Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Untuk pertama kalinya dalam enam tahun, Amerika mengirim dua kapal induk sekaligus ke Laut Cina Selatan. Hal ini menjadi langkah terbaru dari Amerika untuk menunjukkan kekuatannya di Laut Cina Selatan seiring dengan makin agresifnya ekspansi Cina di sana.
Kedua kapal induk itu adalah USS Nimitz dan USS Ronald Reagan. Masing-masing membawa 60 pesawat, termasuk alutsista berupa misil jarak jauh dan bomber. Menurut analis sekaligus mantan Direktur US Pacific Command Joint Inteligence Center, Carl Schuster, dua kapal itu untuk mengingatkan Cina siapa yang terkuat di Laut Cina Selatan.
"Cina hanya memliki satu kapal perang operasional dengan status mendekati USS Nimitz dan Ronald Reagan. Secara kapasitas, juga tidak sebesar kedua kapal induk itu," ujar Carl Schuster sebagaimana dikutip dari CNN, 6 Juli 2020.
Diberitakan sebelumnya, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan dikirim ke Laut Cina Selatan oleh Amerika pada Sabtu pekan lalu, 4 Juli 2020. Amerika menyatakan, pengiriman dua kapal itu untuk menggelar latihan taktis dengan tujuan memperkuat pertahanan di udara dan lautan. Itulah kenapa alutsista lengkap di bawa kedua kapal induk itu.
Selain untuk memperkuat respon dan pertahanan, Amerika juga mengirim kedua kapal tersebut untuk memastikan sekutu-sekutunya berani melaut di laut Cina Selatan. Sejak Cina semakin agresif di Laut Cina Selatan, semua kapal negara lain direspon keras oleh Cina. Kapal tempur USS Ronald Reagan dan kapal pertahanan Jepang JS Izumo, sedang beroperasi di Laut Cina Selatan. Sumber: JMSDF/US Navy/Handout via Reuters/aljazeera.com
Berbarengan dengan pengiriman dua kapal itu, Cina juga menggelar latihan serupa di sekitar Kepulauan Paracel. Paracel diklaim sepihak oleh Cina sebagai miliknya, tidak menghiraukan Taiwan dan Vietnam yang juga memiliki perairan di sana. Cina mengaku berhak melakukan apapun di sekitar Paracel karena masih merupakan daerah mereka.
"Perbedaan skala daya tempur yang ditunjukkan di depan Cina adalah sinyal Amerika untuk menunjukkan siapa yang terkuat di Laut Cina Selatan," ujat Schuster.
Schuster menambahkan bahwa mengoperasikan dua kapal di Laut Cina Selatan lebih beresiko dibandingkan di laut Filipina. Laut Filipina adalah laut bebas, sementara Laut Cina Selatan adalah daerah konflik di mana berbagai negara saling klaim.
"Amerika sampai menerbangkan pesawat bomber B-52 yang terbang non stop 28 jam dari Louisiana untuk ikut latihan di Laut Cina Selatan. Itu untuk menunjukkan betapa cepatnya respon militer Amerika," ujar Schusyer.
Cina bergeming. Mereka ganti mengklaim bahwa kekuatan militer mereka tidak kalah dari Amerika. Sebagai buktinya, Cina mengaku membawa misil anti-kapal induk seperti DF-21D dan DF-26.
"Apa yang ditunjukkan Amerika tidak lebih dari macan kertas di depan Cina," ujar Pemerintah Cina di Global Times.
ISTMAN MP | CNN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini