Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kematian anak-anak di Gambia akibat cedera ginjal akut terkait dengan sirup obat batuk buatan India yang terkontaminasi telah meningkat menjadi 69 orang. Hal ini diumumkan Menteri Kesehatan Gambia Ahmadou Lamin Samateh mengatakan kepada wartawan di Banjul, Sabtu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Samateh, yang juga kehilangan keponakannya karena kasus ini pada Rabu, mengatakan kepada media bahwa ada tiga anak lagi meninggal pada Sabtu, sehingga jumlah korban menjadi 69.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sehari sebelumnya Presiden Gambia Adama Barrow mengatakan kasus dan kematian akibat keracunan obat batuk asal India ini sudah “terkendali, dengan hanya dua diagnosis dalam dua minggu terakhir.”
Barrow telah memerintahkan penangguhan izin apotek dan importir obat batuk yang dicurigai dan memerintahkan menteri luar negerinya untuk menangani masalah ini dengan duta besar India , menurut pernyataan presiden Sabtu malam.
Di India, Maiden Pharmaceuticals Ltd. telah dikunjungi lembaga pemerintah sebanyak empat kali dari 1 hingga 7 Oktober. Organisasi Pengawasan Standar Obat Pusat India juga telah mengambil sampel untuk pengujian.
Perusahaan tersebut dikutip mengatakan bahwa pihaknya memiliki persetujuan yang sah untuk ekspor produk yang bersangkutan, yang tidak dijual di India. Mereka juga mengklaim telah memperoleh bahan baku dari "perusahaan bersertifikat dan bereputasi."
Kementerian Kesehatan India mengatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi tahu regulator obat negara itu bahwa obat-obatan mungkin telah terkontaminasi dengan dietilen glikol atau etilen glikol.
Ini adalah senyawa organik yang digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan fiber poliester dan polietilena tereftalat yang digunakan pada botol plastik.
Di Gambia, tersangka pemilik apotek dan importir sirup obat batuk dan beberapa pejabat senior Badan Pengawas Obat telah dipanggil untuk diinterogasi oleh polisi, yang mengatakan mereka telah membuka penyelidikan atas kematian tersebut.
“Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri dan perlindungan jiwa dan harta benda, kami berkewajiban untuk mengatasi masalah-masalah mendesak yang mampu membahayakan perdamaian dan keamanan bangsa ini,” kata juru bicara polisi ASP Binta Njie Jatta dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.
WHO sebelumnya mengatakan kematian puluhan anak akibat cedera ginjal akut diduga karena terkotaminasi zat kimia berbahaya dalam obat batuk dan pilek buatan produsen obat India.
Melansir dari Reuters Jumat, hal tersebut diketahui setelah dilakukan serangkaian tes pada beberapa obat sirup yang diduga menjadi penyebab 69 kematian anak di negara kecil Afrika Barat itu. Hal ini diumumkan langsung oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
WHO mengeluarkan peringatan untuk produk medis pada Rabu, 5 Oktober 2022, meminta regulator untuk menghapus barang-barang Maiden Pharma dari pasar.
Produk tersebut mungkin telah didistribusikan di tempat lain melalui pasar informal, tetapi sejauh ini hanya diidentifikasi di Gambia, kata WHO dalam peringatannya.
Peringatan tersebut mencakup empat produk: Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup.
Analisis laboratorium mengkonfirmasi jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang tidak dapat diterima dan dapat menjadi racun hingga menyebabkan cedera ginjal akut.
Petugas medis di Gambia mulai waspada sejak Juli lalu, setelah puluhan anak mulai jatuh sakit dengan masalah ginjal. Kematian itu membingungkan petugas medis sebelum kejadian ini mencuat.
Direktur layanan kesehatan Gambia, Mustapha Bittaye, mengatakan masalah serupa telah terdeteksi pada sirup lain, tetapi kementerian sedang menunggu konfirmasi hasilnya.
Dia mengatakan jumlah kematian telah berkurang dalam beberapa pekan terakhir dan penjualan produk yang dibuat oleh Maiden Pharmaceuticals dilarang. Namun, hingga saat ini, beberapa sirup masih dijual di klinik swasta dan di rumah sakit, katanya.
Badan Pengawas Obat Gambia mengirim surat pada Selasa lalu kepada para profesional kesehatan yang memerintahkan mereka untuk berhenti menjual produk apa pun yang terdaftar oleh WHO.
Sementara itu, menurut situs web Maiden Pharmaceuticals, perusahaan ini memproduksi obat-obatan di India. Obatnya kemudian dijual di dalam negeri serta mengekspornya ke negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, termasuk Gambia.
REUTERS | J NEWS (NESA AQILA)