkena airnya berubah jadi seperti linglung. Adegan selanjutnya, inilah yang tak masuk akal, bayi dan anak-anak balita itu dikumpulkan, dijajarkan berbaring, kayak ikan pindang. Lalu, dengan beringas, Olih menyuruh bocah-bocah itu ditutupi dengan selimut dan bantal. Seperti terhipnotis, mereka menurut. Dan di atas bocah-bocah berselimut itulah, Olih dan Isoh menari-nari, menginjak-injak bocah tanpa dosa. Tak ada yang mencegah polah tingkah dua kakak beradik ini. "Anehnya, saya waktu itu ingat apa yang dilakukan Olih dan Isoh. Tapi pikiran ini rasanya pasrah saja. Tenaga saya seperti lumpuh," cerita Ukar sambil mengenang kisah itu. Kejadian memilukan itu berlangsung hingga pukul 03.00 dinihari, yang terhenti karena petugas ronda memergokinya, setelah mendengar jerit histeris Olih. Isoh memang gampang diamankan. Tapi Olih menggeram ketika hendak ditangkap. Ia malah menantang. "Boleh, ayo tembak saya," katanya sambil berlari mengitari rumah-rumah di situ. Saat itulah warga di sekitar berhamburan ikut meringkus Olih. Anehnya, mereka yang semula teler jadi tersadar, dan ikut pula meringkus Olih. Ibu dua anak itu - salah seorang di antaranya mati diinjaknya - akhirnya diamankan, setelah telanjur babak belur karena dihajar ramai-ramai. Sementara itu, petugas ronda, yang segera masuk ke rumah panggung itu, terhenyak: 9 anak balita plus seorang anak umur 9 tahun sudah menjadi mayat. Mulut dan hidung bocah-bocah itu mengeluarkan darah. Badannya pada lembam, membiru. "Alhamdulillah, anak saya Tarsih (umur 4 tahun) selamat, meski patah tulang pinggangnya," tutur Aan, istri Ukur, yang ikut teler kena percikan air. Setelah Olih dan Isoh diamankan, dinihari itu, barulah para tetangga di kebun teh yang hanya sekitar 20 meter dari tempat kejadian - berdatangan. Kampung dengan 35 kepala keluarga itu menjadi gempar. Kepala Desa Cirumput, Acep Hindarsah, tidak menyangka terjadinya peristiwa menggemparkan itu. "Saya baru mendapat laporan Rabu pagi, katanya ada orang gila yang ngamuk," kata Acep. Baik Acep maupun para tetangganya tak habis pikir, mengapa semua bisa terjadi. Sebab, setahu mereka, Ibu Yayah, 60 tahun, dan anak-anaknya itu (Isoh, Olih, Aan, Acih, dan Omay) adalah pemeluk Islam yang taat. Tapi diakui - ini keterangan penyuluh agama Kecamatan Cugenang, Tatang - kebiasaan melakukan upacara untuk mengobati orang sakit seperti yang dilakukan keluarga Ibu Yayah sering dilakukan di desa itu. "Kebiasaan pengobatan dengan mengundang orang-orang sakti, seperti Eyang Suryakancana dari Gunung Gede itu banyak yang melakukan. Itu 'kan tak bedanya dengan animisme," kata Tatang. Mungkinkah si Isoh itu punya jimat? Omay, kakak kandungnya, memang membenarkan Isoh akhir-akhir ini sering mengamalkan doa-doa Arab, misalnya untuk keselamatan perjalanan. "Katanya, sih didapat dari Mang Didi yang ngambil dari pesantren Gentur," tutur Omay. Karena marasa penasaran dengan doa-doa itu, suami Omay, Ukin, mencoba merapalkannya. Apa yang terjadi setelah itu? "Saya tak kuat. Hati saya merasa gemetar dan panas," ujar Ukin, yang suka mengobati orang, tapi malam Rabu itu ia tak menghadiri salawatan. "Di sekitar sini memang sering terjadi orang kesurupan. Tapi tak separah Isoh dan Olih," kata Ukin lagi. Dan tentang musibah ini, walau anaknya Junaeni yang baru duduk di klas I SD mati terinjak, ia tak berlarut dengan kesedihan. "Bagaimana, ya, ini sudah nasib. Yang melakukan saudara sendiri dan dalam keadaan tidak sadar," katanya pasrah. Kepasrahan memang tak bisa dihindari. Tapi, Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Cabang Cianjur, K.H. Raden Abdul Halim, prihatin atas musibah itu. "Ini peringatan dari Allah kepada kita, terutama merupakan tantangan ulama di Cianjur. Kejadian itu membuat saya malu," katanya kepada harian Pikiran Rakyat, Bandung. Kisah tragis ini juga mengetuk hati Bupati Cianjur, H. Arifin Yoesoef. Ia ikut berbelasungkawa dengan menjenguk ke Desa Cirumput. "Saya mengimbau para ulama, sebaiknya jangan hanya berkeliling di sekitar kota. Cobalah turun ke pelosok," kata Arifin Yoesoef. Olih dan Isoh kini diamankan yang berwajib. Konon, mereka yang telah dirawat di rumah sakit Cianjur itu akan dialihkan ke Rumah Sakit Jiwa Bogor. Laporan Riza Sofyat (Biro Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus