Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Tiang Gantung untuk Sang Kapten

Abdul Majed akhirnya dieksekusi setelah membunuh bapak bangsa Bangladesh, Syekh Mujibur Rahman, 45 tahun lalu. Sempat memegang sejumlah posisi di pemerintahan.

18 April 2020 | 00.00 WIB

Mobil jenazah membawa salah satu tersangka pembunuhan Syekh Mujibur Rahman setelah dieksekusi, Januari 2020./ Reuters/Andrew Biraj
Perbesar
Mobil jenazah membawa salah satu tersangka pembunuhan Syekh Mujibur Rahman setelah dieksekusi, Januari 2020./ Reuters/Andrew Biraj

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Seorang pembunuh Syekh Mujibur Rahman kembali ke Bangladesh karena wabah corona.

  • Abdul Majed mendapat sejumlah posisi di pemerintahan sebelum kabur ke luar negeri.

  • Dua pembunuh lain diduga bersembunyi di Amerika Serikat dan Kanada.

SURAT yang diteken hakim Distrik Dhaka, Mohamad Helal Chowdhury, itu dibungkus kain merah dan dikirim ke Penjara Pusat Dhaka di Keraniganj, Dhaka, Bangladesh, pada 8 April lalu. Isinya perintah hukuman mati terhadap Abdul Majed, bekas kapten Angkatan Darat yang terbukti terlibat dalam pembunuhan Bangabandhu Syekh Mujibur Rahman, pendiri negeri itu, pada 15 Agustus 1975. Perintah keluar setelah Presiden Abdul Hamid menolak permohonan ampun Majed.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus