Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 323 lokasi di Korea Utara digunakan untuk melakukan eksekusi mati secara terbuka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan penelitian Transitional Justice Working Group, TJWG mengungkapkan fakta tentang lokasi eksekusi itu berdasarkan wawancara lebih dari 600 pembelot Korea Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Eksekusi publik untuk mengingatkan orang-orang khususnya tentang posisi negara terhadap kebijakan," kata Sarah A. Son, direktur peneliti di TJWG, seperti dikutip dari Reuters, 11 Juni 2019.
"Namun alasan kedua dan lebih kuat lagi adalah menanamkan budaya taku di antara rakyat biasa," kata Saran.
Riset TJWG berbasis survei kepada 610 pembelot yang tinggal di Korea Selatan. Riset ini juga melaporkan terjadinya eksekusi terhadap lebih dari 10 orang di waktu bersamaan.
Kerumuman orang yang menyaksikan eksekusi itu berjumlah ratusan orang dan terkadang lebih dari seribu orang. Usia termuda yang menyaksikan eksekusi itu adalah 7 tahun.
Sebanyak 35 laporan menyebutkan eksekusi terjadi di tepi sungai dan sejumlah lokasi lainnya dalam satu dekade sejak tahun 1960an.
Adapun laporan lainnya menyebutkan ada 6 eksekusi dengan cara digantung dan 29 lainnya dengan cara ditembak oleh regu penembak.
Namun, informasi eksekusi sejumlah pejabat tinggi Korea Utara tidak valid karena beberapa waktu kemudian pejabat-pejabat yang disebut dieksekusi muncul di publik.
Seperti laporan surat kabar Chosun Ilbo tentang ekskusi mati utusan khusus Korea Utara di KTT Hanoi, Vietnam yang gagal mencapai kesepakatan antara Kim Jong Un dan Donald Trump, ternyata masih hidup dan ikut dalam pertemuan yang dihadiri Kim Jong Un.
Presiden Trump pun meragukan laporan media tentang eksekusi di Korea Utara.
"Saya tidak tahu apakah laporan itu benar. Mereka suka secepatnya menyalahkan Kim Jong Un," kata Trump tentang eksekusi mati sejumlah pejabat tinggi Korea Utara.